Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Makna Tradisi Rutin Orang Toraja di Masa Tahun Baru

3 Januari 2024   06:25 Diperbarui: 4 Januari 2024   01:01 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bantuan tenaga selama pembuatan pondok datang dari warga setempat, yakni tetangga dan tetangga dari kampung-kampung di sekitarnya. Mereka bergotong-royong mengumpulkan bahan baku pemondokan berupa bambu, balok kayu, papan dan atap seng. Khusus bambu, ini yang paling banyak menghabiskan waktu dan tenaga karena harus ditebang dan diangkut ke lokasi pemondooan. Adapun bahan baku lainnya telah disiapkan oleh kelompok kemasyarakatan yang disebut pa'tondokan. 

Setiap keluarga yang hadir membawa bermacam-macam barang yang akan diberikan kepada keluarga yang melaksanakan acara. Ada yang membawa beras, kopi, gula, dan beberapa liter tuak. Saya sendiri membawa dua dos minuman beralkohol, yakni Anker Beer. Selain itu, warga dan kerabat yang datang juga membawa sejumlah amplop berisi uang yang akan diberikan kepada pemilik acara syukuran. 

Selama berada di lokasi ibadah syukur, tak terhitung berapa kali saya bersalaman. Ada yang datang memperkenalkan diri dan sebaliknya saya yang memperkenalkan diri. Suasana sangat penuh keakraban dan kekeluargaan. Canda dan tawa menemani sejak datang ke lokasi, duduk bersama dalam pondok, hingga sesi salaman ketika hendak berpisah/pulang.

Di sela-sela acara, pa'tondokan yang diwakili oleh ibu-ibu akan menyuguhkan kopi, teh dan aneka penganan tradisonal Toraja. Kopi Toraja tentunya menjadi primadona. 

Setelahnya ada ibadah syukur yang dipimpin oleh seorang pendeta gereja Toraja. Dalam sesi ibadah ini ada penyampaian kesaksian dari keluarga yang menyelenggarakan acara. Selain itu ada juga penyampaian riwayat singkat rumpun keluarga, ada penyampaian silsilah singkat dan perkenalan anggota keluarga kepada khalayak yang hadir.

Beberapa kali tampil persembahan pujian syukur berupa menyanyi solo, vocal group dan dancing dari perwakilan keluarga.

Daging di atas nampan yang akan dibagikan ke warga. Sumber: dok. pribadi.
Daging di atas nampan yang akan dibagikan ke warga. Sumber: dok. pribadi.

Pada sesi makan bersama, keunikan warga Kecamatan Rano pun ditampilkan lagi. Daging sapi dan daging babi yang telah dimasak diletakkan di atas nampan besar yang dianyam dari rotan. Nampan ini disebut rakki'. Potongan dagingnya besar-besar. 

Daging sapi diperuntukkan bagi yang Muslim dan daging babi bagi yang Nasrani. Oya, terdapat empat sapi besar yang disembelih keluarga di pengucapan syukur ini. Sementara babi sekitar puluhan ekor.

Di Tana Toraja, tidak diperkenankan menyembelih kerbau atau orang Toraja tidak makan daging kerbau di acara syukuran. Kerbau hanya dipotong di acara kematian. Sehingga, pada ibadah syukur yang saya ikuti, sapi yang disembelih. 

Beberapa bungkus kue tradisional, daging sapi mentah, daging babi mentah, nasi dan lauk yang telah dimasak akan menjadi buah tangan dari lokasi acara. Keluarga akan memberikannya kepada sejumlah tamu. Termasuk saya, pulang membawa sejumlah tanda kekeluargaan dari pemilik acara. Semua itu diberikan sebagai simbol persaudaraan yang tak terukur nilainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun