Mohon tunggu...
Owen Putra
Owen Putra Mohon Tunggu... -

MENGUNDANG, ATAU UNTUK PEMESANAN BUKU. SILAHKAN KONTAK: 083875026382 \r\nPIN BB: 5AFFAD95\r\nWA: 085263069559

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Buku Kompasianer Dibedah di Gedung MPR RI

19 Juli 2014   16:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:53 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua hari yang lalu, tepatnya Kamis (17/6) merupakan momen yang cukup spesial bagi saya, karena buku terbaru saya dengan judul "BERPUASA BUKAN BERSANDIWARA" diminta untuk dibedah di Perpustakaan MPR RI. Acara yang dikemas oleh panitia dengan tema "Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat" itu dihelat di ruang presentasi, Gedung Nusantara IV Senayan. Selain dipenuhi oleh para penonton, awak media, turut hadir dalam acara tersebut antara lain:

Wakil Ketua MPR RI Ibunda Hj. Melani Leimena Suharli, Anggota DPD RI Bapak A.M. Fatwa, Pimpinan Perpustakaan MPR RI Ibunda Roosiah Yuniarsih, dan para pembahas Mas Abdullah Fanani dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Ustad Shaifurrokhman Mahfuz dari Andalusia Islamic Center, Mas Widya Chalid Wakil Ketua Asia Pasific Library Association, dll.

[caption id="attachment_334245" align="aligncenter" width="637" caption="Penyerahan Cinderamata dari Penulis kepada Wakil Ketua MPR RI Ibunda Hj. Melani Leimena Suharli"][/caption]

Acara berlangsung hari itu cukup hikmat dan seru, selain mendapat apresiasi dari para panelis yang mengupas buku "Berpuasa Bukan Bersandiwara", penulis juga mendapat sejumlah saran dan kritikan konstruktif. Hal yang paling mengejutkan adalah, ketika sesi tanya jawab, tiba-tiba seorang wanita dibalut jilbab merah mengacungkan tangan untuk bertanya. "Bagaimana hukum puasa jika kita sedang melakukan perjalanan dari satu negara ke negara lain? Apakah kita wajib puasa atau tidak?" Ucapnya setelah dipersilahkan oleh moderator acara dengan sedikit menebar senyum kepada audiens.

Ketika wanita itu bertanya, saya yang duduk di meja panelis mencatat poin penting dari apa yang ditanyakan. Ketika saya mau menjawab, saya kembali menanyakan namanya, karena sebelumnya saya tidak menangkap secara persis namanya wanita tersebut. Wanita tadi mengatakan kalau namanya adalah "Edrida", namun karena posisi saya cukup berjauhan maka tidak mendengar nama itu dengan jelas. Akan tetapi, ia mengingatkan saya kembali dengan ucapan, "Endri Pulungan, kita berteman di Kompasiana."

Mendengar ucapan itu, seketika saya angguk-angguk kepala dan langsung menjawab, bahwa mereka tengah melakukan perjalanan (musafir) boleh saja mengambil rukhsah (keringanan) sehingga tidak berpuasa. Sebab Allah Swt sangat senang jika memberi rukshah dan  rukhsah tersebut diambil oleh hamba-Nya. Akan tetapi, jika ia kuat berpuasa maka itu lebih baik baginya dan ia dapat berbuka ketika waktu berbuka telah masuk di negara tujuannya.

Bukan bertanyaan itu yang membuat saya kagum hari itu, satu yang hal menurut luar biasa adalah kekuatan interaksi dan perkenalan di "kampus menulis" bernama Kompasiana patut diacungi jempol. Sebab Mbak Edrida Pulungan datang bela-belain datang ke acara tersebut, karena tahu saya adalah salah satu member Kompasiana. Sekali pun belakangan ini saya tidak terlalu aktif menulis di Kompasiana karena kesibukan dan lain-lain, namun setiap hari saya selalu mengamati isu terhangat dari kampus telah mengajarkan saya banyak hal tersebut. Semoga kompasiana terus eksis dan berkembang.

[caption id="attachment_334246" align="aligncenter" width="594" caption="Penulis bersama Mbak Edrida Pulungan (jilbab merah) dan peserta bedah buku seusai acara"]

14057374501463352701
14057374501463352701
[/caption]

Liputan acara dari Indopos.co.id:

Tensi politik di pemilu presiden (pilpres) 2014 terus memanas, meski seluruh umat Islam sedang melaksanakan ibadah Ramadan. Momen puasa yang seharusnya bermakna untuk ‘menahan diri’  tak lagi berarti. Hal tersebut ditegaskan oleh Wakil Ketua MPR RI Melani Leimena Suharli.

“Tingginya intensitas persaingan dalam iklim politik nasional di pesta lima tahunan pilpres menjadi tidak terhindarkan. Oleh karena itu, momen puasa ramadhan harus menjadi faktor pendorong untuk lebih mengendalikan diri, turut bersama-sama menjaga situasi yang kondusif, serta tetap mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Melani saat memberi sambutan dalam acara bedah buku berjudul Berpuasa Bukan Bersandiwara di gedung MPR RI, Jakarta, Kamis (17/7).

Menurutnya, diterbitkannya buku karya Owen Putra itu, menjadi penting untuk mengingatkan seluruh umat Islam di tanah air, khususnya yang berkutat dengan dunia politik yang tak lepas dari panggung sandiwara.

“Tema yang diangkat di buku ini dipandang tepat dan aktual mengingat saat ini kita tengah berada di bulan suci ramadhan, bulan penuh rahmat dan ampunan, serta sedang menentukan arah perjalanan bangsa ini ke depannya, yakni estafet kepemimpinan negara yang justru semakin memperkuat keimanan dan ketaqwaan kita di hadapan Allah SWT, demi menjadi manusia yang lebih baik, dan juga bermanfaat bagi sesama, serta nusa dan bangsa,” imbuhnya.

Dari buku setebal 292 halaman ini, Melani akui sependapat dengan pandangan sang penulis, bahwa ibadah puasa ramadhan tidak seharusnya ditafsirkan sebagai ajang pengungkungan atau pembatasan aktivitas dan produktivitas seseorang semata, ataupun juga sekedar mengidentikkan ibadah puasa dengan menahan lapar dan haus.

“Lebih dari itu, puasa seharusnya diinterpretasikan sebagai ujian untuk melatih manajemen keinginan dari seorang individu, antara seorang hamba dengan Allah SWT yang dibarengi dengan penyucian hati dan jiwa,” tuturnya.

Esensi dan makna ibadah puasa, lanjut Melani, seharusnya menjadi acuan dalam menjalankan dan meningkatkan kualitas hidup bangsa.
“Sudah sepatutnya, dengan berpuasa, kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara selalu dipenuhi dengan nuansa semangat kedamaian, kebersamaan, serta persaudaraan, sehingga dapat membawa berkah dan kebaikan bersama bagi bangsa ini demi menuju cita-cita dan tujuan nasional kita yang tetap berpijak pada nilai-nilai Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” pungkasnya menambahkan.

Sementara itu,  dalam sambutannya, , Owen Putra menerangkan bahwa ibadah puasa adalah ibadah yang cukup misterius dan rahasia. Karena banyak umat Islam yang mengaku berpuasa namun hanya sekadar mendapatkan lapar dan haus saja.

“Saking istimewanya ibadah yang satu ini, dapat ‘menggoda’ sebagian orang untuk menjadikannya panggung sandiwara. Mereka yang menjalankan berbagai modus operandi sehingga seo-lah-olah mencerminkan hamba yang tengah khusyuk berpuasa, padahal dengan tuntutnan hawa nafsunya, mereka tengah menggali lubang mereka sendiri. Akal sehat mereka seolah-olah terpasung oleh gelora keinginan yang tiada kuasa dibendung, sementara raganya hanya lunglai tanpa daya karena tak makan dan minum,” jelas sang penulis yang merupakan alumni dari Universitas Al Azhar Kairo Mesir.

Diketahui, buku yang bersampul hijau ini di dalamnya terdapat 20 bab pembahasan soal hikmah puasa dalam, di antaranya, berpuasa bukan bersandiwara, mengejar mahkota takwa, puasa Mengokohkan jalinan cinta, lejitan etos kerja mereka yang berpuasa, dan ‘hidangan Tuhan’ ketika berpuasa. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun