Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Perjalanan ke Ollon, Kawasan Wisata Alam dan Budaya di Pelosok Tana Toraja

30 Agustus 2023   21:23 Diperbarui: 31 Agustus 2023   01:38 2511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kampung Ollon yang dipenuhi tenda Kemah Bakti Pramuka Andalan. Sumber: dok. istimewa

Ollon terletak di Lembang (desa) Bau, Kecamatan Bonggakaradeng, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Ollon memiliki topografi berupa rangkaian pegunungan dan perbukitan. Oleh karena merupakan perbukitan, maka kases jalan ke sana pun turut menggambarkan suasana pegunungannya.

Jarak tempuh untuk mencapai Ollon jika berangkat dari kota Makale (ibu kota kabupaten Tana Toraja) sekitar 50 km dengan waktu tempuh 2-3 jam. 

Bagi yang pertama kali mengunjungi Ollon, disarankan mengendarai sepeda motor, paling bagus jenis X-Trail. Bisa juga menggunakan motor matic, dengan catatan pelan-pelan dan penuh kehati-hatian.

Saya berangkat menuju Ollon pukul 05.50 pagi mengendarai sepeda motor matic dari kota Makale. Tujuan saya kali ini sebenarnya bukan untuk menikmati langsung objek wisata Ollon, tetapi untuk mengikuti kegiatan hari terakhir Kemah Pelajar Andalan se-Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan ini berlangsung tiga hari, tanggal 28 s.d. 30 Agustus 2023. Dihadiri langsung oleh Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman. 

Kabut pagi menemani perjalanan ke Ollon. Sumber:  dok. pribadi
Kabut pagi menemani perjalanan ke Ollon. Sumber:  dok. pribadi

Kabut berbalutkan dinginnya embun pagi menemani perjalanan saya dari Makale. Kedua tangan, khususnya jari-jari terasa kaku karena dingin yang menusuk meskipun sudah mengenakan dua lapis jaket rain coat, sarung tangan dan helm tengkorak. 

Akses jalan dari kota Makale hingga perbatasan Lembang Pao dan Lembang Palesan telah mulus diaspal dengan lebar yang sama dengan jalan provinsi. 

Bagi pengendara yang baru pertama kali melalui jalur ini, wajib hati-hati ketika memasuki Lembang Palesan, terutama setalah ujung jalan lebar dan beraspal. Ada penurunan sedikit menukik dengan akses sempit, sulit untuk berpapasan jika sesama mobil. 

Di sebelah kiri langsung berhadapan dengan jurang dengan kedalaman sekitar 200 meter dan langsung terhempas ke sungai Sa'dan. 

Pemandangan di sebelah kiri ini sangat indah, tapi sekali lagi wajib hati-hati. Jangan lupa bunyikan klakson berulang-ulang agar kendaraan di depan bisa berhenti. Ada dua bongkahan batu besar yang menghalangi pendangan mata dari dua arah, ruas jalan di tengahnya hanya muat satu mobil,menukik turun dan tiga tikungan. 

Sekitar 200 meter dari titik ini, jalan kembali lebar mulus beraspal sejauh 1 km. Setelahnya, jalan agak menyempit, tetapi sudah diaspal. Konsentrasi dan waspada selama berkendara di Lembang Palesan, sering-sering bunyikan klakson. Disarankan kecepatan hanya 30-40 km/jam. 

Panorama pemandangan di Ba'ba-Ba'ba, Lembang Palesan. Sumber: dok. pribadi
Panorama pemandangan di Ba'ba-Ba'ba, Lembang Palesan. Sumber: dok. pribadi

Ada satu titik perhentian bernama Panorama Ba'ba-Ba'ba. Lokasinya mendekati perbatasan Lembang Palesan-Lembang Buakayu. Di sini bisa istirahat sejenak sambil memesan kopi panas, mie rebus atau sekedar minum air mineral yang dibawa. Tidak sempurna berhenti jika tidak mengabadikan foto dengan panorama pegunungan hijau di seberang dihiasi akses jalan PT Malea Energy dan alur sugnai Sa'dan dari ketinggian yang menyerupai ular piton sedang merayap. 

Semakin jauh memandang ke selatan, terhampar barisan pegunungan di mana di baliknya terdapat objek wisata tebing romantis Kendenan dan wisata alam Ollon. Satu titik perhentian lagi terdapat sejauh 2 km setalah Ba'ba-Ba'ba. Di tempat ini, Anda bisa berhenti sejenak dan berfoto dengan latar pegunungan yang menyerupai Gunung Nona (Buntu Kabobong) di Bamba Puang, Kabupaten Enrekang. 

Sekitar 4 km berikutnya, akses jalan kembali mulus dan lebar memasuki Lembang Buakayu, Kecamatan Bonggakaradeng. Di dusun Salubarana', jalan menukik turun dihiasi tikungan tajam sejauh kurang lebih 2 km. Pengendara wajib hati-hati dan sesekali menekan klakson. Selama penurunan, Anda akan disuguhi eksotisme perkampungan dan pemandangan alam yang menakjubkan.

Pemandangan dari arah jalan menuju Ollon, hamparan sawah tradisional di Kecamatan Rano. Sumber: dok. pribadi
Pemandangan dari arah jalan menuju Ollon, hamparan sawah tradisional di Kecamatan Rano. Sumber: dok. pribadi

Jalan raya lebar dan mulus beraspal akan menemani hingga pusat Kecamatan Bonggakaradeng di Buakayu. Kurang lebih 300 meter sebelum pertigaan Buakayu-Rano-Bau (Ollon), terdapat jalan menyempit karena longsor di kedua sisi jalan. 

Namun, jangan kuatir, sudah dipasang jembatan darurat oleh masyarakat setempat dari batang kelapa. Konsentrasi dan hati-hati melewati jembatan batang kelapa ini, baik motor terlebih mobil. Dari kota Makale menuju Buakayu berjarak kurang lebih 30 km dengan waktu tempuh normal 1 jam mengendarai mobil. Lebih cepat lagi jika mengendarai motor.

Di pertigaan menuju Bau sudah terdapat papan nama penunjuk arah menuju objek wisata Ollon di Lembang Bau. Jarak tempuh Ollon dari Buakayu kurang lebih 20 km. Memasuki jalur ini tetap perlu berhati-hati sepanjang rute yang telah dirabat beton. Disarankan tetap melaju dengan kecepatan 20-30 km/jam saja. 

Selain itu, penting pula untuk mengenakan masker. Debu banyak beterbangan terutama ketika berpapasan dengan kendaraan lain. Sisa-sisa rabat beton yang terkelupas memicu debu sepanjang jalan. 

Latar akses jalan menanjak yang telah dibeton menuju Ollon. Sumber: dok. pribadi
Latar akses jalan menanjak yang telah dibeton menuju Ollon. Sumber: dok. pribadi

Hanya kurang lebih 100 meter setelah memasuki jalur ke Ollon, langsung dipertemukan dengan tanjakan tajam dengan ratusan tikungan tajam. Sesekali masuk tikungan tajam menanjak, bunyikan klakson. 

Sepanjang akses menanjak hanya terdapat satu dua pohon saja sebagai pelindung jika ingin berhenti sejenak. Akan tetapi, rasa panas perjalanan terobati oleh pemandangan alam yang luar biasa berupa perbukitan savana yang menyerupai akses pendakian Pos 2 menuju Pos 3 di gunung Rinjani.

Setelah meliuk-liuk ratusan kali di tanjakan, tikungan tajam dan sesekali penurunan menukik, pengunjung akan tiba di salah satu punggung pegunungan dengan ciri khas terdapat papan nama di sebelah kiri penunjuk arah ke objek wisata Tebing Romantis, Kendenan. Ini juga adalah spot menarik sebelum lebih jauh ke Ollon. 

Saya tidak singgah ke Tebing Romantis, namun langsung memacu kendaraan motor matic saya ke Ollon. Waktu saat itu menunjukkan pukul 07.10 wita. Matahari pun sudah mulai memanasi punggung saya. 

Sepanjang perjalanan di jalur Ollon ini, berkali-kali saya bermandikan debu bekas rabat beton ketika berpapasan dengan motor atau mobil truk yang mengangkut peserta pramuka dari Ollon. Sepatu, celana panjang dan jaket pun mulai berubah warna seperti telah disiram salju.

Akses jalan berupa tanah berbatu menuju Ollon. Sumber: dok. pribadi
Akses jalan berupa tanah berbatu menuju Ollon. Sumber: dok. pribadi

Kurang lebih 10 menit berkendara, tibalah saya di ujung jalan yang dibeton. Sekitar sepuluh kendaraan Toyota Rush diparkir di sini. Jalan sudah lebar tapi berupa tanah berdebu. Menurun dan menukik tajam diselingi tikungan tajam sejauh 2 km. 

Di jalur ini terdapat penurunan tajam yang lurus dengan ujung tikungan tajam, jembatan dan langsung menukik tajam kembali. Tanjaka kurang lebih 1 km kaya dengan tikungan tajam. Setelah itu kembali berhadapan dengan jalur menukik tajam dan penuh tikungan. Di sini wajib untuk pelan-pelan. Ini adalah jalur ekstrim. 

Salah satu mobil rombongan Gubernur Sulsel menarik kendaraan yang tak mampu menanjak di jalur Ollon. Sumber: dok. pribadi
Salah satu mobil rombongan Gubernur Sulsel menarik kendaraan yang tak mampu menanjak di jalur Ollon. Sumber: dok. pribadi

Di titik ini saya menemui rombongan gubernur Sulawesi Selatan yang terhambat perjalanannya karena kendaraan tidak bisa melintas. Banyak kendaraan tak mampu melewati tanjakan ini sepulang dari Ollon. Beruntung ada Pajero double handle milik PJR yang besedia menarik kendaraan yang tak kuat menanjak. Selain itu, siaga pula anggota kepolisian, anggota pramuka, dua orang personil satuan pamong praja dan masyarakat sekitar. Termasuk saya, yang ikut memandu pengendara yang melewati tanjakan ekstrim.

Perbukitan savana Ollon dengan pemandangannya. Sumber: dok. istimewa
Perbukitan savana Ollon dengan pemandangannya. Sumber: dok. istimewa

Kurang lebih 5 km di depan, kawasan wisata Ollon akan ditemui kendaraan kendaraan muncul dari balik bukit. Mata langsung dimanjakan dengan hamparan perbukitan savana, sungai Sa'dan dan bukit Teletubbies. Seandainya bukan musim kemarau di Ollon, maka hijaunya padang savana akan sangat indah dipandang mata. 

Selain padang savana, Ollon juga menyediakan wisata budaya berupa kehidupan tradisional masyarakat setempat. Salah satu warisan leluhur yang masih dipertahankan masyarakat Ollon adalah ternak sapi, kuda dan kerbau masih dilepas liarkan di alam. Jadi, suguhan menariknya adalah ketika warga akan menangkap kerbau atau sapi liar untuk dijual atau untuk disembelih. Prosesnya masih menggunakan cara tradisional. 

Penangkapannya melibatkan puluhan pria untuk mendesak kawanan ternak masuk ke lokasi penangkapan yang telah disiapkan di sela-sela perbukitan berupa lorong tanah memanjang. Jadi, jika ingin menikmati daging sapi dan kerbau alami bebas obat, maka makanlah daging sapi dan kerbau di Ollon.

Sewaktu-waktu pengunjung yang beruntung akan ditemukan upacara adat rambu solo' (kedukaan) di sekitar Ollon dengan cara yang masih tradisional. Oleh karena kawasan Ollon hanya berupa perbukitan savana, maka selain ternak sapi dan kerbau, penghasilan utama warga Ollon dan Bau secara umum sebagai bahan baku konsumsi adalah jagung, kacang tanah dan pepaya. Tidak ada sawah di sana. Hanya perbukitan savana  sejauh kaki melangkah dan mata memandang. Logistik berupa beras harus dibawa dari  Makale atau dari Enrekang. Beruntung, sejumlah akses jalan sudah bisa dilalui kendaraan. 

Cuaca di Ollon secara umum panas seperti di kota Makassar. Namun, sekali lagi, letihnya perjalanan, susahnya akses telekomunikasi, listrik dan internet akan terbayar lunas oleh sajian pemandangan khas Ollon.

Suasana menjelang masuk kawasan Ollon. Sumber: dok. istimewa
Suasana menjelang masuk kawasan Ollon. Sumber: dok. istimewa

Ollon telah diresmikan oleh Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman sebagai kawasan wisata strategis di Sulawesi Selatan. Pemeritnah provinsi pun telah menggelontorkan dana sebesar 27 miliar rupiah untuk mendukung pembangunan dan penuntasan akses jalan menuju Ollon. Dengan adanya program Andalan ini, maka secara berangsur-angsur warga Ollon dan sekitarnya mulai merasakan modernisasi dan pembangunan setelah sekian lamanya masuk kawasan 3T tanpa listrik, internet dan kendaraan roda empat. 

Hmmm...buat para pengunjung, jangan lupa membuang sampah pada tempat yang telah disiapkan pengelola dari BUMDES Lembang Bau di kawasan Ollon. Hindari melakukan pembakaran rumput dan membakar sampah plastik. Jika memungkinkan, sebaiknya pengunjung membawa pulang sampahnya untuk dibuang di tempat sampah yang ada di Buakayu atau Makale. Mari menjaga keasrian Ollon dan Lembang Bau dari sampah plastik.

Ayo kunjungi salah satu objek wisata Andalan Sulawesi Selatan.

Ayo ke Tana Toraja. 

Ayo ke Ollon. 

Wonderful Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun