Kemajuan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), telah membawa dampak besar terhadap cara kita mengakses informasi. Di tengah pesatnya perkembangan ini, generasi muda, terutama Generasi Z dan Alpha, dihadapkan pada tantangan untuk memilah informasi yang valid dan berguna. Artikel ini mengulas pentingnya literasi informasi sebagai keterampilan utama di era digital, serta memberikan strategi untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menanggapi arus informasi yang semakin tidak terkendali.
Era digital telah membawa perubahan besar dalam cara kita mengakses informasi. Generasi Z dan Alpha tumbuh bersama teknologi yang memudahkan mereka mendapatkan berbagai jenis informasi dari berbagai sumber. Namun, kemudahan ini juga diikuti dengan tantangan besar, yaitu semakin sulitnya membedakan informasi yang valid dan bermanfaat. Keberadaan kecerdasan buatan (AI) dan algoritma cerdas yang ada dalam berbagai platform memperburuk masalah ini, karena sering kali informasi yang disajikan tidak mencerminkan kebenaran secara objektif.
Sebagai contoh, studi yang dilakukan oleh Pew Research Center (2022) menunjukkan bahwa hampir 60% generasi muda merasa kesulitan dalam membedakan berita palsu dari fakta. Kondisi ini menunjukkan bahwa literasi informasi menjadi keterampilan penting yang harus dimiliki oleh generasi masa depan. Literasi informasi bukan hanya sekedar kemampuan untuk mencari informasi, melainkan kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan menggunakan informasi secara efektif untuk tujuan yang tepat.
Tantangan Literasi Informasi di Era AI
1. Banjir Informasi Tidak Valid
Salah satu tantangan terbesar di era digital adalah maraknya informasi yang tidak valid. Mesin pencari dan media sosial dirancang untuk menampilkan konten yang menarik perhatian, sering kali mengutamakan popularitas daripada kebenaran. Hasilnya, informasi yang kurang valid atau bahkan salah sering kali lebih cepat tersebar daripada informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Selama pandemi COVID-19, misalnya, informasi yang salah tentang pengobatan atau teori konspirasi mengenai virus menyebar dengan cepat di media sosial, bahkan lebih cepat daripada informasi dari sumber yang kredibel seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Fenomena ini menunjukkan pentingnya literasi informasi dalam membantu generasi muda untuk bisa memilah informasi yang akurat dari yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
2. Bias Algoritma dan Filter Bubble
Algoritma yang digunakan oleh platform digital berfungsi untuk menyesuaikan konten yang ditampilkan dengan preferensi pengguna. Namun, hal ini menimbulkan masalah baru, yaitu terbentuknya *filter bubble*, di mana pengguna hanya disajikan dengan informasi yang sesuai dengan pandangan mereka. Ini berpotensi mengurangi kesempatan untuk memahami berbagai perspektif dan memperburuk polarisasi opini.
Sebagai contoh, seseorang yang aktif mencari informasi mengenai isu politik tertentu mungkin hanya akan disuguhkan dengan konten yang mendukung pandangan tersebut. Ini mempersempit wawasan dan dapat membentuk pandangan yang kurang objektif. Karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran akan bagaimana algoritma bekerja dan dampaknya terhadap pilihan informasi yang kita terima.