Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

"Lovely December" dan Geliat Perekonomian di Toraja

15 Desember 2023   06:58 Diperbarui: 19 Desember 2023   08:16 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana malam hari di jalan tengah kota Makale mulai ramai oleh penjual kembang api dan petasan. Sumber: dok. pribadi

Bulan Desember dan Januari adalah waktu paling sibuk di kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara. 31 hari di Desember dipenuhi oleh ibadah dan acara perayaan Natal. Sementara satu minggu di awal Januari adalah waktu ibadah Natal dan syukuran keluarga. 

Roda perekonomian turut bergerak cepat di masa Natal dan jelang Tahun Baru di Toraja. Peluang mengumpulkan rupiah pun mampu dibaca oleh para pedagang dari luar Toraja dan bahkan dari luar pulau Sulawesi. Termasuk para warga pendatang, bulan Desember dianggap sebagai masa panen. 

Warga dua kabupaten di Toraja yang mayoritas Kristen dan Katolik menjadikan masa perayaan Natal sebagai puncak belanja. Salah satu belanja paling mencolok adalah kebutuhan perayaan Natal itu sendiri. Namun, di sini bukan terkait langsung dengan makanan dan minuman. 

Bulan Desember adalah waktu terbaik bagi warga Toraja untuk tampil pada berbagai kegiatan seni dalam rangka perayaan Natal dan Lovely December. Lomba menyanyi solo, vocal group, paduan suara, dan beragam kegiatan budaya lainnya memeriahkan bulan Desember. 

Kabupaten Tana Toraja telah memulai Lovely December dengan kegiatan road race berskala nasional pada awal Desember. Ribuan pendatang memadati wilayah sekitar lomba balap motor. Secara instan, pedagang lokal dengan lapak ada kadarnya menjamur di sekitar sirkuit. 

Beragam event selanjutnya berupa festival seni, pameran dan ibadah puncak perayaan Natal akan digelar. Pesanan akan pernak-pernik festival dan pameran banyak diterima oleh pengusaha kerajinan lokal. 

Untuk pameran kopi, event ini turut mendongkrak kreatifitas dan penjualan kopi khas Toraja. Beragam merek kopi yang berasal dari kampung-kampung di Toraja ikut dipamerkan. 

Festival Paduan Suara Natal III di Toraja Utara. Sumber: TS Channel Gereja Toraja
Festival Paduan Suara Natal III di Toraja Utara. Sumber: TS Channel Gereja Toraja

Dalam tiga tahun terakhir, pemerintah daerah kabupaten Toraja Utara juga menyelenggarakan Festival Paduan Suara Natal sebagai rangkaian acara memeriahkan Lovely December. Tahun 2023 adalah festival ketiga. 

Hadiah utamanya adalah seekor kerbau jantan untuk semua kategori. Peserta paduan suara dibagi ke dalam beberapa kategori. Dimulai dari kategori D untuk pelajar SD, SMP, SMA; kategori C; kategori B dan kategori A (profesional). Dalam rangka kegiatan ini, maka belanja terbesar ada pada pakaian atau kostum seragam peserta lomba. Paduan suara memiliki pergerakan terbesar dalam hal pemakaian budget. 

Setiap tim paduan suara beranggotakan 70-100 orang. Nah, biaya kostum untuk satu orang peserta berkisar 300-500 ribuan, tergantung pada jenis kain dan model yang digunakan. Ini belum termasuk biaya belanja sepatu dan pernak-pernik lainnya serta biaya make up bagi peserta wanita. 

Pelaku usaha UMKM, mulai dari penjahit dan penjual kain lokal Toraja mendapat manfaat dari kegiatan lomba paduan suara ini. Tidak sedikit dari usaha penjahitan ini sudah menutup pesanan sejak bulan November. 

Di tingkat yang lebih rendah lagi, yakni gereja dan klasis, lomba-lomba vocal group dan paduan suara juga marak dilaksanakan di semua penjuru Toraja. 

Berbagai denominasi gereja terlibat aktif dalam lomba serupa. Kebutuhan kostum, tata rias, sound system dll memberdayakan ketersediaan sumber daya lokal. 

Bagi warga pendatang yang dominan Muslim, Desember adalah berkah tersendiri bagi mereka. Di sepanjang ruas jalan trans Sulawesi di kota Makale menuju Rantepao, mulai berdiri dan berjejer lapak-lapak musiman. Bahkan lapak sejenis tersebar hingga ke pelosok kecamatan. Barang dagangan utama yang digelar adalah petasan dan kembang api. Terdapat pula lapak-lapak yang menjual pernak-pernik pohon Natal. 

Ya, tidak dipungkiri lagi bahwa sejak tahun 2013, Toraja adalah surganya penjual petasan di bulan Desember. Hal ini terkait dengan perayaan malam Tahun Baru di Plaza Kolam Makale dan kota Rantepao setiap tahun. 

Ribuan wisatawan lokal dari Kabupaten terdekat akan memadati dua kota di Toraja untuk menyaksikan festival malam Tahun Baru yang didominasi pesta kembang api dan petasan. 

Penjualan pernak-pernik Natal sudah pasti salah satu yang paling sibuk. Kondisi ini mendongkrak penghasilan para pelaku usaha lokal Toraja. 

Apalagi banyak yang menyediakan pernak-pernik Natal dari bahan yang bisa didaur ulang. Demikian halnya dengan pohon Natal, telah banyak yang menyediakan pohon Natal dari bahan alami.

Warga pendatang juga menjadi pemasok terbesar untuk kebutuhan makanan khas Natal dan Tahun Baru, berupa cake dan aneka kue kering. 

Pemasok minuman ringan pun memaksimalkan stoknya di toko-toko dan pasar di Toraja. Fanta, Coca Cola, Sprite, Floridina, dan minuman sejenis hingga minuman kotak lainnya sudah dipasok sejak pertengahan bulan November. Kegiatan rutin ini juga memunculkan pedagang musiman di kalangan warga Toraja sebagai pemasok minuman ini ke kampung-kampung. 

Minuman kategori alkohol seperti Anker Beer, Bir Bintang dan sejenisnya juga panen hasil di bulan Desember. Jutaan botol bir bisa habis dibeli oleh warga Toraja.

Berbicara jenis minuman ini, maka tidak ketinggalan produk minuman khas Toraja  tuak ikut menuai rupiah. Jika di hari normal 5 liter tuak seharga 30 ribu rupiah, maka di masa Natal ini, harganya bisa melonjak mencapai 80-100 ribu rupiah. 

Entah karena sudah menjadi tradisi tahunan, konsumsi minuman beralkohol mencapai puncaknya di bulan Desember hingga awal Januari. 

Satu kebutuhan pokok lagi yang menggeliatkan pasar Toraja adalah kebutuhan ayam dan telur ayam. Puluhan mobil pick up yang mengangkut ratusan ribu ekor ayam dari wilayah Sidrap, Enrekang, dan Pinrang akan berbondong-bondong menuju Toraja. 

Sasarannya bukan hanya pasar di kota, namun juga menyuplai langsung ke pelosok pedesaan. Harganya pun cenderung melonjak dari harga normal. Khusus warga Toraja, banyak pula yang menjadi pemasok ayam dan telur musiman. 

Sementara untuk hunian hotel, wisma dan penginapan, tarif juga turut meningkat di bulan Desember. Para pelaku usaha hunian untuk wisatawan rata-rata telah menerima booking penuh. 

Pemicu utama roda perekonomian di Toraja adalah kembalinya para perantau ke kampung halamannya di Toraja. Puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang Toraja akan mudik di bulan Desember. 

Tahun ini, para perantau sebagian besar berasal dari Malaysia, Kalimantan, Papua, Ternate dan Morowali. Sisanya berasal dari berbagai kota di seluruh Indonesia. 

Bus-bus AKAP dan mobil rental menjadikan bulan Desember ini sebagai ajang panen juga. Memasuki minggu kedua Desember, tarif bus ke Toraja akan naik hingga 100%. Untuk kelas ekonomi saja tarif saat ini berkisar antara 200 hingga 280 ribu yang sebelumnya hanya 180 ribu saja. 

Tidak mengherankan jika untuk kategori kelas eksekutif dan sleeper bus, tarif bus mencapai  500-600 ribuan. Untuk rute Makassar-Toraja, rata-rata kuota bus juga sudah penuh oleh pendaftar hingga penghujung tahun.

Mobil rental pun kerja keras di bulan Desember. Rata-rata jemputan untuk angkutan ada di pelabuhan Nusantara Pare-Pare. Penumpang adalah pemudik dari Malaysia dan Kalimantan. 

Biasanya kendaraan seperti bus dan mobil rental penumpangnya minim dari arah Toraja menuju Makassar. Namun, penuh dari arah sebaliknya. 

Merespon situasi ini, banyak pula warga yang memiliki kendaraan pribadi beralih profesi sejenak menjadi penyedia mobil rental. Perantau dari kampung paling dominan menggunakan mobil rental. Hal ini disebabkan oleh volume barang bawaan dan meminimalisir kerepotan. 

Berkenaan dengan mudiknya perantau Toraja, maka pedagang ole-ole di sepanjang ruang Enrekang-Toraja juga turut menuai panen rupiah. Kondisi yang sama terjadi di sekitar wilayah Palopo. Semua perantau Toraja dipastikan akan singgah istirahat makan dan berbelanja ole-ole khas di sana.  

Tradisi mudik perantau Toraja bukan hanya menggeliatkan perekonomian di wikayah Toraja saja. Wilayah terdekat juga terimbas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun