Kota Makale, ibu kota kabupaten Tana Toraja, bukanlah kota besar seperti ibu kota kabupaten pada umumnya. Dalam bahasa Inggris, penyebutan kota Makale lebih tepat sebagai sebuah town, bukan city.Â
Berada di pusat kota Makale, yang terlihat sekeliling adalah bukit. Tak banyak yang bisa dieksplorasi. Empat sudut kota sudah bisa nampak jika kita berada di Plaza Kolam Makale, kolam dengan patung Lakipadada di tengahnya.Â
Kota Makale akan ramai oleh masyarakat pada sore hari hingga malam sekitar pukul 8. Pusat keramaian ada di Plaza Kolam Makale dan pertigaan jalan menuju Makassar.Â
Setelah semua bus Antar Kota Dalam Provinsi berangkat ke Makassar, maka aktifitas kota Makale berangsur sunyi. Namun, ada satu lokasi yang masih menyisakan keramaian setiap malam. Letaknya di Jalan R. A. Kartini.Â
Jalan ini berada di lingkungan perkantoran. Ada gedung DPRD Kabupaten Tana Toraja, Kantor KSP Balo'ta, Kantor Dandim, Bapenda, Gedung Tammuan Mali', Â Damkar, Kantor Kecamatan Makale, Polantas Makale dan Lembaga Pemasyarakatan. Lalu ada pula penginapan Wisma Bungin dan Wisma Yani Randanan di depannya.Â
Jalan yang lebih tepatnya disebut lorong ini adalah pusat kuliner kota Makale. Puluhan gerobak kaki lima berjejer setiap malam. Jalan makin semarak oleh terang-benderangnya balon-balon listrik dari tiap lapak gerobak.Â
Puluhan kursi plastik dan meja-meja mini khas kaki lima mulai berjejer dan bersolek sejak pukul 3 sore. Jl. R. A. Kartini pun penuh oleh warna-warni tenda.Â
Setiap gerai lapak memiliki caranya tersendiri dalam menggaet pembeli. Lalu, sebagian besar bagian promosi adalah wanita. Pernah saya melintas, salah satu lapak dikelola oleh siswa saya.Â
Dengan senyum merekah sambil melambai mereka menyapa setiap pengendara atau orang yang lewat sambil berujar "singgahki, ayo singgah pak/bu, silahkan mampir. "
Ada pula gerai yang tidak melakukan apa-apa, hanya ditungguin sepasang suami-istri, tapi pelanggannya datang silih berganti. Mungkin mereka sudah memiliki fans tersendiri.Â
Beragam makanan menghiasi gerobak-gerobak kaki lima. Ada martabak, terang bulan, nasi goreng, pisang goreng, ubi goreng, sarabba, kopi, dan aneka ragam jajanan murah meriah lainnya.Â
Para pengelola dagangan berasal dari berbagai daerah, tapi didominasi oleh pendatang dari pulau Jawa. Hanya beberapa saja yang merupakan penduduk lokal Toraja.Â
Saya dan keluarga pun sering singgah untuk berbelanja pisang goreng keju, pisang goreng kipas, ubi goreng dan sarabba panas di salah satu gerai yang berhadapan langsung dengan Gedung DPRD kabupaten Tana Toraja.Â
Penjualnya adalah pasangan suami istri. Saya mengenali mereka sejak 10 tahun yang lalu. Waktu itu mereka masih berjualan di depan gedung BRI yang ada di pinggir kolam Makale.Â
Menikmati sarabba panas ditemani pisang goreng hangat bisa menjadi opsi untuk menikmati hiruk pikuk kota Makale.Â
Meskipun cepat sunyi di malam hari, lorong kuliner kaki lima ini masih menyisakan keramaian kota hingga tengah malam. Sebagian besar pengunjung adalah usia-usia muda. Sesekali ada pula pengunjung manula dengan pasangannya.Â
Suasana rindangnya pepohonan kota ikut menambah kesejukan di malam hari. Dijamin tak akan gerah selama duduk santai di lorong kuliner ini. Jika bosan, ada musik dan lagu yang menemani dari beberapa gerai.Â
Nafsu makan juga dijamin oke selama duduk santai di lorong kuliner ini. Jalan bersih ditunjang pemilik gerai yang setia pula memelihara kebersihan.Â
Jika berkunjung ke Toraja dan singgah di kota kecil Makale, jangan lupa singgah di Jl. R. A Kartini, lorongnya pedagang kaki lima khusus jajanan ringan dan minuman.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H