Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

To Mabalisa, Sebuah Praktik Baik Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

18 Oktober 2023   10:53 Diperbarui: 18 Oktober 2023   20:30 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi narasumber pada Kegiatan IKM di SMAN 2 Tana Toraja. Sumber: dok. pribadi. 

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5 adalah salah satu bagian inti dari Kurikulum Merdeka setelah pembelajaran intrakurikuker. Jika intrakurikuker lebih mengarah pada kegiatan pembelajaran berbasis mata pelajaran, maka P5 lebih fokus pada pembangunan karakter murid. Karakter terbangun melalui beragam kegiatan projek yang didasarkan pada tema-tema yang telah disiapkan dalam kurikulum. Melalui kegiatan P5 diharapkan karakter murid bisa menggambarkan dimensi-dimensi P5. Sehingga pada akhirnya nanti murid-murid benar-benar memiliki karakter yang berprofil pelajar Pancasila. 

Di UPT SMAN 2 Tana Toraja, salah satu tema yang telah dijalankan pada kegiatan P5 adalah Gaya Hidup Berkelanjutan. Tema ini menjadi pilihan pertama untuk peserta didik di kelas sepuluh dan diterapkan pada semester ganjil. Pada tema ini, murid dan guru menyepakati satu topik yaitu To Mabalisa. 

Lalu ,apa yang dimaksud dengan To Mabalisa? Dalam bahasa Toraja, kata "To" artinya orang. Sementara kata "Mabalisa" artinya gelisah, penasaran, ingin tahu. Dengan demikian To Mabalisa dapat diartikan sebagai orang yang gelisah, penasaran dan ingin tahu. Lebih lanjut lagi, Mabalisa artinya seseorang yang merasa tidak tenang ketika melihat sesuatu yang mengganggu penglihatan dan pemikirannya. 

Topik To Mabalisa dalam P5 dilaksanakan dalam kegiatan mewujudkan lingkungan sekolah yang bebas sampah. Selanjutnya, apa kaitan antara To Mabalisa dengan sampah? 

Melalui topik To Mabalisa, para siswa di UPT SMAN 2 Tana Toraja diharapkan mampu tergerak jiwanya untuk memungut sampah yang selama ini banyak berserakan di sekitar lingkungan sekolah. Melalui pendekatan kearifan lokal orang Toraja, para siswa diajak untuk gelisah ketika melihat sampah. Kegelisahan itu akan terobati manakala telah memungut sampah dan membuangnya pada tempat yang telah disediakan. 

Selama kurang lebih empat bulan pelaksanaan P5 dengan topik To Mabalisa, ditemukan oleh warga sekolah bahwa lingkungan sekolah memang mulai bersih dari sampah. Selanjutnya, sampah-sampah yang telah terkumpul kemudian dipisahkan berdasarkan jenisnya. Khusus untuk sampah yang bisa terurai dibuatkan lubang pembusukan dan fermentasi. Hasil fermentasi menjadi kompos dan telah dijadikan pupuk untuk tanaman cabainyang ditanam dalam wadah polybag di sekitar halaman sekolah. 

Koordinator, fasilitatir bersama siswa sepakat untuk tidak membakar sampah, terutama belahan dasar plastik. Pembakaran sampah justru membawa dampak lain yakni pencemaran. 

Topik To Mabalisa pun dibuat menjadi yel-yel dalam bahasa Toraja untuk mengajak siswa dan guru-guru untuk menindaki sampah yang mereka lihat di sekitar lingkungan sekolah. Yel-yel itu berupa ucapan: e to Mabalisa, Mabalisana', Mabalisa komi, Mabalisaki' sola nasang. Artinya: hai orang yang gelisah, aku gelisah, ayo gelisah, kita semua gelisah. 

Untuk sampah berjenis plastik seperti bekas air minum mineral, dikumpulkan kemudian diisi sampah lainnya. Sampah-sampah seperti kantong plastik dan sejenisnya dimasukkan ke dalam bekas botol air mineral, ditumbuk hingga padat. Setelah itu botol-botol yang telah padat oleh sampah dijadikan pagar atau pembatas taman bunga di depan ruang-riang kelas. 

Menjadi narasumber pada Kegiatan IKM di SMAN 2 Tana Toraja. Sumber: dok. pribadi. 
Menjadi narasumber pada Kegiatan IKM di SMAN 2 Tana Toraja. Sumber: dok. pribadi. 

Tantangan dari projek ini adalah ketika masa pelaksanaan projek telah berakhir, sampah mulai kembali berserakan. Artinya, karakter belum tertanam dengan baik dan belum sepenuhnya terbentuk. Sehingga, melalui kegiatan Implementasi Kurikulum Merdeka yang dihadiri oleh seluruh guru, kepala sekolah dan pengawas, warga sekolah diajak untuk mempertahankan To Mabalisa secara berkelanjutan meskipun  projeknya telah diselesaikan, apalagi topik tersebut bertema Gaya Hidup Berkelanjutan. 

Topik To Mabalisa dianjurkan untuk dilanjutkan dengan tema berbeda. Misalnya dilanjutkan dengan tema Kewirausahaan. Melalui hasil pemilahan sampah, pupuk. Kompos yang berhasil dibuat siswa bisa dipasarkan ke guru-guru atau warga sekitar dengan arga terjangkau. Kemudian sampah yang tak bisa terurai  dibuat menjadi barang-barang kerajinan tepat guna. Dengan demikian To Mabalisa tetap berjalan seperti biasa. Pada akhirnya nanti, lingkungan sekolah benar-benar bersih dari sampah. Sangat penting di ini ditekankan bahwa, To Mabalisa wajib ditanamkan dalam pribadi siswa sebagai bagian dari nilai budaya lokal dan kearifan lokal. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun