Selasa pagi terasa istimewa pemandangan di belakang rumah. Namun, ada yang dirindukan tapi tak kunjung hadir lagi. Kicauan burung di pagi hari.Â
Di kejauhan tampak patung Yesus berdiri kokoh di bukit Burake menghadap ke kota Makale, ibu kota kabupaten Tana Toraja. Dengan mengangkat tangan, seolah memberkati kota di depannya.Â
Suasana pagi begitu indah dipandang menambah nikmatnya menyeruput kopi Toraja pagi. Sruuuuuuppppp..ah....nikmat tiada duanya.
Sejenak, saya posting gambar di salah satu platform media sosial. Tak lama berselang, bermunculan balasan komentar dari beragam teman. Disimpulkan bahwa mereka fokus mengomentari persawahan yang telah mulai hilang. Tambahan pula, ada yang menanyakan perumahan apa itu.
Ya, bisnis properti perumahan mulai menggliat di Tana Toraja dalam beberapa tahun terakhir. Tingginya permintaan hunian dari para PNS, pegawai swasta hingga pedagang turut berperan dalam pembangunan perumahan.Â
Para pengembang properti berasal dari pengusaha lokal Toraja. Mengingat topografi daerah Tana Toraja yang sebagian besar pegunungan, berpengaruh pula dalam hal perencanaan dan penentuan lokasi perumahan. Lokasi persawahan menjadi sasaran empuk para pengembang.Â
Seperti lokasi perumahan yang ada di belakang rumah saya. Puluhan rumah yang dibangun berdiri di atas satu petak sawah yang luas. Sejak berdomisili di tempat ini tahun 2012 silam, pemandangan di belakang rumah adalah persawahan yang luas dan bukit Burake dengan Patung Yesus. Suasana setiap pagi masih penuh kicauan burung dan sorenya beberapa kelompok bangau sawah menghiasi petak sawah di sana.Â
Bahkan saya masih sering menemui para pencari belut di tanggul-tanggul sawah. Setiap sore ada yang seolah bertapa di tanggul sawah atau seolah membersihkan rerumputan mencari lobang belut.Â
Malam harinya, tampak kerlap-kerlip lampu senter juga mencari belut. Kini kenangan itu berangsur lenyap seiring pembangunan kompleks perumahan yang kian marak. Hanya tersisa satu petak besar sawah. Sementara satu petak pas di belakang rumah segera pula akan dibangun perumahan penduduk.Â
Makin pengap, tapi pertumbuhan manusia tak bisa dihindari lagi. Semakin bertambah jumlah jiwa, semakin bertambah pula tuntutan pembangunan hunian.
Satu kekhasan lokal daerah adalah lahan pertanian seperti persawahan. Entah sampai kapan realita penggususan sawah untuk pembangunan perumahan di daerah. Tuntutan budaya modernisasi telah memaksa bagian dari budaya lokal bertani ikut terhimpit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H