Baje'adalah penganan atau kue tradisional yang terbuat dari nasi ketan dan gula merah serta dibungkus dengan daun jagung. Seiring perkembangan dunia, pembuat baje'Â juga banyak yang melakukan inovasi pada campuran dan rasa. Sehingga ramai pula baje' yang terbuat dari kacang tanah dan gula merah. Jenis baje'ini diberi nama baje'rappo atau baje'kadong. Ada pula yang menyebutnya bade' kadong. Jika berada di wilayah Toraja Utara, baje' lebih populer dengan sebutan bade'. Selain itu, ada baje' yang terbuat dari kombinasi nasi ketan, kacang tanah tumbuk, dan gula merah.Â
Nama baje' paling banyak ditemui di Toraja bagian selatan, yakni di daerah Gandangbatu Sillanan hingga ke Kabupaten Enrekang. Sejak tahun 1990-an, baje'telah diperjualbelikan sebagai oleh-oleh khas di daerah Tana Toraja, Toraja Utara, Palopo, dan Enrekang di Sulawesi Selatan. Di sepanjang jalan provinsi, jalan poros Toraja-Enrekang, ditemui banyak kios penjual baje'.Â
Khusus di daerah Gandangbatu Sillanan di kabupaten Tana Toraja, baje' memiliki peran penting dalam aktifitas sosial budaya. Masyarakat Gandangbatu tidak sembarang membuat baje'. Hanya dibuat ketika ada acara budaya, seperti rambu tuka' (pernikahan, syukuran) dan rambu solo' (kedukaan). Tidak ada masyarakat Gandangbatu Sillanan yang membuat baje' untuk diperjualbelikan di pasar. Hanya berproses ketika ada acara yang terkait dengan syukuran dan kedukaan. Inilah alasan baje' ini boleh dikatakan kue sakral di Gandangbatu Sillanan.
Bahan baku baje' hanya nasi ketan, parutan kelapa, dan gula merah. Beras ketannya dari ketan pilihan dan terbaik. Baje' tradisional Gandangbatu Sillanan dapat dikenali dari tampilan dan teksturnya yang khas. Rasanya manis tapi sedikit keras dan alot ketika digigit. Kadang orang Gandangbatu bercanda, orang dengan gigi terbatas sebaiknya jangan makan baje'. Ketika ada acara sosial budaya di sekitar Gandangbatu Sillanan, baje' inilah yang menjadi primadona dan menjadi rebutan tamu keluarga yang hadir.Â
Bagi masyarakat Gandangbatu Sillanan, model dan tampilan baje' untuk acara syukuran berbeda dengan baje' untuk kedukaan. Pada syukuran, model baje' lebih menyerupai segitiga dengan ujung pertemuan daun jagung ditekan. Sementara pada acara kedukaan, model baje' terlihat normal, yakni  hanya dilipat biasa. Adonan nasi ketan, parutan kelapa, dan gula merah cair dengan takaran satu-dua sendok makan diletakkan di tengah-tengah daun jagung sebagai pembungkus, kemudian ditutup dari kedua sisi, lalu kedua ujung daun jagung dipertemukan.
Yang menarik lagi adalah proses pembuatan baje'. Biasanya, sehari sebelum penyelenggaraan acara, warga sekitar, khususnya ibu-ibu, bergotong-royong membuat baje' di rumah keluarga pemilik acara. Kegiatan membuat baje' lebih populer dengan sebutan ma' baje'. Ada yang memasak nasi ketan, memarut kelapa, dan mencairkan gula merah. Sementara yang lainnya membersihkan daun jagung sebagai pembungkus baje'. Tradisi ma'baje' masih terpelihara hingga kini oleh masyarakat Gandangbatu Sillanan. Tradisi ini masih memiliki daya pikat tersendiri sehingga masih sangat dirindukan oleh sanak famili di tanah rantau agar suatu hari nanti bisa terlibat dalam kegiatan ma'baje'di kampung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H