Di Kecamatan Simbuang, Kabupaten Tana Toraja terdapat satu kampung tua bernama Puangbembe. Dari nama kampung tua inilah asal-usul nama desa (lembang) Puangbembe Mesakada.Â
Untuk masuk ke kompleks kampung tua ini, hanya bisa dilakukan dengan jalan kaki atau naik kendaraan roda dua. Akses jalan sudah dirabat beton.Â
Sebenarnya, mobil dulu bisa masuk, akan tetapi ada satu titik jalan yang pernah longsor sehingga hanya menyisakan jalan untuk pejalan kaki dan roda dua.Â
Suasana asri menyambut saya memasuki kampung tua ini. Sekelompok tanaman bambu ada di pintu masuk.Â
Kampung tua Puangbembe terdiri dari rumah-rumah adat tua yang bernama tongkonan. Rumah adat tongkonan di sana tidak seperti rumah adat tongkonan pada umumnya yang tinggi dan besar.Â
Khusus di Puangbembe, tongkonan menyerupai tongkonan Mamasa di Sulawesi Barat. Tongkonan agak kecil dengan gaya atap agak landai.Â
Selain itu, jika dilihat, lantai tongkonan lebih rendah. Mungkin salah satu alasan tongkonan di sini mungil karena cuaca yang sangat dingin.Â
Rumah-rumah tua di kampung tua Puangbembe sudah berusia ratusan tahun. Kondisi terpencilnya Puangbembe tergambar dari ukiran-ukiran Toraja pada dinding tongkonan yang tidak. Di penuhi corak warna-warni. Kalaupun ada, warnanya sudah usang.
Sudah banyak juga rumah tongkonan yang tidak berpenghuni. Kemungkinan besar penghuninya sudah berpindah ke sekitar pinggir jalan atau telah meninggal.Â
Sekitar 90 persen warga kampung tua Puangbembe masih menganut kepercayaan aluk todolo. Oleh karenanya pola kehidupan warga di sana masih kental mengikuti tata cara hidup nenek moyang mereka.Â