Kurikulum merdeka yang sedang berlangsung saat ini dalam sistem pendidikan Indonesia, tidak hanya berbicara tentang perubahan pola pembelajaran di kelas. Supervisi pembelajaran di dalam kelas turut mengalami perubahan. Ada transformasi pelaksanaan supervisi pembelajaran di dalam kelas.Â
Jika selama ini supervisor atau asesor lebih cenderung fokus pada pemeriksaan administrasi pembelajaran seperti perangkat pembelajaran dan daftar nilai, maka supervisi di masa Kurikulum merdeka lebih menekankan pada bagaimana seorang guru mampu mengajarkan tujuan pembelajaran ya g sudah dirancangnya di dalam kelas. Intinya, proses belajar memuat diferensiasi, kompetensi psial emosional dan penerapan budaya positif.Â
Hari ini saya melakukan supervisi pembelajaran kepada salah satu calon guru penggerak. Sebelum melakukan pemantauan di dalam kelas, kami bertemu dahulu dalam pra observasi. Ada tiga hal pokok yang kami bicarakan, yakni apa tujuan pembelajaran yang akan dicapai, area pengembangan yang hendak dicapai dan strategi pembelajaran yang disiapkan.Â
Di dalam masa observasi, guru melakukan praktek mengajar seperti pada biasanya. Tak ada perlakuan khusus pada murid. Saya menitipkan kepada CGP untuk mengajar secara alamiah berdasarkan karakteristiknya selama ini. Dengan demikian, daya natural fan originalitas pembelajaran benar-benar nampak.Â
Saya fokus mengamati dari belakang. Sesekali bergerak mengambil dokumentasi. Pelaksanaan proses mengajar berlangsung dengan lancar, seolah-olah saya tidak ada di dalam mengamati.Â
Seusai praktek mengajar, kami melakukan diskusi pasca observasi. CGP melakukan refleksi terhadap pembelajarannya. Kelebihan dan kekurangan serta rencan tindak lanjut disampaikannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H