Orang tua dan anak adalah dua subjek yang susah dipisahkan, secara khusus dari sisi emosional. Profesi seringkali menjadi pemisah antara orang tua dan anak. Ada yang terpisah berbulan-bulan bahkan tahunan. Dan ada juga yang terpisah dengan buah hati dalam hitungan jam dan harian. Namun, pada intinya, orang tua yang bertanggung jawab dan memiliki hubungan semosional yang kuat dengan anak, susah terpisah dan akan melakukan hal yang bisa dikategorikan inovasi dan kreatifitas agar bisa bersama anak meskipun sementara menjalankan profesinya.
Mungkin bagi banyak orang yang berprofesi sebagai guru, sudah banyak yang menjalankan dua peran sekaligus di sekolah. Menjalankan tugas pokok sebagai guru dan mengasuh anak sendiri. Menjalankan peran sebagai guru dan sekaligus sebagai orang tua di sekolah memiliki suka dan duka yang berbeda bagi setiap orang. Peran yang dimaksud di sini adalah ketika guru membawa anaknya yang masih di bawah usia sekolah atau balita ke sekolah.Â
Guru mengikutsertakan anak ke sekolah saat mengajar bukan karena perencanaan yang disengaja. Seringkali karena keadaan yang memicunya, yakni ketika suami dan istri sama-sama bekerja dan tak ada yang menjadikan anak di rumah. Memang biasa ada jasa penitipan anak yang bisa dijadikan sebagai tempat tinggal anak sementara di saat jam kerja. Opsi lain adalah mencari pengasuh anak. Akan tetapi semua yang terkait jasa penitipan anak atau mempekerjakan pengasuh anak tentu butuh biaya tambahan, dll. Tidak semua guru memiliki kemampuan finansial lebih.Â
Mengasuh dan merawat anak sendiri memiliki dampak yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Secara emosional dan psikologis, anak lebih dekat ke orang tuanya. Dibandingkan jika dirawat oleh pengasuh, maka kebutuhan psikologis anak lebih terpenuhi jika dominan bersama orang tuanyaÂ
Kondisi inilah yang melatarbelakangi saya pada akhirnya membesarkan kedua anak saya di tengah menjalankan peran sebagai guru di sekolah. Bagi saya tidak ada kendala berarti yang terjadi ketika mengajar bersama anak di kelas.Â
Seringkali ketika anak masih berusia beberapa bulan, saya menggendong anaknsambil menyampaikan materi pelajaran. Anak tidur, sedikit rewel karena butuh susu atau buang air, ganti popok dan ganti baju di dalam kelas sudah biasa saya lakoni selama 12 tahun menjadi guru.Â
Ada yang mengatakan bahwa membawa anak kecil masuk ke kelas saat mengajar akan mengganggu konsentrasi belajar siswa. Bagi saya, kalimat itu benar juga, tetapi saya memegang prinsip bahwa maksimal tiga hari siswa di dalam kelas memperhatikan anak saya saat mengajar. Hari-hari berikutnya mereka akan terbiasa dan menganggapnya sebagai hal normal.Â
Kehadiran anak di lingkungan kerja banyak membantu kesehatan mental dan psikologis saya. Anak seringkali menjadi pemecah kesuntukan, pemberian hiburan dan terutama sumber inspirasi dan pemberi semangat.Â
Ketika membahas materi pelajaran dan tiba pada contoh soal, anak sering menjadi sumber belajar juga. Misalnya tentang teks deskritif, anak bisa menjadi sumber ide. Siswa bisa membuat teks deskriptif dengan memperhatikan anak sambil membangun ide mereka.Â
Jadi, tak ada salahnya bagi guru untuk menggendong anak di dalam kelas saat mengajar. Selama ia bisa mengatur waktu dan tidak merugikan proses belajar di dalam kelas. Anak bukanlah beban bagi tugas pokok.Â