Mohon tunggu...
rika novyanti
rika novyanti Mohon Tunggu... -

I'm just an ordinary woman....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Renungan Menjelang Ramadhan

2 Agustus 2010   13:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:22 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini cerita tentang Muthia, seorang gadis kecil yang ceria berusia Lima

tahun.

Pada suatu sore, Muthia menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket.

Ketika sedang menunggu giliran membayar, Muthia melihat sebentuk kalung

mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak

berwarna pink yang sangat cantik.

Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Muthia sangat ingin memilikinya.

Tapi... Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum

berangkat ke supermarket dia sudah berjanji tidak akan meminta apapun selain

yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk

membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik. Namun karena kalung itu

sangat indah, diberanikannya bertanya. "Ibu, bolehkah Muthia memiliki kalung

ini ? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi... "

Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Muthia. Dibaliknya

tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Muthia yang memandangnya dengan

penuh harap dan cemas. Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung

itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten. "Oke ... Muthia, kamu boleh

memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan

karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang

tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?"

Muthia mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke

raknya. "Terima kasih..., Ibu"

Muthia sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung

itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung

itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya

dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah,

kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau.

Setiap malam sebelum tidur, ayah Muthia membacakan cerita pengantar tidur.

Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya

"Muthia..., Muthia sayang ngga sama Ayah ?"

"Tentu dong... Ayah pasti tahu kalau Muthia sayang Ayah!"

"Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu..."

"Yah..., jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil "si Ratu" boneka kuda dari

nenek...! Itu kesayanganku juga"

"Ya sudahlah sayang,... ngga apa-apa !". Ayah mencium pipi Muthia sebelum

keluar dari kamar Muthia.

Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah

bertanya lagi, "Muthia..., Muthia sayang nggak sih, sama Ayah?"

"Ayah, Ayah tahu bukan kalau Muthia sayang sekali pada Ayah?".

"Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu."

"Jangan Ayah... tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini.."

kata Muthia seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya

bermain.

Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk kekamarnya, Muthia sedang duduk

di atas tempat tidurnya. Ketika didekati, Muthia rupanya sedang menangis

diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan.

"Ada apa Muthia, kenapa Muthia ?"

Tanpa berucap sepatah pun, Muthia membuka tangan-nya. Di dalamnya melingkar

cantik kalung mutiara kesayangannya.

"Kalau Ayah mau... ambillah kalung Muthia."

Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Muthia.

Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang

satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih... sama cantiknya dengan

kalung yang sangat disayangi Muthia.

"Muthia... ini untuk Muthia. Sama bukan ? Memang begitu nampaknya, tapi

kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau."

Ya, ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung

mutiara imitasi Muthia.


Demikian pula halnya dengan Alloh SWT terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Muthia.Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan. Untuk itulah perlunya sikap ikhlas, karenanya yakinlah tidak akan Alloh SWT mengambil sesuatu dari kita jika tidak akan menggantinya dengan yang lebih baik.

Semoga bermanfaat, amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun