Facebook pertama kali saya dibuat pada tahun 2012, sejak duduk dibangku kelas 11 di SMAK St. Fransiskus Xaverius Ruteng.  Saya mengenal Facebook terinspirasi dari teman laki-laki bernama Yanto (teman satu angkatan dan tinggal satu asrama milik sekolah) Saat ini saya  memanfaatkan facebook untuk mengapload momen yang penting dan berguna bagi saya sendiri dan orang lain jika situasi dan kondisi memungkinkan.
Kemajuan Teknologi Memungkinkan Kita Semua Menulis apa saja, kapan dan dimana saja
Kemajuan teknologi yang ada memberi peluang bagi kita untuk belajar menulis. Â Intinya tulisan kita tidak melanggar kode etik dan melanggar (UU ITE). Kemajuan yang ada memberi peluang bagi kita untuk berbagi pengetahuan, pengalaman dan cerita-cerita unik di lingkungan kita. Mengapa tulisan perlu dibagi?. Untuk ada kita menyimpan ide berlian kita, sementara hidup kita hanya sementara.
Atau mungkin dunia saat ini menantikan gagasan mutiara dari kita sehingga ada peluang untuk menjadi lebih baik dan beradab.Bukan berati dunia saat ini tidak baik. Yang baik kita teruskan dan pelihara, sedangkan  yang tidak baik kita berusaha memperbaikinya seturut kemampuan kita. Daripada kita tetap diam, dan menyimpan gagasan kita samapai usia senja, lalu mati. Tidak meninggalkan jejak apapun. Sementara dunia hari ini merindukan perubahan menuju kesempurnaannya.
Ada beberapa alasan mengapa  baru mului menulis. Pertama, minder karena kurang membaca, tak cukup waktu untuk giat berlatih. Kedua, susah membagi waktu dengan urusan lain dalam hidup. Ketiga, sarana pendukung yaitu aliran listrik.  Di Kampung saya di bulan Desember  2023 baru dialiri listrik. Keempat, kurang memiliki jangkaun relasi sosial yang luas untuk mengenal figure atau tokoh-tokoh berrpengaruh untuk membuka gagasan baru  secara langsung. Kelima, dorongan dari pihak luar karena faktor SDM dan faktor ekonomi.Â
Yang keenam, minim pengalaman mengikuti pelatihan atau loka karya berkaitan dengan menulis. Saya sangat berterima kasih waktu kuliah selama satu (1) hari saya diantara 100 Mahasiswa/i lainnya di STKIP St. Paulus Ruteng, diberi kesempatan oleh Kampus untuk mengikuti Latihan Menulis, berkat kerja sama dari KWI dan Indonesia Menulis. Ketujuh, faktor ekonomi, yang naik turun berpengaruh pada kosentrasi kita dalam menuangkan gagasan. Kedelapan, gagasan kita meskipun baik kalau tidak diimbangi dengan pola pikir masyarakat atau lingkungan tempat tinggal, dianggap janggal jadinya.  Beberapa alasan tersebut menjadi faktor  mengapa saya dan mungkin pembaca yang juga merasakan hal yang sama.
Minim Pengalaman Menulis di Sekolah Dasar Hingga Perguruan Tinggi
Di kampus saat kuliah kita mengenal mata kuliah KTI sebagai bekal untuk menulis Skripsi yang merupakah salah satu syarat untuk memenuhi status gelar sarjana (S 1).
Saya sendiri dalam hal menulis bertujuan untuk kepuasan pribadi. Gagasan atau pandangan kita terhadap sesuatu terasa lega jika ada orang lain yang membaca dan memberikan komentar " ada suatu kebanggaan tersendiri bagi kita". Konten tulisan saya "bebas" sesuai selera dan tetap memiliki tujuan baik untuk pembaca dalam versi pribadi.Â
Hal yang menjadi inspirator adalah ketika kuliah, saya sempat membaca tulisan dari 2 (dua) sosok Mahasiswa satu kampus, dimana Puisinya muat di koran lokal pada tahun 2015. Membaca puisi karya teman seangkatan atau satu kampus kala itu bagi saya adalah istimewa dan sangat menginspirasi. Â Kedua Mahasiswi itu Bernama Cici Ndiwa dari Program Studi Pendidikan Teologi dan Riny dari program studi Bahasa Indonesia.