Kemarin, 2 mei hari kedua percobaan tarif baru untuk gojek. Iya gojek, bagaimana untuk grab? Sama saja. Dari pesan yang dikirimkan kepada para mitra khusus 5 kota besar yang ditetapkan pemerintah, yakni Jabodetabek, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, dan Makassar.Â
Percobaan tarif selama 3 hari untuk gojek mendapat pro dan kontra dari para konsumen. Naiknya tarif ini sudah ditetapkan sejak maret lalu, namun banyak konsumen dan dan juga para driver yang tidak tahu tentang hal ini.
Pihak aplikator juga tidak memberitahu tentang hal ini kepada konsumen, melalui pesan broadcast misalnya. Juga kepada para driver di luar 5 kota besar itu.Â
Saya sebagai driver yang onbid di denpasar mempertanyakan tentang mengapa tidak memberitahu dari awal bahwa kenaikan tarif ini tidak serentak dilakukan di seluruh indonesia, padahal tanggal 1 mei kemarin sangat ditunggu-tunggu bagi para di driver. Meskipun tidak berpengaruh dengan banyaknya orderan dan hasil yang dibawa pulang. Karena memang tarif di sini masih tarif yang lama.
Konsumen, driver, dan aplikator. Aplikator sebagai penyedia layanan tentunya ingin mendapatkan untung. Konsumen sebagai pengguna mengingingkan tarif murah yang lebih murah dari transportasi yang lain, dan driver sebagai jembatan antara keduanya sangat tidak mau dengan tarif yang murah.Â
Konsumen yang setiap hari menggunakan ojol, apalagi yang sampai 3-4 kali sangat merasakan besarnya pengeluaran perbulannya. Bahkan ada beberapa konsumen yang menghitung kerugian gojek karena akan kehilangan beberapa pelanggannya karena mereka memilih menggunakan transportasi lain bahkan ada yang berencana membeli motor sendiri. Itu hak masing-masing, tidak ada yang memaksa dan melarang untuk menggunakan transportasi apapun.
Tarif baru ini belum potongan sebesar 20% untuk aplikator. Banyak perbedaan pendapat antara konsumen dan driver masalah naiknya tarif ini. Driver mungkin bahagia sekali dengan kenaikan ini karena ya mereka akan membawa uang lebih dari biasanya.Â
Jadi kesimpulannya, ada yang untung dan yang rugi. Jika merasa tarif ojol mahal, cari yang lain yang mau antar dan jemput sampai depang gang bahkan depan pintu rumah. Murah mahalnya tarif tergantung aplikator (gojek dan grab) memberikan voucher dan diskon. Siapa yang berani membakar uang lebih banyak mereka yang akan mendapat banyak pelanggan.Â
Bagaimana dengan driver? Ya tetap nyalakan aplikasinya, jangan lupa doa, dan yang terpenting kuota masih ada. Karena udah doa seharian pun jika kuota gak ada orderan gak bakal masuk, namanya online semua terhubung ke internet. Satu lagi, OJO KAKEAN SAMBAT.
Salam damai,
Denpasar, 3 mei 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H