Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Natal, Imanuel: Sudahkah Kita Berdamai Dengan Diri Kita Sendiri?

25 Desember 2023   12:28 Diperbarui: 27 Desember 2023   20:35 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat Hari Natal. Ucapan paling istimewa hari ini, 25 Desember 2023. Pagi-pagi sekali saya dan keluarga kecil mempersiapkan diri untuk mengikuti ibadah perayaan Natal. Menempuh jarak sekitar 30 km untuk sampai ke gereja tempat warga Jemaat Bukit Sion Salubarani akan melaksanakan ibadah Natal. 

Penuh sukacita hari ini tidak bisa dilepaskan. Ya, Natal membawa damai bagi saya dan keluarga serta semua orang. Bukan hanya damai bagi warga Nasrani dan umat lain yang merayakannya. Akan tetapi damai bagi umat lain di seluruh dunia. 

Iman boleh berbeda-beda di sekitar lingkungan kehidupan. Namun, satu yang bisa menyatukan dan membuat dunia ini indah adalah damai dengan sesama. Dan Natal hadir merefleksikan damai itu. 

Imanuel adalah tema besar perayaan Natal tahun ini. Imanuel artinya Allah beserta kita. Bisa juga diartikan dengan Allah menyertai kita. Sederhananya, makna Imanuel sudah bisa diketahui, yakni Sang Pencipta selalu bersama-sama dengan umat ciptaan-Nya. 

Hanya saja apakah kita selaku ciptaanNya sudah merasakan keberadaan Allah bersama kita? Mari kita menjawabnya dengan pengalaman masing-masing, baik spritual maupun nyata. 

Bagi saya secara pribadi, makna mendasar dari kata Imanuel ini adalah ketika saya dipenuhi sukacita untuk bersekutu dengan warga Jemaat melaksanakan indah Natal pagi ini. 

Imanuel bukanlah sekedar istilah musiman untuk Natal. Bukan pula sekedar nama anak. Pesan yang mau disampaikan Imanuel adalah apakah kita sudah berdamai dengan diri sendiri selama ini? Apakah kita sudah menghargai kondisi dan keadaan diri kita? 

Banyak yang bahagia dari penampakan fisik, tetapi sebenarnya ia sedang berselisih dengan dirinya sendiri. Kulitnya putih mulus, tetapi jiwanya mungkin seperti kulit durian yang selalu menusuk perasaan orang-orang di sekitarnya. 

Penyalaan lilin Natal. Sumber: dok. pribadi
Penyalaan lilin Natal. Sumber: dok. pribadi
Berdamai dengan diri layaknya lilin kecil Natal yang menerangi dalam kegelapan. Meskipun lilinnya kecil, namun ia mampu memberikan secercah sinar yang mampu mengubah suasana. Ketika lilin dinyalakan diiringi alunan lagu Malam Kudus, kulit merinding. Ini pertanda bahwa kekuatan lilin begitu luar biasa. Nah, demikianlah sekiranya kita mampu berdamai dengan situasi diri kita. 

Contoh sederhana kondisi dimana kita tidak berdamai dengan diri sendiri adalah ketika kita tidak bisa menerima kondisi diri kita. Kulit wajah sudah mulai keriput karena usia. Namun kita mengupayakan berbagai cara untuk tetap tampil dalam istilah awet muda. Beragam operasi wajah dan perawatan kulit dilakukan untuk memuaskan hasrat tampil muda, tetapi badan tidak bisa merespon dengan  optimal karena memang pertambahan usia. 

Karena masih berselisih dengan dirinya, seringkali seseorang terus melawan kodrat alam dan kodrat zaman. Sehingga makin lama ia mencoba, semakin sering ia sakit. 

Selain itu, ciri kita belum berdamai dengan diri sendiri bisa dilihat dari cara kita mengucapkan atau menyampaikan salam Natal. Kita lebih cepat mengirimkan pesan WhatsApp melalui grup-grup, padahal orang terdekat yang ada bersama kita belum mendapatkan ucapan salam dan jabat tangan. Lebih mudah menyampaikan salam Natal bagi mereka yang tidak kita kenal secara fisik. Dan kebalikannya, rumit menyampaikan salam Natal untuk saudara, suami, istri, anak, dan orang tua kita. 

Dengan demikian, kata Imanuel belum menetap dalam hati kita. Pun demikian dengan damai sejahtera. Kita mengalami kendala berdamai dengan orang terdekat. Ini menandakan kita masih berjuang untuk berdamai dengan diri sendiri. 

Secara pribadi, saya mengingat-ingat dengan siapa saja saya pernah berselisih paham sehingga membuat kami tidak saling bicara. 

Selanjutnya, tahun politik sedang berjalan. Wajah-wajah optimis penuh senyum dan kebahagiaan terpasang di mana-mana. Namun, pertanyaannya, damaikah jiwa mereka? 

Jika kita seorang Kristen, apakah Imanuel sedang bersama kita sebagai calon anggota legislatif dan calon presiden wakil presiden? Ketika Allah beserta kita, maka istilah guyonan, "Ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang."

Money politic, negative campaign dan beragam cara kampanye menjelekkan lawan adalah ciri calon wakil rakyat yang belum berdamai dengan dirinya juga. Dorongan pengakuan dari sisi eksternal lebih menguasai dirinya dibandingkan dengan kekuatan internal yang dimilikinya. 

Imanuel, salah satu kata sakral dalam Alkitab yang seyogyanya mampu memperkuat refleksi keimanan pengikut Kristus. Apapun kondisi kehidupan yang sedang dijalani, Allah selalu berada beserta kita dengan caraNya yang ajaib. 

Damai di hati, damai bagi semua orang pun bukanlah frase tahunan yang menghiasi Natal. Ini adalah pengingat sekaligus ajakan untuk selalu mengupayakan hidup berdamai dengan diri sendiri, orang terdekat dan orang banyak. 

Kunci sukses untuk berdamai dengan diri kita dan orang lain adalah rendah hati. Sikap rendah hati membuat kita mampu menerima setiap keadaan yang sedang dijalani. Rendah hati akan senantiasa menenangkan jiwa, terlepas dari seringnya duka dan kepahitan serta akar pahit menghampiri hidup kita. 

Rendah hati akan hadir dalam diri kita manakala kita mampu hilangkan kecongkakan, ego dan kesombongan. 

Mari berdamai dengan diri kita sendiri, hargai apa yang kita miliki sehingga hidup kita bahagia sepanjang waktu menjalani kehidupan. Allah akan selalu menyertai kita ketika kita sanggup berdamai dengan diri kita. 

Selamat merayakan Natal, 25 Desember 2923 dan selamat menyongsong Tahun Baru 1 Januari 2024. Imanuel. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun