Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ketika Siswa SMKN 2 Mappi Merindukan Ruang Kelas

28 November 2023   16:46 Diperbarui: 29 November 2023   06:34 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Guru Nasional baru saja dirayakan tiga hari yang lalu. Tema "Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar" menggaung di mana-mana. Praktik baik tentang kolaborasi pun mewarnai HGN Tahun 2023.

Merdeka Belajar artinya telah nampak pelayanan pendidikan yang berpusat pada murid. Pemanfaatan aset yang ada di lingkungan sekolah telah terimplementasi dengan optimal. Murid bahagia, guru bahagia, satuan pendidikan bahagia dan masyarakat serta pemerintah setempat pun bangga dan bahagia.

Hari ini saya berbincang dengan seorang guru dari wilayah timur Indonesia, tepatnya dari Provinsi Papua Selatan. Ia adalah seorang ibu guru.

Saya mengontaknya lewat pesan messenger. Ternyata, ia juga adalah orang Toraja. Ia satu almamater dengan saya di Universitas Kristen Indonesia Toraja.

Ia alumni tahun 2012. Saya sendiri adalah alumni tahun 2007. Kami pun berasal dari program studi yang sama, yakni pendidikan bahasa Inggris.

Ia bercerita tentang situasi dan kondisi tempatnya mengajar, yakni di SMK Negeri 2 Mappi. Kondisinya seperti ini, pada saat ujian semester ganjil para siswa dari sekolahnya harus menumpang di sekolah lain.

SMK Negeri 2 Mappi berada di distrik Kepi, Kabupaten Mappi, provinsi Papua Selatan. Sejak sekolah ini dibuka pada 2016 belum mempunyai gedung atau ruang kelas yang tersedia untuk digunakan sebagai sarana dan prasarana belajar.

Sebenarnya lokasi untuk membangun ruang kelas sudah ada. Namun, hingga saat ini hanya 1 ruang yang difungsikan sebagai ruang guru dan 1 ruang komputer yang ada.

Artinya hanya ada 2 ruangan yang dimiliki oleh SMKN dengan tiga program keahlian, yakni Akuntansi Keuangan, Perkantoran dan Agribisnis Ternak Unggas. Sementara terdapat 298 siswa yang saat ini sedang menuntut ilmu di sana.

Lalu, bagaimana para siswa belajar?

Mereka menumpang belajar di SD terdekat, yakni di SDN Inpres Kepi. Mereka meminjam 6 ruang kelas. Setiap hari sekolah, siswa masuk jam 12 siang dan pulang jam setengah 6 sore. Wah... sebuah usaha yang perlu diacungi jempol buat kerja sama yang baik di antara dua sekolah.

Suasana belajar siswa SMKN 2 Mappi yang meminjam ruang kelas SD. Sumber: dok. istimewa
Suasana belajar siswa SMKN 2 Mappi yang meminjam ruang kelas SD. Sumber: dok. istimewa

Sebenarnya kursi SD itu tidak pantas untuk siswa SMK. Mengapa? Karena kursinya kecil-kecil.

Di sisi lain, ukuran dan bobot tubuh siswa jenjang SMK jauh lebih besar. Namun, kondisilah yang memaksa mereka. Tak ada tempat lain untuk belajar, selain menumpang di ruang kelas tetangga.

Kondisi yang boleh dikatakan unik pun terjadi pada pelaksanaan penilaian akhir semester ganjil tahun ini. Bukan karena disengaja. Untuk sementara waktu, para guru dan siswa SMK tidak dapat menggunakan ruang kelas SD karena ada kegiatan lain yang terkait dengan pelaksanaan hari guru nasional yang berlangsung dalam waktu hampir bersamaan.

Maka terjadilah kondisi dimana siswa SMKN 2 Mappi duduk melantai di teras-teras ruang kelas tanpa alas. Mereka duduk bersila, siswi duduk di bagian depan dan siswa di bagian belakang. Para siswa menikmati kondisi yang ada. Sementara guru mengawasi sambil memandu pelaksanaan ujian yang berlangsung secara tertulis.

Pemerintah daerah kabupaten Mappi telah memprioritaskan pembangunan ruang kelas pada tahun 2023 ini. Sekarang ini tahapan pembangunan ruang kelas sedang berlangsung. Para guru dan siswa sangat berharap, akhir tahun 2023 ini ruang kelas sudah bisa digunakan. Dengan demikian proses pembelajaran bisa berlangsung di "rumah" mereka sendiri.

Meskipun ruang kelas yang sementara dibangun oleh pemerintah hanya 6 ruangan saja, tapi itu sudah mereka syukuri. Melihat data siswa dan pembagian program keahlian, kebutuhan ruang kelas sebenarnya 11 ruangan. Ini belum termasuk kebutuhan ruangan-ruangan praktikum lainnya untuk setiap program keahlian.

Sumber: dok. istimewa
Sumber: dok. istimewa

Merujuk data pokok pendidikan dari laman https://dapo.kemdikbud.go.id SMKN 2 Mappi bernama SMKN 2 Manajemen dan Bisnis Mappi. NPSN 69948756 dengan status kepemilikan pemerintah daerah. Sekolah ini didirikan pada tanggal 23 Mei 2016 dengan Surat SK nomor 420.2/2069/PDP/V/2016. Adapun surat izin operasional pada tanggal yang sama bernomor 420.2/2070/PDP/V/2016. 

Terdapat 25 guru yang terdiri atas 12 laki-laki dan 13 perempuan. Ditambah satu tenaga kependidikan yang bertugas sebagai operator dapodik. Karakteristik sekolah yang heterogen dari sisi guru dan siswa adalah kekayaan yang akan meningkatkan kualitas SDM di sana.

Perhatian penuh pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah provinsi sebagai penanggung jawab langsung dan juga pemerintah pusat dinantikan oleh keluarga besar SMKN 2 Mappi dan juga masyarakat distrik Kepi. 298 siswa (168 laki-laki dan 130 perempuan) saat ini dengan program keahlian yang ada membutuhkan 11 rombel, yang sementara dibangun 6 rombel.

Jika dikaitkan dengan merdeka belajar, maka guru-guru di SMKN 2 Mappi yang dulunya bernama SMKN 2 Obaa ini sebenarnya telah berusaha untuk memerdekakan siswanya, yaitu dengan menjalin kerja sama dengan SDN Inpres Kepi.

Kolaborasi ini wajib diapresiasi juga karena telah berjalan selama kurang lebih tujuh tahun. Secara khusus buat adik-adik para siswa SMKN 2 Mappi, semangat belajarnya pun perlu diapresiasi. 

Sumber: dok. istimewa
Sumber: dok. istimewa

Pemerataan pendidikan tidak hanya butuh guru, tapi juga tempat belajar. Peningkatan mutu pendidikan akan terjadi secara bertahap seiring tersedianya sarana dan prasarana sekolah yang memadai.

Emas Papua bukan hanya tentang pertambangan, namun jauh di dalamnya adalah tentang kualitas sumber daya manusia yang dibangun melalui bidang pendidikan. 

Terkait kondisi pendidikan, setiap daerah memiliki kasus yang berbeda. Ada satu waktu saya melihat sekolah-sekolah dengan sarana dan prasarana yang memadai, tetapi minim guru dan tenaga kependidikan. Ada yang ruangan kelasnya tersedia, tetapi siswanya tak seberapa.

Di waktu yang lain, terdapat pemandangan sekolah yang siswanya banyak, guru dan tendik memadai, tetapi tidak memiliki sarana dan prasarana untuk belajar.

Semoga keberadaan para Calon Guru Penggerak Angkatan 9 daerah khusus yang sementara dalam proses pendidikan saat ini mampu mewujudkan merdeka belajar yang berdasarkan kearifan lokal warga Mappi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun