Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Natal, Imanuel: Sudahkah Kita Berdamai Dengan Diri Kita Sendiri?

25 Desember 2023   12:28 Diperbarui: 27 Desember 2023   20:35 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyalaan lilin Natal. Sumber: dok. pribadi

Selain itu, ciri kita belum berdamai dengan diri sendiri bisa dilihat dari cara kita mengucapkan atau menyampaikan salam Natal. Kita lebih cepat mengirimkan pesan WhatsApp melalui grup-grup, padahal orang terdekat yang ada bersama kita belum mendapatkan ucapan salam dan jabat tangan. Lebih mudah menyampaikan salam Natal bagi mereka yang tidak kita kenal secara fisik. Dan kebalikannya, rumit menyampaikan salam Natal untuk saudara, suami, istri, anak, dan orang tua kita. 

Dengan demikian, kata Imanuel belum menetap dalam hati kita. Pun demikian dengan damai sejahtera. Kita mengalami kendala berdamai dengan orang terdekat. Ini menandakan kita masih berjuang untuk berdamai dengan diri sendiri. 

Secara pribadi, saya mengingat-ingat dengan siapa saja saya pernah berselisih paham sehingga membuat kami tidak saling bicara. 

Selanjutnya, tahun politik sedang berjalan. Wajah-wajah optimis penuh senyum dan kebahagiaan terpasang di mana-mana. Namun, pertanyaannya, damaikah jiwa mereka? 

Jika kita seorang Kristen, apakah Imanuel sedang bersama kita sebagai calon anggota legislatif dan calon presiden wakil presiden? Ketika Allah beserta kita, maka istilah guyonan, "Ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang."

Money politic, negative campaign dan beragam cara kampanye menjelekkan lawan adalah ciri calon wakil rakyat yang belum berdamai dengan dirinya juga. Dorongan pengakuan dari sisi eksternal lebih menguasai dirinya dibandingkan dengan kekuatan internal yang dimilikinya. 

Imanuel, salah satu kata sakral dalam Alkitab yang seyogyanya mampu memperkuat refleksi keimanan pengikut Kristus. Apapun kondisi kehidupan yang sedang dijalani, Allah selalu berada beserta kita dengan caraNya yang ajaib. 

Damai di hati, damai bagi semua orang pun bukanlah frase tahunan yang menghiasi Natal. Ini adalah pengingat sekaligus ajakan untuk selalu mengupayakan hidup berdamai dengan diri sendiri, orang terdekat dan orang banyak. 

Kunci sukses untuk berdamai dengan diri kita dan orang lain adalah rendah hati. Sikap rendah hati membuat kita mampu menerima setiap keadaan yang sedang dijalani. Rendah hati akan senantiasa menenangkan jiwa, terlepas dari seringnya duka dan kepahitan serta akar pahit menghampiri hidup kita. 

Rendah hati akan hadir dalam diri kita manakala kita mampu hilangkan kecongkakan, ego dan kesombongan. 

Mari berdamai dengan diri kita sendiri, hargai apa yang kita miliki sehingga hidup kita bahagia sepanjang waktu menjalani kehidupan. Allah akan selalu menyertai kita ketika kita sanggup berdamai dengan diri kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun