Jalan gersang dan sunyi menemani kami hingga mencapai pagar pembatas ternak atau sulu' di dusun Sandangan, Lembang Mappa'. Hawa dingin juga mulai menembus jaket.Â
Oleh karena saya dibonceng, maka saya merekam full video perjalanan ke Kecamatan Simbuang. Berbekal kamera handphone dan tripod, saya mulai merekam sejak dari jalur PT Malea Energy hingga ke tujuan, UPT SMPN SATAP 2 Simbuang di Lembang Puangbembe Mesakada.
Kami menuruni jalur Sa'dan yang ekstrim. Jalan sepertinya makin parah dibanding ketika perjalanan perdana saya. Musim kemarau telah memaksa sisa-sisa rabat beton yang bercampur dengan bebatuan alami menyebar kesana kemari dihempas oleh ban motor dan ban mobil. Bebatuan bertebaran di sepanjang jalur. Pak Step terlihat santai mengendalikan motor. Ya, wajarlah... Sudah seperti menu harian beliau.Â
Sadel motor yang pendek memaksa saya untuk konsentrasi pula di belakang pak Step. Jika jalan landai dan mendaki, rasa pegal menyerang kedua paha, tapi agak nyaman di jalur menurun.Â
Lampu motor dinyalakan pak Step setelah sekitar 1 km menuruni jalur Sa'dan. Suara raungan motor Xtrail merek Honda pak Step yang memekakkan telinga sukses mengalahkan suara-suara misterius khas hutan.Â
Sekali lagi, kali ini medan benar-benar berat. Beruntunglah pak Step selaku driver begitu lihai dan hafal betul jalur mana yang layak dan mudah dilalui ban motor. Saya pun selalu mencoba untuk memberikan keseimbangan pada motor dengan senantiasa rapat ke punggung pak Step. Sesekali saya menurunkan kedua kaki saya dari pedal kaki. Rasa pegal di paha sangat terasa. Tambahan pula, ransel di punggung yang berisi laptop agak berat.Â
Saya sempat turun dari motor pada sebuah jalur tikungan, tanah berdebu. Ketika turun, saya melihat ban motor sepertinya sulit dikendalikan. Meluncur saja meskipun pak Step sudah menurunkan kedua kakinya. Bahkan, ketika saya injak jalur tanah tersebut, saya sedikit terpeleset. Saay memilih berjalan mendahului pak Step lalu mendokumentasikan pak Step melewati jalur kategori tantangan tersebut.
Dikagetkan Rombongan Babi Hutan
Suara aliran jeram sungai terdengar sayup-sayup bercampur dengan gemuruh angin dan raungan knalpot motor. Artinya, jalur makin menurun dan mendekati sungai. Sekitar 500 meter sebelum mencapai jembatan sungai Massuppu', kami mendapati sebuah ambulans yang bergerak perlahan dengan arah yang sama dengan arah motor kami. Ternyata ambulans Puskesmas Lekke' dari Kelurahan Sima, Kecamatan Simbuang. Itu adalah mobil yang sama yang dua kali berpapasan dengan saya pada perjalanan perdana ke Simbuang sebulan yang lalu. Pak Step membunyikan klakson dan memberi kode lampu agar kami diberi jalan over lap. Kami saling menyapa dengan sang sopir Ambulans. Kami izin jalan duluan.Â
Beberapa puluh meter setelah mendahului ambulans, kami dikagetkan oleh satu rombongan berkulit hitam yang melintas. Jumlahnya sekitar 3-4 ekor. Jantung saya berdegub keras. Ternyata babi hutan! Oleh karena sempat kaget, saya lupa mengabadikannya segera dengan video. Saya mengikutinya dengan rekaman video. Sayangnya gelap, lampu motor tak sempat menyorotnya. Pak Step kemudian menghentikan motor sejenak dan mencoba menyorot rombongan babi hutan yang melintas. Namun hewan tersebut dengan cepat hilang dibalik semak belukar. Hanya suara gemerisik dedaunan kering yang mereka tinggalkan untuk kami.Â
Kami tertawa dan segera menyadari kekagetan kami. Perjalanan kami lanjutkan, dan meninggalkan ambulans yang melakukan perjalanan santai. Hari makin gelap ketika kami tiba di bibir jembatan yang melintasi sungai Massuppu. Sisa-sisa cahaya di langit masih terpantulkan oleh beningnya air sungai. Pak Step menghentikan motor tepat di tengah jembatan. Kami mengambil nafas sekitar satu menit. Gas motor dinaikkan, posisi duduk dibuat nyaman dan kami pun berlalu memasuki kampung Leppan, Lembang Makkodo. Itu adalah rute kedua yang ekstrim setelah jalur menukik turun dari Sandangan-Sa'dan.Â