Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Ketika Tapal Batas Kabupaten Barru-Pangkep Bersolek

1 November 2023   16:07 Diperbarui: 2 November 2023   08:01 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret bangunan yang beralih fungsi menjadi cafe. Sumber: dok. pribadi

Ada yang berubah di tapal batas dua kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, yakni tapal batas kabupaten Barru dan kabupaten Pangkep.

Dalam 2 tahun terakhir, perbatasan kedua kabupaten ini mengalami perubahan kehidupan sosial.  Dulunya tapal batas kabupaten dengan simbol sepasang tugu perbatasan bertuliskan Selamat Datang di Kabupaten Barru ini lebih banyak digunakan sebagai tempat persinggahan  bagi penumpang yang menempuh perjalanan jauh dari atau menuju ke Makassar. 

Suasananya pun boleh dikatakan masih asri karena banyakya pepohonan buah rambutan di halaman rumah warga. Tembok pembatas jalan trans Sulawesi dengan view ke arah laut mengundang pengendara untuk rehat sejenak, terutama pada sore hari menunggu mentarin tenggelam. Tapal batas ini pun populer sebagai tempat berfoto selfie bagi pelintas dan masyarakat sekitar.

Sejumlah pedagang bakso gerobak dan motor pun sering mangkal. Selebihnya menjadi tempat beristirahat bagi sopir-sopir ekspedisi. Ada sopir yang sekedar singgah tidur sejenak dan ada pula yang membongkar muatan atau melakukan. servis kendaraan pada bengkel-bengkel yang ada di tapal batas.

Namun, kini pemandangan tersebut sudah berubah drastis. Tapal batas di kabupaten Pangkep yang masuk kawasan geopark Maros-Pangkep saat ini menawarkan pemandangan yang kontras dengan tema geopark.

Selepas pandemi Covid-19, tapal batas Barru-Pangkep mulai bersolek. Objek yang bersolek bukanlah keindahan kawasan geoparknya, namun sejumlah wanita yang bersolek setiap hari. 

Ya, fenomena kehidupan sosial ini tak terhindarkan selepas pandemi Covid-19 di tapal batas Barru-Pangkep. Akan tetapi ada yang unik, tak ada yang merambah ke tapal batas di wilayah Barru. Mereka yang bersolek khusus hanya ada di tapal batas yang masuk wilayah Pangkep. 

Pemandangan sejumlah wanita tengah bersolek dengan penampilan yang menggugah iman yang melihatnya telah menjadi pemandangan lumrah akhir-akhir ini. Puluhan kios/warung penjual air mineral untuk sopir-sopir ekspedisi sudah berubah menjadi bangunan cafe-cafe mini dengan nama-nama unik disertai merek produsen minuman beralkohol. 

Jika dilihat dari ukurannya, bisa ditafsirkan bahwa ukuran bangunan tiap cafe bervariasi. Namun, rata-rata 4x4 m hingga 4x6 meter. Kios dengan fungsi cafe di sepanjang kurang lebih 200 meter setelah tapal batas memasuki kabupaten Pangkep mudah dikenali dari warna cat dinding. Warnanya rata-rata hijau cerah kombinasi merah. Ada balai-balai di depan cafe tempat bersolek para kaum hawa sang petugas cafe. Ciri lainnya adalah bangunannya tanpa jendela. Hanya pintu yang menyambut "tamu".

Pada siang hari, sesekali pengendara yang melintas akan melihat wanita-wanita bak artis papan atas sedang melenggak-lenggok di depan cafenya seolah memberikan kode bagi siapapun yang melintas untuk singgah. Setiap cafe, baik di bagian kiri maupun di bagian kanan jalan trans Sulawesi memiliki penunggunya atau petugasnya masing-masing. Pandangan para wanita yang murah senyum tersebut selalu tertuju pada setiap mobil yang melintas.

Mengapa tapal batas Pangkep ini berubah drastis? Padahal kurang lebih 400 meter dari tapal batas berdiri politeknik pertanian negeri Pangkep. Apakah ada izin dari pihak terkait? Atau apakah ada yang membekingi sehingga sangat mudah mendirikan usaha dan beroperasi di sana? Yang jelasnya cafe-cafe tersebut bersolek ria setelah pandemi Covid-19 diumumkan resmi berakhir.

Ditenggarai salah satu pemicu tumbuh suburnya cafe-cafe yang menyajikan minuman beralkohol dengan pelayan wanita-wanita cantik nan seksi ini adalah tingginya PHK yang terjadi kepada mereka di tempat kerjanya di luar pulau Sulawesi. Kesimpulan awal saya para pekerja dari kaum hawa tersebut adalah para perantau.

Tingginya kebutuhan ekonomi atau keperluan hidup sehari-hari tidak sebanding dengan penghasilan jika hanya sekedar membuka kios menjual kopi, teh, mie instant, air mineral atau soft drink.

Di sisi lain memang agak susah untuk bersaing mencari pekerjaan dengan penghasilan mumpuni tanpa latar belakang yang memadai pula.

Lalu, berbekal pekerjaan serupa yang mereka kerjakan sebelumnya di tanah rantau, maka profesi itu pula yang mereka bawa ke tapal batas di Pangkep. Tambahan pula, rendahnya tingkat pendidikan yang maksimal SMA/SMK membuat para wanita penghuni cafe kesulitan memperoleh pekerjaan yang lebih baik. 

Selain itu, minimnya skill meraka yang pulang kampung menambah peluang untuk menjalankan  profesi remang-remang ini.  Demikian kira-kira latar belakang pertama sehingga para pesolek tapal batas Barru-Pangkep ini berkembang pesat. 

Kemudian, tapal batas ini sejak dulu menjadi tempat persinggahan bagi sopir-sopir truk ekspedisi antar kabupaten dan antar provinsi. Inilah yang menjadi salah satu daya tarik para pengusaha cafe untuk mengoperasikan cafe-cafenya di sana. 

Jadi, sopir-sopir di samping istirahat atau memperbaiki kendaraan pada beberapa bengkel di sana, sekalian beristirahat sambil mendapat layanan pijat plus-plus. 

Truk ekspedisi melintas diantara cafe-cafe mini yang bersolek di tapal batas Barru-Pangkep. Sumber: dok. pribadi
Truk ekspedisi melintas diantara cafe-cafe mini yang bersolek di tapal batas Barru-Pangkep. Sumber: dok. pribadi

Beberapa hari yang lalu, sekitar pukul 9.30 malam, saya sempat berhenti di tapal batas Barru-Pangkep ini untuk beristirahat setelah menempuh perjalanan 4 jam dari Tana Toraja. 

Saya memilih istirahat pas di samping tugu tapal batas karena lokasinya yang luas dan agak gelap. Kondisi ini memberikan saya keleluasaan untuk menikmati kopi panas yang saya bawa dalam termos. Kemudian saya bisa buang air kecil gratis di semak-semak samping tugu tapal batas. 

Sekitar 100 meter di depan saya, tampak jelas sejumlah wanita sedang melakukan  karaoke di depan cafe dengan busana mudah masuk angin. Mereka bernyanyi sambil sesekali menari-nari di depan dua lelaki. Kedua lelaki tersebut saya perkirakan  sebagai sopir truk ekspedisi karena beberapa truk ekspedisi dengan arah dari Makassar sedang berhenti di sana.

Lalu, sampai kapan para pesolek "korban" kemajuan zaman tersebut bertahan di tapal batas Barru-Pangkep? Haruskah dibiarkan menjadi warna-warni kehidupan masyarakat sekitar yang religius? 

Mungkin sebaiknya pemerintah terkait perlu mengambil tindakan komunikatif bagi para pengelola dan pelaku bisnis cafe-cafe mini sehingga mereka bisa beralih ke profesi yang lebih terhormat. Peninjauan akan izin pun perlu diperhatikan. Jika tanpa izin sebaiknya ditertibkan.

Pemerintah terkait bisa melibatkan pihak dinas tenaga kerja dan dinas sosial untuk memberikan layanan kursus atau pelatihan-pelatihan. Dengan memberikan pelatihan kecakapan hidup seperti menjahit atau tata rias, misalnya, akan membantu mereka yang bersolek di malam hari untuk beralih profesi. 

Dan tentunya akan menjadi sebuah kebijakan yang positif ketika pemerintah atau tokoh masyarakat bersedia memberikan bantuan modal usaha atau kredit murah kepada mereka yang terlatih dan sudah bisa hidup mandiri serta lepas dari hingar-bingar kehidupan malam.

Pendataan kepada setiap wanita yang mendiami cafe-cafe pun perlu dilakukan. Jika memang mereka adalah warga Pangkep, maka sebaiknya diarahkan untuk kembali ke keluarganya masing-masing.

Barangkali saja ada diantara mereka sebenarnya adalah pendatang. Jika ini tidak segera dilakukan, bukan tidak mungkin akan memberikan dampak kepada para mahasiswa di Politeknik Pertanian yang ada di sekitarnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun