Liga Primer Inggris menyajikan satu laga super big match di pekan ke-11. Derby kota London antara Tottenham Hotspurs bersua Chelsea menjadi laga prestisius penutup pekan ke-11. Spurs dipermalukan oleh Chelsea dengan cukup telak, yakni 1-4.
Spurs unggul terlebih dulu lewat gol winger Dejan Kulusevski pada menit ke-6. Tembakan kerasnya yang sempat membentur Levi Colwill mampu mengecoh Robert Sanchez. Lalu, The Blues Chelsea kemudian merespon dengan empat gol untuk membawa pulang tiga poin dari Tottenham Hotspurs Stadium.Â
Empat gol balasan Chelsea dicetak oleh Cole Palmer lewat titik putih (35') dan hattrick Nicolas Jackson (75', 90+4', dan 90+7').Â
Chelsea yang tampil seperti tim medioker di sepuluh pertandingan awal Liga Primer Inggris musim ini tiba-tiba menjadi superior di kandang Spurs. Beberapa faktor berikut ini menjadi kunci sukses Chelsea menumbangkan Spurs.
Sebelum derby London terjadi, Spurs satu-satunya tim yang berstatus unbeaten di Liga Primer Inggris, yakni memiliki rekor delapan kali menang dan dua kali imbang. Spurs pun bergantian dengan Manchester City sebagai pimpinan klasemen semetara.Â
Sebelum menjamu Chelsea, posisi puncak klasemen telah diambil alih oleh City dengan 27 poin, unggul sebiji poin dari Spurs. Kondisi ini memberikan tekanan mental kepada skuad Ange Postecoglou untuk bisa meraih poin penuh menghadapi Chelsea.Â
Sementara di sisi Chelsea sendiri, kondisi tim sedang tidak baik-baik saja. Chelsea di pekan ke-10 tumbang di kandang sendiri dari Brentford. Posisi di klasemen sementara pun berada di luar 10 besar.Â
Laga besar dan sedikit tanpa tekanan karena peluang untuk bersaing di perebutan gelar juara semakin kecil, membuat skuad Mauricio Pochettino sedikit lebih tenang.
Beberapa kali drama selama pertandingan turut membawa dampak besar untuk kemenangan Chelsea. Dimulai dari teknologi Video Assistant Referee atau VAR. Sekitar 9 kali pengecekan VAR dilakukan oleh wasit. Lima diantaranya menganulir gol.Â
Masing-masing anulir dua gol untuk Spurs dan tiga gol untuk Chelsea. VAR menganulir gol Son Heung-min (14'), Raheem Sterling (21'), Moises Caicedo (28'), Â Nicolas Jackson (38') dan Eric Dier (78').Â
Gol Sterling dibatalkan VAR karena Sterling terindikasi melakukan handball sebelum mencetak gol. Gol Caicedo dianulir karena offside.Â
VAR juga berperan untuk kartu merah Cristian Romero (33') dan gol penyeimbang Chelsea untuk penalti Cole Palmer (35'). Seandainya gol-gol dari Son, Sterling dan Caicedo tidak dianulir maka skor akan imbang 2-2 dan laga akan semakin seru dan berimbang.
Namun, keputusan-keputusan dari peninjauan VAR tersebut berkontribusi untuk terciptanya skor dan jalannya pertandingan. Khususnya di momen ketika Moises Caicedo mencetak gol.Â
Pertandingan terhenti, dan VAR mengecek ternyata ada tekel keras Romero kepada Enzo Fernandez di dalam kotak penalti sebelum terjadinya gol Caicedo yang dianulir karena ada pemain Chelsea yang offside. Kartu merah untuk Romero dan hadiah penalti untuk Chelsea.
Spurs harus bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-33 dan Chelsea berhasil menyamakan kedudukan. Meskipun hanya bermain dengan 10 pemain, akan tetapi Spurs masih mampu mengimbangi 11 pemain Chelsea.Â
Spurs kembali dihantam malapetaka ketika bermain dengan 9 pemain usai bek Destiny Udogie harus mandi lebih cepat. Udogie menerima kartu kuning kedua dan berbuah kartu merah pada menit ke-54 usai menekel dengan keras Raheem Sterling.Â
Di sinilah titik balik Chelsea menguasai laga ini. Sebelumnya, permainan menyerang ditunjang pertahanan yang kokoh dari empat bek Spurs menyulitkan Chelsea, bahkan ketika Spurs masih bermain dengan 10 pemain. Chelsea pada akhirnya mendominasi penguasaan bola. Tekanan-tekanan The Blues lewat duet Raheem Sterling dan Nicolas Jackson makin meningkat.Â
Strategi yang diterapkan  oleh pelatih Spurs, Ange Postecoglou sebenarnya turut berkontribusi terhadap terciptanya tiga gol tambahan Chelsea. Pelatih berpaspor Australia ini menerapkan strategi yang aneh, bahkan jarang dilakukan oleh pelatih manapun ketika tim kekurangan pemain di atas lapangan.Â
Di tengah tekanan serangan Chelsea yang unggul 2 pemain, Postecoglou bukannya melakukan strategi bertahan atau parkir bus. Ia justru menerapkan pertahanan di setengah lapangan. Strategi ini layak diapresiasi. Tujuannya adalah ketika pemain Spurs menguasai bola, akan lebih mudah merangsek ke pertahanan Chelsea. Dengan kata lain, Postecoglou tetap memasang strategi menyerang meskipun hanya bermain dengan 9 pemain saja.Â
Strategi ini memang terbukti sedikit efektif. Dengan hanya 9 pemain, Son dkk masih mampu merepotkan pertahanan Chelsea. Salah satunya gol Eric Dier yang dianulir VAR di menit ke-78.
Strategi bertahan di tengah lapangan permainan inilah yang akhirnya dimanfaatkan oleh pelatih Chelsea, Mauricio Pochettino. Ada celah yang terbuka yang bisa dimanfaatkan dengan mengandalkan kecepatan pemainnya. Terlebih, dua pos pertahanan Spurs memang pincang karena telah ditinggalkan oleh Cristian Romero dan Destiny Udogie.Â
Kejelian pelatih Chelsea, Mauricio Pochettino dalam membaca situasi tepat dan pada waktu yang cepat pula. Strategi memanfaatkan jebakan offside inilah yang menjadi senjata mematikan Chelsea setelah mendapatkan celah dari lowongnya posisi belakang yang ditinggalkan oleh Romero dan Udogie. Khususnya posisi Udogie yang benar-benar menjadi titik serangan dari sisi sayap Chelsea.Â
Sembilan pemain Spurs menghadapi 11 pemain Chelsea pada akhirnya membuat Spurs kedodoran. Pergerakan cepat Nicolas Jackson dan Raheem Sterling di garis jebakan offside sukses menembus kawalan penjaga gawang Spurs, Guglielmo Vicario.Â
Pengaruh tinjauan VAR turut serta pula membuat injury time babak kedua berlangsung lama. Masa injury time, justru membuat Nicolas Jackson makin menambah derita Spurs lewat tambahan dua golnya. Dan terjadilah hattrick pertama untuk Jackson bagi Chelsea.Â
Tiga gol Nicolas Jackson tercipta lewat skema permainan dan proses yang identik. Dimulai dari serangan balik, dan kecepatan memanfaatkan jebakan offside pemain bertahan Spurs.Â
Jackson mencetak tiga gol lewat duet dengan tiga kompatriot berbeda, yakni Raheem Sterling, Conor Gallagher dan Cole Palmer untuk menembus pertahanan Spurs.Â
Catatan penting lainnya yang berkontibusi atas kemenangan Chelsea antara lain Cole Palmer kembali menjadi algojo muda mematikan bagi Chelsea dari titik putih. Â Raheem Sterling menjadi tokoh utama permainan Chelsea. Adanya tambahan waktu hingga 12 menit di babak pertama dan 9 menit di babak kedua di masa injury time sebagai dampak dari pengecekan VAR yang memakan waktu lama.
Di luar tiga gol Jackson, secara keseluruhan pula, ini adalah penampilan terbaik Jackson selama berseragam Chelsea. Pergerakannya sudah beberapa kali merepotkan pertahanan Spurs di babak pertama. Di menit ke-10, ia hampir saja mencetak gol penyeimbang sekiranya tidak ditepis Vicario.
Kekalahan ini sangat menyakitkan bagi Spurs yang tengah membangun kepercayaan diri seusai ditinggalkan Harry Kane. Peluang mengambil alih posisi puncak klasemen liga dari Manchester City pun untuk sementara tertunda.
Chelsea menampilkan permainan terbaiknya sejauh ini di Liga Primer Inggris musim 2023/2024. Meskipun hanya melawan 9 pemain Spurs, tapi ini adalah pencapaian besar Chelsea menghadapi tim-tim besar.Â
Setidaknya hasil 1-4 di kandang Spurs mampu menaikkan mental para pemain yang rata-rata berusia muda dan belum memiliki permainan yang padu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI