Mohon tunggu...
Ovi Vensus H. Samosir
Ovi Vensus H. Samosir Mohon Tunggu... Editor - Menjadi Terang

Pendidikan, Sosial, Budaya, Politik, dan Hubungan Internasional adalah beberapa bidang kehidupan yang berhasil menarik minatku.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Negosiasi COP26: Berhasil atau Gagal

27 Desember 2021   16:56 Diperbarui: 27 Desember 2021   17:01 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tuntutan dari negara-negara sedang berkembang seperti India, Indonesia menghasilkan kesepakatan yaitu mendesak kembali negara maju untuk memenuhi komitmennya untuk menyalurkan USD100 miliar per tahun terhitung mulai 2020, yang mana sampai sejauh ini mereka baru menyalurkan USD80 miliar per tahun dengan hanya seperempatnya saja tersalur pada program perubahan iklim.

Dalam COP26 muncul juga usul phase out (menghapus secara total) terhadap batu bara sesegera mungkin dan pada tahun 2035 kendaraan konvensional berbahan bakar fosil tidak boleh lagi diperjualbelikan melainkan hanya boleh memasarkan kendaraan berbahan bakar energi bersih. Usul tersebut menimbulkan negosiasi yang menyita tenaga, pikiran, dan waktu ekstra dari para pihak. China, India beserta negara-negara berkembang lainnya melakukan penolakan karena usul tersebut tidak mempertimbangkan kondisi nyata negara-negara berkembang. 

Tiap negara memiliki tingkat ketergantungan yang berbeda-beda terhadap komoditas batu bara. Setelah terjadinya satu hari perpanjang waktu negosiasi, akhirnya disepakati phase down (penghapusan secara bertahap) terhadap batu bara. Kesepakatan tersebut termuat dalam paragraf 36 dari 97 paragraf Pakta Iklim tersebut.

Dan segala pembangkit listrik berbahan bakar batu bara baru akan dihapuskan pada tahun 2030-an di negara-negara maju, dan pada tahun 2040-an di negara-negara miskin. Hal ini juga mengartikan bahwa negara-negara sepakat untuk mempertahankan tujuan Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 C (2,7 F) dan menyatakan bahwa emisi karbon harus turun 45 persen pada tahun 2030 untuk mempertahankan tujuan 1,5C.

Secara spesifik pada COP26, negara-negara telah berjanji termasuk:

  •  Amerika Serikat dan China, dua penghasil emisi terbesar, sepakat untuk bekerja sama dalam mengatasi iklim terlepas dari hubungan diplomatiknya yang relatif kurang harmonis.
  • Lebih dari seratus negara telah berjanji untuk mengurangi 30 persen emisi metana mereka pada tahun 2030.
  • Lebih dari 130 negara, bersama-sama memiliki 90 persen hutan dunia, sepakat untuk menghentikan dan kemudian membalikkan deforestasi pada tahun 2030.
  • Lebih dari 450 lembaga keuangan yang mengawasi aset senilai $130 triliun telah berjanji untuk menyelaraskan portofolio mereka dengan tujuan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050.

 Menjadi penting untuk dipahami bahwa berbagai hasil kesepakatan COP26 -- yang dikodifikasikan dalam "Paris Rulebook" -  di atas merupakan rangkaian proses perundingan yang panjang. Hasil kesepakatan COP26 merupakan hasil dari proses dari 6 tahun yang lalu saat sebanyak 197 negara melakukan Perjanjian Paris (Paris Agreement) pada tahun 2015.

 Dengan negosiasi yang cukup menguras tenaga, pikiran dan waktu para pihak yang berunding, negosiasi di COP26 di Glasgow 2021 dapat dikategorikan berhasil. Kegagalan negosiasi yang tidak menghasilkan kesepakatan seperti COP15 tahun 2009 di Copenhagen dapat terhindarkan.

Keberhasilan negosiasi para pihak di COP26 disebut driving dimana para pihak punya kecenderungan untuk menyepakati atau untuk membuat suatu kesepakatan.

Negara-negara membuat komitmen penting dalam Pakta Iklim Glasgow dimana "Paris Rulebook" telah berhasil disepakati, dengan catatan para pihak khususnya negara-negara perlu lebih serius lagi terhadap komitmen masing-masing dalam menjaga tingkat pemanasan global hingga 1,5 C (2,7 F) walau tanpa adanya pengadilan atau mekanisme global yang mengikat.

Referensi: 

Zartman, I. William. 2009. Negotiation and Conflict Management; Essays on Theory and Practice. Routledge 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun