Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sawahku Mulai Terhimpit

31 Januari 2023   12:52 Diperbarui: 31 Januari 2023   18:30 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis properti perumahan mulai merambah kota Makale, Tana Toraja. Sumber Foto: Dok. Pribadi

Selasa pagi terasa istimewa pemandangan di belakang rumah. Namun, ada yang dirindukan tapi tak kunjung hadir lagi. Kicauan burung di pagi hari. 

Di kejauhan tampak patung Yesus berdiri kokoh di bukit Burake menghadap ke kota Makale, ibu kota kabupaten Tana Toraja. Dengan mengangkat tangan, seolah memberkati kota di depannya. 

Suasana pagi begitu indah dipandang menambah nikmatnya menyeruput kopi Toraja pagi. Sruuuuuuppppp..ah....nikmat tiada duanya.

Sejenak, saya posting gambar di salah satu platform media sosial. Tak lama berselang, bermunculan balasan komentar dari beragam teman. Disimpulkan bahwa mereka fokus mengomentari persawahan yang telah mulai hilang. Tambahan pula, ada yang menanyakan perumahan apa itu.

Ya, bisnis properti perumahan mulai menggliat di Tana Toraja dalam beberapa tahun terakhir. Tingginya permintaan hunian dari para PNS, pegawai swasta hingga pedagang turut berperan dalam pembangunan perumahan. 

Para pengembang properti berasal dari pengusaha lokal Toraja. Mengingat topografi daerah Tana Toraja yang sebagian besar pegunungan, berpengaruh pula dalam hal perencanaan dan penentuan lokasi perumahan. Lokasi persawahan menjadi sasaran empuk para pengembang. 

Seperti lokasi perumahan yang ada di belakang rumah saya. Puluhan rumah yang dibangun berdiri di atas satu petak sawah yang luas. Sejak berdomisili di tempat ini tahun 2012 silam, pemandangan di belakang rumah adalah persawahan yang luas dan bukit Burake dengan Patung Yesus. Suasana setiap pagi masih penuh kicauan burung dan sorenya beberapa kelompok bangau sawah menghiasi petak sawah di sana. 

Bahkan saya masih sering menemui para pencari belut di tanggul-tanggul sawah. Setiap sore ada yang seolah bertapa di tanggul sawah atau seolah membersihkan rerumputan mencari lobang belut. 

Malam harinya, tampak kerlap-kerlip lampu senter juga mencari belut. Kini kenangan itu berangsur lenyap seiring pembangunan kompleks perumahan yang kian marak. Hanya tersisa satu petak besar sawah. Sementara satu petak pas di belakang rumah segera pula akan dibangun perumahan penduduk. 

Makin pengap, tapi pertumbuhan manusia tak bisa dihindari lagi. Semakin bertambah jumlah jiwa, semakin bertambah pula tuntutan pembangunan hunian.

Satu kekhasan lokal daerah adalah lahan pertanian seperti persawahan. Entah sampai kapan realita penggususan sawah untuk pembangunan perumahan di daerah. Tuntutan budaya modernisasi telah memaksa bagian dari budaya lokal bertani ikut terhimpit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun