Tanah di sekitar tempat pembakaran lahan juga cenderung subur. Peninggalan pembakaran lahan adalah asap pekat yang juga turut berkontribusi pada pencemaran udara.Â
Pemakaian Herbisida dan PestisidaÂ
Satu hal lagi yang menjadi pemicu kerusakan lingkungan adalah pemakaian herbisida dan pestisida yang sangat masif. Contoh sederhana adalah rawannya terjadi tanah longsor di sekitar kecamatan Rano.Â
Sayuran seperti kembang kol dan bawang merah sangat tergantung pada pestisida untuk memastikan panen yang maksimal. Menurut keterangan warga, jika salah perhitungan melakukan penyemprotan pada kol di pagi hari bisa berdampak buruk pada tanaman itu sendiri.Â
Belum lagi tanaman tomat dan cabe yang rentan mati gadis karena serangan hama dan busuk batang. Sekali lagi peran pestisida adalah jalan keluar yang diambil petani.Â
Sama halnya dengan pemakaian herbisida yang juga masif sebelum dilakukan pembakaran lahan. Meskipun sudah ada alat-alat pertanian modern yang bersumber dari bantuan pemerintah melalui kelompok tani, tetapi penyemprotan lahan untuk mematikan gulma masih menjadi primadona. Manusia dan ternak adalah yang paling dekat terkena dampak penyemprotan.
Ada kasus yang menarik bahwa sebagai besar penghuni empat rumah sakit di kabupaten Tana Toraja dan Toraja utara adalah warga dari kabupaten Enrekang dan warga dari wilayah penghasil sayuran di Tana Toraja.Â
Selama  ini warga kerap membuat laporan bahwa mereka sakit karena diguna-gunai oleh tetangga. Setiap kali mengonsumsi air dari sumur tertentu mereka sakit. Ternyata, pemicunya adalah pencemaran air oleh pestisida dan herbisida ke sumur-sumur warga.Â
Penggunaan alat pelindung diri seperti pakaian yang layak dan masker wajah ketika melakukan penyemprotan seringkali pula diabaikan petani.Â
Terlebih jika menggunakan mesin, percikan dari semprotan bisa menyebar kemana-mana ketika tertiup angin. Penyakit kulit dan gejala keracunan lainnya menghinggapi bukan hanya anak-anak, tetapi yang paling rentan adalah para manula yang tempat tinggalnya berada di tengah perkebunan sayuran.
Saatnya kini petani-petani lokal yang berkecimpung di komoditi sayuran dan palawija mulai peduli lingkungan. Bukan mengejar nominal rupiah semata.Â
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya