Nah, nanti ini tersiery. Caltex lagi yang berperan. Dulu secondary hanya Caltex. Sebenarnya yang lain juga bisa, tapi pertanyaannya, mau nggakl Padahal, PertaminalahannyajauhlebihbesardariCaltex. Tapi tidak ada keinginan untuk memproduksi. Bahkan keinginannya untuk memproduksi baru kelihatan setelah UU Migas.
Jadi, BP Migas dikorbankan?
Ya. Sebenarnya ini berujung pada usaha peningkatan produksi dalam negeridan impor crude BBM. Pertarungannya di situ. Jadi, jangan sampai produksi lifting kita itu naik. Ada bukti-buktinya. Tahun 2011, pipa Caltex bengkok sehingga gas tidak bisa masuk ke steam flat. Dampaknya, minyak nggak keluar, produksinya tidak maksimal lagi.
Anjungan pipa di Kodeco (JawaTimur) pada tahun yang sama ditabrak kapal. Jelas kapalnya kami tahu karena sempat kami cegat di Tanjung Perak, tapi tidak pernah ditangkap. Lalu fasilitas produksi kita di (kapal tanker) Gagasan Perak, juga Lentera Bangsa,terbakar. Ini terjadi berturut-turut dalam satu tahun. Apakah itu kebetulan? Yang terakhir, kasus penyelundupan minyak mentah kapal Martha Global, tapi nggak dilanjutkan. Semua orang juga tahu mafia minyak ada d isitu. Saya juga sudah sampaikan ke DPRdan BIN.
Saya ingat, waktu pertama kali menjadi Kepala BP Migas, ada laporan storage kita penuh semua. Minyak-minyak kita nggak diangkut. Kalau itu sampai penuh, produksi akan stop, gawat. Saya cek, ternyata nggak diangkut kapal.
Saya tanya ke Pertamina karena dia yang punya kontrak. Alasannya macam-macam. Lalu saya ancam, kalau satu minggu nggak diambil, akan putuskan kontrak dan ditenderkan secaraterbuka. Mendadak, jalan lagi pengangkutan itu. Nggakama kemudian, ada kasusZatapi. Saya nggak tahu kaitan kasus Zatapi dengan tidak diambilnya minyak-minyak itu. Selama ini, saya belum pernah ngomong soal ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H