Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Transformasi Supervisi Pembelajaran di Kurikulum Merdeka

6 Februari 2024   14:59 Diperbarui: 6 Februari 2024   15:02 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurikulum merdeka yang sedang berlangsung saat ini dalam sistem pendidikan Indonesia, tidak hanya berbicara tentang perubahan pola pembelajaran di kelas. Supervisi pembelajaran di dalam kelas turut mengalami perubahan. Ada transformasi pelaksanaan supervisi pembelajaran di dalam kelas. 

Jika selama ini supervisor atau asesor lebih cenderung fokus pada pemeriksaan administrasi pembelajaran seperti perangkat pembelajaran dan daftar nilai, maka supervisi di masa Kurikulum merdeka lebih menekankan pada bagaimana seorang guru mampu mengajarkan tujuan pembelajaran ya g sudah dirancangnya di dalam kelas. Intinya, proses belajar memuat diferensiasi, kompetensi psial emosional dan penerapan budaya positif. 

Hari ini saya melakukan supervisi pembelajaran kepada salah satu calon guru penggerak. Sebelum melakukan pemantauan di dalam kelas, kami bertemu dahulu dalam pra observasi. Ada tiga hal pokok yang kami bicarakan, yakni apa tujuan pembelajaran yang akan dicapai, area pengembangan yang hendak dicapai dan strategi pembelajaran yang disiapkan. 

Diferensiasi konten di dalam kelas. Sumber: dok. pribadi.
Diferensiasi konten di dalam kelas. Sumber: dok. pribadi.

Di dalam masa observasi, guru melakukan praktek mengajar seperti pada biasanya. Tak ada perlakuan khusus pada murid. Saya menitipkan kepada CGP untuk mengajar secara alamiah berdasarkan karakteristiknya selama ini. Dengan demikian, daya natural fan originalitas pembelajaran benar-benar nampak. 

Saya fokus mengamati dari belakang. Sesekali bergerak mengambil dokumentasi. Pelaksanaan proses mengajar berlangsung dengan lancar, seolah-olah saya tidak ada di dalam mengamati. 

Seusai praktek mengajar, kami melakukan diskusi pasca observasi. CGP melakukan refleksi terhadap pembelajarannya. Kelebihan dan kekurangan serta rencan tindak lanjut disampaikannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun