Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Music

Lagu Sedih di Resepsi Perkawinan, Mengapa Tidak?

30 Januari 2024   19:17 Diperbarui: 2 Februari 2024   08:18 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duet penyanyi lokal Toraja sedang menghibur tamu di resepsi perkawinan. Sumber: dok. pribadi. 

Lagu sedih dan patah hati banyak ditemui didendangkan di acara resepsi perkawinan. Entah nyambung atau tidak dengan konsep acara perkawinan, lagu-lagu tema sedih selalu terkompilasi dengan campuran alunan dangdut, lagu daerah, dll. 

Misalnya, lagu berjudul "Aku Bukan Jodohnya" adalah lagu cover yang dipopukerkan oleh Tri Suaka pada masa akhir pandemi Covid-19. Kemudian dinyanyikan pula oleh penyanyi kondang, Judika. Lagu ini merajai video paling populer di YouTube selama beberapa pekan. Lagu  ini sangat cepat masuk di telinga yang mendengarnya dan mudah pula dinyanyikan oleh siapa saja. Tua, muda, anak sekolah hingga anak-anak usia PAUD pun bisa menyanyikannya. Sehingga, di mana-mana, lagu ini terdengar. Mau di mobil bus, warung, kios-kios, cafe jalanan hingga acara resepsi perkawinan. 

Lagu ini mudah dipahami maknanya dari lirik. Secara umum berbicara tentang penyesalan seorang pria sehingga ia tidak berjodoh dengan wanita dambaannya. Patah hati, sudah pasti itu temanya. 

Selain lirik yang mudah diikuti, musiknya pun begitu syahdu. Apalagi jika live Tri Suaka di cafe yang diikuti. Petikan gitar Tri Suaka berpadu dengan suara tinggi khas penyanyi yang dipopulerkan YouTube. 

Duet penyanyi lokal Toraja sedang menghibur tamu di resepsi perkawinan. Sumber: dok. pribadi. 
Duet penyanyi lokal Toraja sedang menghibur tamu di resepsi perkawinan. Sumber: dok. pribadi. 

Lalu bagaimana jika lagu Aku Bukan Jodohnya dilantunkan di acara resepsi perkawinan? Apakah layak dinyanyikan atau tidak? Dilihat dari judulnya saja, lagu ini sudah bertolak belakang dengan suasana resepsi yang auranya penuh kebahagiaan. Tetapi namanya acara resepsi, kadang penyanyi/biduan maupun tamu undangan tidak terlalu peduli dengan lagu. Mau lagu sedih, patah hati, bahagia, sama saja. 

Tri Suaka yang menyanyikannya dengan penuh perasaan tanpa raut bahagia sangat kontras ketika dinyanyikan para artis lokal daerah. Mereka tetap senyum, sedikit tertawa atau bahkan tertawa lepas kepada sesamanya penyanyi di panggung. Ini belum termasuk jika penonton atau tamu yang meminta menyanyikannya. 

Intinya, lagu hanya sebatas dinyanyikan sebagai bagian dari job penyanyi kepada keluarga yang membayar mereka untuk menghibur. Yang heboh justru penonton atau tamu. Maka dicarilah siapa diantara mereka yang kena lirik lagu. 

Pernah sekali saya hadir di sebuah resepsi perkawinan. Lagu Aku Bukan Jodohnya dinyanyikan..Saya sekilas menikmati saja para biduan yang menyanyikannya. Sesekali mulut saya ikut komat-kamit mengikuti liriknya. Sepasang pengantin pun seperti tidak peduli dengan lagunya karena asik menyalami para tamu. Dan tak lama dari arah belakang, ternyata ada yang protes sambil tertawa. "Lagunya kurang pas, masa hari bahagia temanya sedih."

Entah didengar oleh biduan atau tidak. Intinya si biduan dan player organ tunggal konsentrasi menuntaskan lagunya. Benar juga sih. Masa iya sepasang pengantin lagi bahagianya dan lagi hiburannya patah hati. 

Akan berbeda cerita dan suasana andaikata yang menyanyikan lagu Aku Bukan Jodohnya ini benar memiliki riwayat masa lalu dengan salah satu mempelai di pelaminan. Bisa saja suasana resepsi menjelma seperti drama Korea atau serial film India. 

Tetapi itulah bagian dari pekerjaan, bisnis, promosi dan resepsi. Judul lagu, tema dan situasi tidak matching, tetapi tetap menghibur karena bukan audisi atau lomba. Suara biduan jernih dan merdu akan menaikkan nilai jual salon dan penyanyi yang tampil. 

Aku Bukan Jodohnya menjadi salah satu bagian dari bisnis usaha resepsi perkawinan. Keindahan suara lebih diharapkan dibanding kesesuain tema lagu. Suara merdu juga secara otomatis menjadi promosi untuk biduan dan biduanita. 

Para penyanyi pun hanya menjalankan permintaan lagu dari keluarga atau tamu. Keluarga senang, tamu merespon dengan positif akan mendongkrak nilai kepopuleran penyanyi lokal di daerah.

Satu lagi, lagunya bagus dan suara merdu akan membuat pula resepsi perkawinan bersangkutan akan menjadi buah bibir di tengah masyarakat. 

Jadi, jika menjawab pertanyaan layak atau tidak menyanyikan lagu patah hati semacam Aku Bukan Jodohnya dan sejenisnya di acara resepsi perkawinan, bagi saya sah-sah saja dan layak. Konsep resepsi hanya sebatas menghibur warga dan tamu undangan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun