Perlahan kuda menyingkir ke sebelah kiri jalan. Saya pun melanjutkan perjalanan. Di tempat ini, pemandangan alam sangat luar biasa. Sore itu sudah sekitar pukul 6 lewat sepuluh menit. Langit masih terang meskipun ada hujan rintik-rintik. Sejauh mata memandang ke depan dan ke belakang, hanya ada lereng pegunungan hijau dengan pohon pinus. Tak ada penampakan kelompok perumahan warga. Simbuang dan sekitarnya memang belum terjamah modernisasi.Â
Saya mendapati kelompok rumah pertama dengan toko besar dan ada warungnya. Namun, saya tidak berhenti. Tujuan saya masih belum jelas sehingga saya memutukan untuk terus melaju.
Jalan landai membawa saya pada sebuah pertigaan dengan ukuran jalan yang identik. Sempat saya mengambil arah kanan, karena dari kejauhan saya melihat banyak rumah. Akan tetapi, saya segara berbalik dan mengigat pesan orang-orang yang saya temui sebelumnya untuk tetap mengambil jalur kiri.Â
Sudah ada tiang listrik di pinggir jalan sebagai patok yang saya ikuti. Pikir saya, tiang listrik pasti melewati jalan utama. Dan benar saja, saya akhirnya tiba di sebuah jalan turun yang mana di sana terdapat beberapa bangunan rumah dan gereja.Â
Di depan saya ada pengendara motor. Saya mengejar mereka dan bertanya jalan menuju Simbuang. Mereka menyahut agar saya lurus terus. Meskipun mulai temaram, saya masih sempat bertanya kepada sekelompok anak yang berkejaran di jalan. Saya bertanya, masih jauhkah Simbuang. Mereka hanya membalas bahwa kampung mereka adalah Sima.Â
Tak lama kemudian saya tiba di Pasar Lekke'. Saya terus melaju dan sesekali membunyikan klakson motor. Saya melewati Puskesmas Lekke' dan ada pula sejumlah kios dan toko di sana. Ketika saya menemukan kantor Panwaslu Kecamatan Simbuang, perasaan saya mulai tenang. Artinya, ini sudah Simbuang.
Sebuah pertigaan kembali saya temukan. Untung ada dua bapak-bapak yang pulang mengambil tuak sedang menapaki jalan setapak di dekat tempat saya berhenti. Saya bertanya tentang lokasi tujuan saya, yakni UPT SMPN Satap 2 Simbuang dan SMAN 13 Tana Toraja. Seorang bapak menjawab dengan sangat ramah. Ia berujar sambil menunjuk ke arah barat dan mengatakan bahwa tujaun saya berada di dekat tower BTS Indosat. Saya lihat masih jauh, hanya sayup-sayup kerlap-kerlip lampu dari sana.Â
Ketika nampak sebuah bentangan yang luas dan nyaman dipandang mata, saya memutuskan berhenti dan menelepon rekan guru yang saya dampingi di Pendampingan Individu Program Guru Penggerak. Pak Kristian Betteng dan sekolahnya adalah tujuan pendampingan saya. Lokasinya berada di Lembang Puangbembe Mesakada. Pak Kristian sementara menunggu saya di depan jalan menuju tempat tinggalnya. Ternyata antara Sima dan tujuan saya masih jauh. Katanya masih sembilan kilometer lagi. Bisa mencapai sejam untuk tiba di sana jika kondisi jalan berlumpur.Â
Oya, di sekitar Makkodo, Sima, Lekke dan Rante yang saya lewati sudah ada jaringan telepon dan internet meskipun terbatas. Satu-satunya akses yang tersedia maksimal adalah layanan Telkomsel, sementara Indosat yang masih dalam tahap pembangunan sedikit membnatu warga pula akan kebutuhan internet.