Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Cerita Perjalanan: Jalan Ekstrem ke Simbuang Mulai Berbenah

14 November 2023   16:16 Diperbarui: 15 November 2023   18:01 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu alat berat terparkir di jalur Sa'dan. Sumber: dok. pribadi

Sebulan telah berlalu ketika saya kembali dari Lembang Puangbembe, Kecamatan Simbuang, Kabupaten Tana Toraja. Kondisi jalan ke sana saat itu masih ekstrim dengan banyaknya ruas jalan yang rusak parah ditambah penurunan menukik penuh tikungan tajam di tengah hutan pinus. Harus benar-benar hati-hati mengendarai motor. Saat itu, saya yang dibonceng pun wajib hati-hati. Karena kondisi jalan yang rusak berat, meskipun dibonceng, saya pun menikmati suasana terjatuh. 

Namun, saat ini kondisi jalan ke Kecamatan Simbuang mulai ada perubahan. Khususnya ruas jalan di poros Lembang Mappak-kampung Sa'dan. Jika sebulan yang lalu jalan masih berupa jalanan sirkuit offroad dan motocross, kini mulai berbenah. 

Perjalanan ketiga saya ke Simbuang pada hari Selasa, 14 November 2023 menjadi cerita baru pengalaman saya menuju Simbuang dalam rangka Pendampingan Individu 3 Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Tana Toraja. Setelah mengecek kondisi cuaca dan kondisi jalan ke Simbuang, saya berangkat pukul 15.30 dari kota Makale. Perkiraan durasi perjalanan saya adalah 4-5 jam. Dengan demikian, sekitar pukul 20.00 saya akan tiba di Simbuang. 

Menggunakan sepeda motor bebek yang telah diganti bannya menjadi ban bergigi mirip ban Xtrail, harapan saya menjelang gelap ssaya sudah bisa melewati jembatan di Sungai Massuppu', kampung Sa'dan. Artinya sekitar 2 jam sejak berangkat. Rute yang lebih hemat satu jam melalui kompleks perusahaan PLTA Malea Energy saya pilih. 

Kurang lebih sejam, saya sudah berada di kampung Pangala'. Saya memilih tidak singgah makan sore demi mengejar waktu melewati jalur ekstrim di antara kampung Sandangan dan kampung Sa'dan. Saya pun berharap, semoga tidak ada hujan deras, mengingat Tana Toraja sudah mulai turun hujan dalam 2 minggunterkahir. Jika sampai hujan, maka akan makin lama durasi menembus hutan dan jalan ekstrim ke Simbuang. 

Seperti biasa, pagar pembatas jalan untuk ternak liar atau sulu' menyambut saya di perbatasan kampung Sandangan. Pintu ini saya istilahkan juga pintu rimba. Sekitar pukul 5 sore, cahaya matahari masih panas menyengat. Sekitar satu kilometer setelah melewati kampung Sandangan, saya mendapati ada tulisan peringatan untuk berhati-hati, tepat di tikungan tajam pertigaan Simbuang-Mappa'-Malimbong Balepe'. 

Tanda larangan dan peringatan di ruas jalan menuju Simbuang. Sumber: dok. pribadi
Tanda larangan dan peringatan di ruas jalan menuju Simbuang. Sumber: dok. pribadi

Bunyi peringatannya adalah "Sedang ada Pekerjaan Jalan dan Hati-Hati Jalan Licin. " Sejenak saya berhenti memperhatikan. Ada bekas excavator, jalan mulai agak lebar dan ada pengerukan tanah. 

Saya melanjutkan perjalanan lagi, dan hanya sekitar 50 meter, saya melihat ada tenda beratapkan terpal plastik agak besar didirikan di tikungan, lengkap dengan toilet dan tampak ada bagian pemecah batu excavator yang teronggok di depan tenda. Itu adalah kantor sementara pekerja proyek jalan. Tiga orang berdiri di depan tenda. Klakson dibunyikan sebagai tanda perkenalan, saya melempar senyum dan mereka membalasnya. 

Di depan saya terpampang jalan lebar. Meskipun jalan berupa penurunan menukik, akan tetapi terlihat lebih mudah dilewati. Tumpukan bebatuan besar dan berlubang sudah diratakan dengan tanah. Hanya sekitar satu kilometer setelah tenda proyek, saya mendapati alat berat terparkir. Lalu, setelahnya jalan makin berubah tampilannya. Meskipun masih berupa tanah berdebu bercampur bebatuan, tetapi lebih mudah untuk lewat. Beberapa tikungan  tajam ekstrim sebulan yang lalu sudah tidak ada. Semua sudah dipoles. Beruntung, tidak hujan, sehingga jalan seperti sudah diaspal, mudah untuk lewat. 

Satu alat berat terparkir di jalur Sa'dan. Sumber: dok. pribadi
Satu alat berat terparkir di jalur Sa'dan. Sumber: dok. pribadi

Tak lama kemudian, saya bertemu satu tenda pekerja proyek yang kosong. Setelahnya ada pemandangan jalan yang lebarnya sekiatr 14 meter. Suasana hutan seolah lenyap berganti jalanan luas meliuk-liuk hingga ke jembatan sungai Massuppu'. Luar biasa, ternyata memang sedang ada pekerjaan untuk jalan provinsi tersebut. 

Dua excavator terparkir di jalanan yang luas. Ekstrimnya jalur Sa'dan sudah mulai menghilang. Tapi, sekali lagi beruntung belum hujan. Tidak terbayangkan suasana jalan seandainya tiba-tiba hujan lebat. Jalan kaan makin ekstrim karena licin dan becek. Tanah berpasir mudah digerus aliran air hujan dan membentuk sungai kecil di tengah jalanjalan karena jalan belum ada paritnya. Untuk sementara kondisi jalan di ruas Sa'dan ini sudah sangat menolong warga Simbuang. 

Ruas jalan yang dulunya ekstrim, kini lebar. Sumber: dok pribadi. 
Ruas jalan yang dulunya ekstrim, kini lebar. Sumber: dok pribadi. 

Masih teringat di kepala saya ketika pertama kali melewati jalur Sa'dan yang ekstrim saya bertemu seorang bapak paruh baya yang memilih turun dari ojeknya dan berjalan kali di ruas jalan ini. Ia berujar "Indonesia sudah merdeka puluhan tahun, tapi kami warga Simbuang belum merasakan kemerdekaan. Mohon bapak foto jalan ke kampung kami agar ada pemerintah yang lihat. " Saat itu saya foto dan saya tuliskan juga artikelnya di Kompasiana. 

Melihat kondisi jalan terkini, saya turut bersyukur karena pemerintah telah mulai membangun jalan ke Simbuang, khususnya di ruas jalan Kampung Sa'dan dan Kampung Sandangan yang berjarak sekitar 5 kilometer. Jalan inilah yang paling menakutkan ke Simbuang. Di tengah hutan, jalan menurini pegunungan, berbatu dan banyak patahan jalan yang seringkali membuat pengendara terjatuh. 

Jalur Sandangan-Sa'dan ketika belum dilebarkan dan dikerjakan, biasanya penuh kehati-hatian untuk melewatinya. Nah, untuk sementara, jalur ini mulai memberikan kenyamanan. Saya sempat berpapasan denga sebuah mobil dari arah Simbuang. Berhenti sejenak saya dan sopir saling menyapa. Saya pun berujar, "Sudah mulai ada perubahan, pak. " Sang sopir membalas, "Iya, syukurlah sudah ada perhatian. "

Sekitar 2 km jalan yang telah dilebarkan. Sementara dia tanjakan yang selama ini membuat penumpang ojek harus berjalan kaki sudah diratakan meskipun tanjakan yang masih menantang. Saya beberapa kali berhenti untuk mengambil dokumentasi. Lalu ada dua pekerja proyek yang hendak berlalu mengendarai motor berhenti sejenak dan bertanya tentang saya. Profesi, status dan tujuan perjalanan saya sampaikan. Pria yang lebih tua mengangguk dan segera berlalu. 

Perjalanan saya lanjutkan dengan pelan menikmati suasana jalan baru. Beberapa foto dan penggalan video berhasil saya ambil. Karena sore hari tak ada lagi kendaraan yang berlalu, maka debu pun untuk sementara aman. 

Mendekati jembatan sungai Massuppu', jalan terbuka lebar, akan tetapi wajib hati-hati. Bebatuan berhamburan diinjak mobil proyek. Ban motor seringkali tergelincir dan mengganggu keseimbangan. Terlihat beberapa mesin pencampur adonan pasir dan semen terparkir seusai para pekerja berhenti membuat talud di dua baju jalan. Melewato jembatan, sekitar 100 meter, berdiri pondok penginapan para pekerja proyek. Berjejer pula mobil-mobil truk proyek. Para pekerja bersantai menikmati kopi sore. Mereka melempar senyum yang saya balas dengan klakson dua kali. 

Suasana pekerjaan talud di sekitar jembatan Massuppu'. Sumber: dok. pribadi
Suasana pekerjaan talud di sekitar jembatan Massuppu'. Sumber: dok. pribadi

Kehadiran pekerja proyek sedikit memberi ketenangan melewati jembatan Massuppu' yang selama ini sunyi, dianggap keramat, tanpa rumah warga dan gelap-gulita di malam hari. 

Kesimpulan saya, proyek jalan provinsi sedang dikerjakan di jalur Sa'dan-Sandangan. Jalur inilah yang paling menyulitkan selama ini. Jalur yang paling banyak menguras energi, waktu, pikiran dan emosi. Jalur yang selalu meninggalkan cerita belum merdeka bagi warga Simbuang. 

Tanda-tanda kemerdekaan ditandai dengan adanya pelebaran jalan yang selanjutnya akan dirawat beton berdasarkan informasi yang beredar. Walaupun harus diakui jalur Sa'dan-Leppan-Petarian juga menantang. Untuk jalur ini belum ada tanda-tanda akan diperbaiki. Jalanananya masih penuh bebatuan, kubangan lumpur, patahan rabat beton dan bebatuan yang memenuhi jalanan. 

Saya melihat jam tangan, sudah lewat pukul enam sore. Perjalanan sedikit lebih cepat efek jalan yang sudah diperbaiki. Pikiran saya sesekali was-was memikirkan kondisi jalan esok hari di jalur yang sementara dikerjakan. Tak terbayangkan lumpur dan suasahnya akses jalan. Semoga saja tidak terjadi. Simbuang masih setengah perjalanan dari total jarak. Berharap. Semoga dalam dua jam ke depan bisa mencapai tujuan saya, UPT SMPN Satap 2 Simbuang di Lembang Puangbembe untuk menuntaskan Pendampingan Individu 3 Program Pendidikan Guru Penggerak esok pagi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun