Mohon tunggu...
Ovianty
Ovianty Mohon Tunggu... Penulis - Freelance writer, blogger

Jatuh cinta pada dunia tulis menulis pada tahun 2007, dan memulai sebagai asisten penulis skenario sinetron anak di televisi. Beberapa karya dimuat di media massa dan majalah anak. Sejak November 2016, memulai menulis di non fiksi dan blog sampai sekarang. Si pemimpi yang masih harus banyak belajar.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekonomi Digital, Harapan UMKM Berjaya

23 Desember 2020   06:15 Diperbarui: 23 Desember 2020   06:43 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
olah pribadi, sumber: depositphotos.com

Terlalu lama work from home saat pandemi ini, membuat saya merasa bosan. Hadeeuuh...

"Yah, coba ternak lele aja, kayaknya gampang," saran saya kepada suami. Beberapa minggu ini, suami membawa pulang printer desain sebesar sofa dan dua komputer dari kantor. Semua pekerjaan desain grafis dilakukan dari rumah. Kadang kirim lewat email, kadang dijemput kurir. Dan mempunyai waktu luang di rumah. Sedangkan saya juga pekerjaan menulis bisa dilakukan di rumah. Bingung kan mau ngapain biar nggak bosen di rumah? Trus tiba-tiba kepikiran kolam samping rumah yang dibiarin kosong. Kayaknya bagus nih ternak lele.

"Boleh, ibu yang beli bibit ya." Yippee.. Lampu hijau diberikan suami, dengan membeli bibit lele di marketplace Tokopedia. Lalu tebar bibit lele ke kolam, berharap lele hidup besar, panen banyak, untung besar. Tapi malah bibit mati satu persatu, huhuhu.. Sampai akhirnya total 70 ekor mati dari 100 ekor. Sedihnya hati ini.

Mau berhenti tapi tanggung. Terlanjur nyebur, ya basah sekalian. Akhirnya menemukan tempat penangkaran ikan di Cilangkap. Alhamdulilah bibit lele kali ini sehat dan tumbuh besar. Panen lele banyak, tapi masak mau dimakan semua sendiri? Jual aja deh! Tapi mau jual kemana?                                                  

Berjualan Secara Konvensional Kurang Tepat Untuk Saat Ini

Setelah belajar di komunitas lele, saya baru mengetahui alur penjualan peternak lele sampai ke pembeli akhir. Pernah sih menawarkan ke pedagang ikan di pasar, tapi harga jualnya rendah. Per kilogram lele di pasar dijual sekitar 27 ribu. Mau lepas 20 ribu per kilogram ke pedagang untung tipis sekali. 

Lele yang saya pelihara, murni makan pelet dan daun-daunan, tidak terkena kotoran hewan. Apalagi pelet harganya menaik terus. Belum lagi resiko, lele yang mati, karena lompat atau dimakan temannya sendiri, hehe.. Beneran, beternak lele tidak seindah konten youtuber.

Pengen jual sendiri lele di rumah, juga tidak mungkin. Tahu sendiri kan, pandemi seperti ini harus menjaga jarak dengan orang. Menjual lele di rumah, berarti bakal banyak orang lalu lalang masuk teras rumah. Nyeremin banget, di rumah ada mama yang lansia dan kedua anak yang masih kecil. Puyeng deh. Pilihannya menjual lele langsung ke pembeli rumah tangga, tanpa harus mereka datang ke rumah. Dengan jualan online melalui digitalisasi! Yupss, pilihan yang tepat. Iya kan?

olah pribadi
olah pribadi
                          

Digitalisasi UMKM Untuk Kebangkitan Ekonomi

Tidak semua UMKM ikutan berperan dalam ekonomi digital. Apalagi yang usianya sudah 40 tahun keatas, dan malas menggunakan teknologi dalam berjualan. Katanya sih teknologi itu merepotkan. Walau sebenarnya mereka enggan untuk belajar. Sudah nyaman jualan offline dengan menggunakan uang tunai. Buat apa repot-repot menggunakan teknologi? Sedih deh bayangin UMKM kayak gini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun