Dulu saat masih kuliah ekonomi, dengan segala teori yang ada. UMKM seperti tidak punya harapan menyaingi usaha besar. Kenapa? Kan usaha besar dan mapan, bisa membayar banyak gaji pegawai, menyewa toko yang besar, mempunyai budget promosi yang besar, dan jaringan bisnis yang sangat kuat. UMKM dengan modal dan SDM terbatas, gigit jari. Membutuhkan waktu yang lama untuk bangkit. Tapi ekonomi digital menyingkirkan persepsi itu. Tanpa modal besar, pegawai banyak dan toko, UMKM bisa berjualan dengan omset sampai milyaran dengan berjualan online.
Pernah saya melewati sebuah rumah, anehnya para ojek online berdiri di pagarnya. Dengan kekepoan tingkat tinggi, pengen tahu ada apa di rumah itu? Beberapa menit kemudian, keluar seorang bapak memberikan plastik berisi botol kopi kekinian. Wah, ternyata pemilik rumah mempunyai usaha kopi. Padahal di depan rumahnya tidak ada spanduk, atau tanda-tanda berjualan. Keren abis.
Pastinya Indonesia merupakan negara yang mempunyai peluang bagus dalam pertumbuhan Internet dan penggunanya. Bahkan pada tahun 2018, mantan Menkominfo Rudiantara menargetkan ekonomi digital Indonesia mencapai USD 130 miliar pada 2020, atau sekitar Rp 1.978 triliun. Sayang sekitar bulan Maret-April pandemi melanda Indonesia. Namun pelan tapi pasti, ekonomi digital Indonesia bangkit kembali.
Sedangkan pada tahun 2019, ekonomi digital Indonesia sudah menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, dengan nilai US$ 40 miliar. Angka tersebut diproyeksi akan tumbuh dengan sangat cepat di mana ekonomi digital Indonesia pada 2025 bisa mencapai US$ 133 miliar dengan potensi e-commerce sebesar US$ 82 miliar, online travel sebesar US$ 25 miliar, online media sebesar US$ 9 miliar dan ride hailing sebesar US$ 18 miliar. (beritasatu.com) Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Penerapan #EcoDigi Oleh UMKM Sangat Diperlukan Saat PandemiÂ
"Sekarang kerjanya 15 hari di rumah, 15 hari ngantor. Belum lagi gaji dihutang-hutang sama kantor." Keluh seorang ibu tetangga samping rumah, menceritakan anak perempuannya.
Padahal kerjaannya lumayan bergengsi, sekretaris sebuah perusahaan mentereng di Jakarta. Tidak percaya dengarnya, kelihatan dari luar baik-baik saja. Masih ada mobil diparkir di pekarangan dan menolak pemberian bansos dari pak RT. Ternyata terkena imbas pandemi juga.
Salah satu cara memang mencari mata pencarian lain yang settle, salah satunya dengan berjualan online. 'Digital Consumers of Tomorrow, Here Today', yang baru dirilis Facebook pada Agustus 2020. Cukup mengagetkan. Banyak tenant makanan yang baru bermunculan di Gojek. Menawarkan berbagai macam makanan dan minuman, baik frozen maupun siap saji. Dari sebelumnya, Gojek mendapatkan 500 ribu tenant dalam waktu 2 tahun, ini hanya dalam 3 bulan terakhir, ada 120 ribu tenant baru. Wow. Bahkan Tokopedia pun juga ada 900 ribu akun seller baru yang turut meramaikan dalam waktu singkat, hanya 4 bulan terakhir.
Pengeluaran online juga menunjukkan peningkatan signifikan. Diramalkan juga oleh 'Digital Consumers of Tomorrow, Here Today' pada tahun 2025, pelanggan digital rata-rata akan menghabiskan uang 3,5x lebih banyak dari yang dihabiskan pada tahun 2018. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan tahun 2019, yaitu peningkatan sebesar 3,2x. Pada akhir 2020, rata-rata nilai barang dagang bruto, yaitu nilai uang dari penjualan produk atau layanan di marketplace online, di Asia Tenggara diprediksi mencapai US$172 per orang.
Memang harus ada cara kreatif buat UMKM bangkit, kalau tidak mau usahanya bangkrut. Jadi cara yang tepat satu-satunya harus berjualan dengan menggunakan teknologi. Yups, melalui ekonomi digital, suka tidak suka. Digitalisasi UMKM dalam bertransaksi, membuka banyak peluang untuk usaha maju.