Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenali Pneumonia Mycoplasma dan Tindakan Pencegahannya di Sekolah

9 Desember 2023   13:53 Diperbarui: 9 Desember 2023   20:18 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana belajar di luar kelas. Sumber: dok. pribadi.

Musim hujan telah tiba kembali. Hujan adalah berkat yang lama ditunggu-tunggu oleh siapapun yang telah menjalani musim kering selama beberapa pekan. Meskipun demikian, hujan tak selalu berbicara tentang manfaatnya. Terdapat dampak negatif yang juga mengintai. Dampak ini bisa muncul ketika warga tidak waspada. Kewaspadaan akan ketahanan daya tahan tubuh harus menjadi perhatian serius. Bukan hanya pada orang dewasa. Anak-anak justru harus diberikan perhatian khusus, termasuk balita. Jika terabaikan bisa jadi anak akan terjangkit pneumonia mycoplasma.

Mungkin selama ini jika kita menderita batuk kering selama beberapa hari kemudian berlanjut ke batuk berdahak kita anggap sebagai penyakit musiman dan biasa-biasa saja. Apa itu pneumonia mycoplasma? Ini bukanlah bakteri terbaru seperti Covid-19. Bakteri ini boleh dikatakan sebagai bakteri lawas yang sudah lama ada. 

Sebenarnya pneumonia mycoplasma adalah jenis bakteri yang bisa menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang berujung pada timbulnya radang paru-paru (pneumonia). Secara umum gejala yang ditimbulkan masuk ketegori ringan atau biasa saja. Walking penumonia sering menjadi istilah radang paru-paru ini. Hanya saja, jika gejala penumonia ini dibiarkan atau tidak ada tindakan pencegahan sejak dini, maka bisa menimbulkan dampak yang lebih besar, yakni pneumonia yang berat. 

Oya, pneumonia mycoplasma bisa terjadi pada siapa saja. Tidak mengenal usia. Dewasa dan anak-anak bisa terkena peradangan. Bagi orang dewasa, jika mengidap gejalanya, akan terasa biasa saja. Mirip kena flu seperti pada umumnya. Aktifitas tidak akan terganggu. Ini terjadi karena daya tahan tubuh orang dewasa lebih baik. Sementara pada anak usia lima tahun hingga usia belasan tahun, mereka bisa merasakan dampak yang lebih serius jika mengidap  pneumonia mycoplasma. 

Lalu bagaimana  pneumonia mycoplasma ini bisa menjangkiti kita? Tanda-tanda umum penderita  pneumonia mycoplasma adalah bersin dan batuk yang terjadi dalam frekuensi yang lama. Artinya seseorang yang menderita  pneumonia mycoplasma akan mengalami durasi flu dan batuk dalam waktu yang agak lama, bisa berminggu-minggu. 

Oleh karena penderita  pneumonia mycoplasma menderita flu dan batuk, maka penyebaran bakteri ini terjadi melalui percikan/droplet dari flu dan bersin. Nah, terkait dengan hal ini, maka tempat-tempat yang ramai akan menjadi lokasi rawan penyebaran bakteri pneumonia mycoplasma. Pusat perbelanjaan seperti mall, pasar, konser, stadion, arena lomba, tempat ibadah dan kegiatan yang mengundang kerumunan banyak orang. Satu tempat yang tak kalah rawannya adalah lingkungan sekolah. Bagaimanapun juga, anak-anak yang ada di lingkungan sekolah rawan terjangkit virus pneumonia mycoplasm.

Tanda-tanda umum anak terjangkit bakteri pneumonia mycoplasm antara lain, lemas, demam ringan, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk kering dan berdahak dalam waktu yang lama. Oleh karena batuk kering akan memicu sakit di dada. 

Suasana belajar di luar kelas. Sumber: dok. pribadi.
Suasana belajar di luar kelas. Sumber: dok. pribadi.

Jika sudah terjadi demikian maka perlu ada tindakan untuk pencegahan agar anak-anak terhindar dari bakteri pneumonia mycoplasm. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah pihak sekolah, dalam hal ini pembina UKS menjalin kerja sama dengan Puskesmas terdekat. Jika memungkinkan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan kabupaten. Kehadiran petugas kesehatan di sekolah untuk memberikan sosialisasi terkait tanda-tanda terjangkit dan cara terhindar dari virus pneumonia mycoplasm. Namun, hingga kini kegiatan ini belum terjadi di sekolah-sekolah. Khususnya yang ada di daerah. Sejauh ini kontribusi petugas kesehatan lebih menyasar kegiatan tentang pencegahan stunting. 

Dari pihak sekolah, perlu ada tindakan nyata yang diterapkan seperti ketika pandemi Covid-19.  Semua warga sekolah perlu dihimbau untuk kembali menggunakan masker selama melakukan kegiatan di sekolah. Sosialisasi secara berkala perlu dilakukan oleh wali-wali kelas untuk mengingatkan peserta didik rutin cuci tangan dengan air bersih mengalir. Bersin dengan secara beretika, yakni dengan menutup mulut menggunakan tangan atau lengan ketika bersin.

Satu lagi, minum air putih secukupnya setiap hari, apalagi jika sedang mengalami gejala batuk dan demam. Jika menderita batuk kering dan berdahak, sebaiknya rutin minum air hangat untuk membuat lega tenggorokan. 

Selain itu, perlu pula ajakan kepada semua peserta didik agar mengkonsumsi makanan yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Termasuk buah-buahan dan multivitamin. Istirahat yang cukup pun perlu ditekankan.

Sebagai guru mata pelajaran atau guru kelas, sangat penting untuk menyisipkan perilaku hidup bersih di tengah pembelajaran. Selain ajakan mengenakan masker, cuci tangan setiap saat atau menggunakan hand sanitizer, ajakan tak henti-hentinya kepada peserta didik untuk membiasakan sarapan setiap pagi sebelum pergi ke sekolah untuk menopang daya tahan tubuhnya dan tidak rentan terjangkit bakteri pneumonia mycoplasm. Me

Kuncinya adalah perilaku hidup bersih, ada kesadaran untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan melindungi orang lain ketika menderita flu dan batuk.  Istirahat yang cukup di rumah ketika menderita demam dan flu. Senantiasa memakai masker jika beraktifitas di luar rumah. Dengan demikian anak akan terlindung dan upaya terhindar dari bakteri pneumonia mycoplasm akan tercapai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun