Tak lama kemudian, saya bertemu satu tenda pekerja proyek yang kosong. Setelahnya ada pemandangan jalan yang lebarnya sekiatr 14 meter. Suasana hutan seolah lenyap berganti jalanan luas meliuk-liuk hingga ke jembatan sungai Massuppu'. Luar biasa, ternyata memang sedang ada pekerjaan untuk jalan provinsi tersebut.Â
Dua excavator terparkir di jalanan yang luas. Ekstrimnya jalur Sa'dan sudah mulai menghilang. Tapi, sekali lagi beruntung belum hujan. Tidak terbayangkan suasana jalan seandainya tiba-tiba hujan lebat. Jalan kaan makin ekstrim karena licin dan becek. Tanah berpasir mudah digerus aliran air hujan dan membentuk sungai kecil di tengah jalanjalan karena jalan belum ada paritnya. Untuk sementara kondisi jalan di ruas Sa'dan ini sudah sangat menolong warga Simbuang.Â
Masih teringat di kepala saya ketika pertama kali melewati jalur Sa'dan yang ekstrim saya bertemu seorang bapak paruh baya yang memilih turun dari ojeknya dan berjalan kali di ruas jalan ini. Ia berujar "Indonesia sudah merdeka puluhan tahun, tapi kami warga Simbuang belum merasakan kemerdekaan. Mohon bapak foto jalan ke kampung kami agar ada pemerintah yang lihat. " Saat itu saya foto dan saya tuliskan juga artikelnya di Kompasiana.Â
Melihat kondisi jalan terkini, saya turut bersyukur karena pemerintah telah mulai membangun jalan ke Simbuang, khususnya di ruas jalan Kampung Sa'dan dan Kampung Sandangan yang berjarak sekitar 5 kilometer. Jalan inilah yang paling menakutkan ke Simbuang. Di tengah hutan, jalan menurini pegunungan, berbatu dan banyak patahan jalan yang seringkali membuat pengendara terjatuh.Â
Jalur Sandangan-Sa'dan ketika belum dilebarkan dan dikerjakan, biasanya penuh kehati-hatian untuk melewatinya. Nah, untuk sementara, jalur ini mulai memberikan kenyamanan. Saya sempat berpapasan denga sebuah mobil dari arah Simbuang. Berhenti sejenak saya dan sopir saling menyapa. Saya pun berujar, "Sudah mulai ada perubahan, pak. " Sang sopir membalas, "Iya, syukurlah sudah ada perhatian. "
Sekitar 2 km jalan yang telah dilebarkan. Sementara dia tanjakan yang selama ini membuat penumpang ojek harus berjalan kaki sudah diratakan meskipun tanjakan yang masih menantang. Saya beberapa kali berhenti untuk mengambil dokumentasi. Lalu ada dua pekerja proyek yang hendak berlalu mengendarai motor berhenti sejenak dan bertanya tentang saya. Profesi, status dan tujuan perjalanan saya sampaikan. Pria yang lebih tua mengangguk dan segera berlalu.Â
Perjalanan saya lanjutkan dengan pelan menikmati suasana jalan baru. Beberapa foto dan penggalan video berhasil saya ambil. Karena sore hari tak ada lagi kendaraan yang berlalu, maka debu pun untuk sementara aman.Â
Mendekati jembatan sungai Massuppu', jalan terbuka lebar, akan tetapi wajib hati-hati. Bebatuan berhamburan diinjak mobil proyek. Ban motor seringkali tergelincir dan mengganggu keseimbangan. Terlihat beberapa mesin pencampur adonan pasir dan semen terparkir seusai para pekerja berhenti membuat talud di dua baju jalan. Melewato jembatan, sekitar 100 meter, berdiri pondok penginapan para pekerja proyek. Berjejer pula mobil-mobil truk proyek. Para pekerja bersantai menikmati kopi sore. Mereka melempar senyum yang saya balas dengan klakson dua kali.Â