Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Itik Palekko, Masakan Khas Pinrang dan Sensasinya

2 November 2023   20:40 Diperbarui: 5 November 2023   19:59 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampak halaman parkir warung makan Itik Palekko di jalan poros Pinrang-Enrekang. Sumber: dok. pribadi
Tampak halaman parkir warung makan Itik Palekko di jalan poros Pinrang-Enrekang. Sumber: dok. pribadi

Sekilas, masakan itik palekko ini mirip dengan ayam rica-rica. Bumbu-bumbu yang digunakan pun relatif sama. Ada lengkuas, jahe, cabe, merica, daun salam, dll. Perbedaan mendasarnya adalah itik palekko lebih basah. 

Cara masak itik palekko tidak berbeda jauh pula dengan cara memasak ayam rica. Semua bumbu yang telah dihaluskan ditumis hingga harum. Kemudian daging itik yang telah dipotong kecil-kecil dimasukkan. Dimasak hingga dagingnya empuk dan bumbu meresap ke dalam daging. 

Cara agar daging itik tidak mengeluarkan bau amis adalah daging itiknya direbus terlebih dulu. Setelah setengah matang dimasak bersama bumbu. Namun, sekali lagi, tiap juru masak itik palekko memiliki metodenya sendiri dalam mengolah daging itik palekko. 

Keistimewaan itik palekko di warung Rifqah ini adalah sedikitpun tidak ada aroma amis dari itiknya. Warna agak kuning cerah. Tekstur daging bebeknya pun empuk. Meskipun banyak tulang, tapi kenikmatannya ada pada menyeruput bumbu khas itik palekko yang melekat pada tulang. Perpaduan bumbu khas itik palekko sangat menambah nafsu makan saya. Bumbunya pun licin tandas saya habiskan. 

Oleh karena pesanan itik palekko yang saya nikmati terlalu pedis, maka jika ada kesempatan lagi ke depan, saya akan memesan yang pedisnya standar saja. Ada rasa manis gurih daging itik yang hilang dari decapan lidah jika terlalu pedis. 

Di beberapa warung palekko sejenis, seringkali masakannya masih berbau khas itik. Kemudian warnanya agak gelap. Tekstur dagingnya oun sedikit liat. Bau itik yang masih melekat pada daging sangat menganggu nafsu makan. 

Oya, warung Rifqah tidak hanya menyediakan itik palekko saja. Masih ada menu lain, seperti ayam goreng, ikan goreng tanpa tulang, aneka sayuran dan ragam jus buah. 

Dijamin akan terpuaskan selera makannya jika menikmati itik palekko di pondok ala lesehan. 

Jadi, jika ada pembaca Kompasiana yang suatu hari nanti berkunjung atau melintasi jalan trmasuk Sulawesi Pinrang-Enrekang, jangan lupa singgah menikmati kuliner itik palekko di warung Rifqah. Dijamin pasti puas dan merindukan itik palekko-nya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun