Mohon tunggu...
OVANTUS YAKOP
OVANTUS YAKOP Mohon Tunggu... Guru - Di Bawah Kolong Langit yang Sama Kita Menyambut Suatu Kebahagiaan dan Kedamaian Abadi Bagi Dunia

Sekolah Dasar SEKOLAH DASAR NEGERI ANAM ( 2001-2007) SLTP SMP SWASTA KARYA RUTENG (2007-2010) SLTA SMAK ST. FRANSISKUS SAVERIUS RUTENG(2010-2013) S-1/Sarjana SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SANTU PAULUS RUTENG-FLORES(2013-2017)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peran Tua-Tua Adat, Pemertahanan Mbaru Gendang, Pendidikan Tentang Budaya Manggarai

26 Juli 2024   22:53 Diperbarui: 26 Juli 2024   22:55 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peran Tua-Tua Adat,  Pemertahanan Mbaru Gendang dan Pendidikan Tentang Budaya Manggarai

Oleh: Ovantus Yakop

Salah satu kapital sosial yang ada dan hidup dalam masyarakat Manggarai yakni lembaga adat. Lembaga adat memiliki peran penting sebagai pelaku utama atas kebudayaan dalam sebuah komunitas kecil yang kerap disebut sebagai b o/golo lonto (kampung). Menurut Verheijen (1991:25), b o merupakan kesatuan terkecil dan sekaligus sakral.

Setiap kesatuan sosial terkecil dikatakan sebagai sebuah b o apabila ditandai dengan adanya unsur-unsur berikut. Pertama, lembaga adat yang terdiri dari tu’a golo, tu’a teno dan tu’a panga. Kedua, memiliki mbaru gendang (rumah adat) yang dilengkapi dengan berbagai peralatan budaya. Ketiga, mempunyai wilayah kekuasaan oleh kesatuan masyarakat hukum adat (lingko).

Perpaduan ketiga unsur tersebut, menggambarkan keterkaitan antara keberadaan para tu’a-tu’a adat dalam suatu kampung dengan mbaru gendang dan lingko. Pandangan masyarakat Manggarai, hal tersebut merupakan cikal bakal lahirnya sebuah go’ t (ungkapan) “gendang on -lingko p ang’’ (gendang yang digantungkan pada rumah adat menjadi satu kesatuan yang utuh dengan lingko-lingko yang menjadi hak warga masyarakat setempat). Ungkapan tersebut tentunya dipandang sebagai petunjuk sekaligus pedoman yang menggarahkan segenap anggota perseketuan.

Hal ini didasari oleh beberapa aspek diantaranya; Pertama, aspek historis berdiri dan terbentuknya sebuah b  oleh para leluhur sehingga mereka di posisikan sebagai ata tu’a laing on  ca b o (yang tertua dalam sebuah kampung). Kedua, seorang tu’a golo dipilih dilihat dari usia (ata ngaso/ka laing) dan memahami adat-istiadat. Ketiga, tu’a teno dipilih  berdasarkan pergiliran keturunan, baik dari keturunan kakak maupun adik. Keempat, tu’a panga yang merupakan utusan dari setiap keluarga ranting.

Eksitensi lembaga adat di Manggarai mengalami perubahan. Pada zaman dahulu, segala bentuk perilaku-perilaku individu yang melanggar hukum norma adat dalam kehidupan bersama di suatu kampung, dilimpahkan kepada tu’a-tu’a adat melalui garis komando dan koordinasi antara tu’a-tu’a sebagai pihak pengambil keputusan, sekarang hal itu jarang sekali ditemukan karena sudah diganti oleh hukum positif.

Tradisi masyarakat Manggarai, ungkapan ata tu’a atau ata tu’a laing dalam suatu kampung memiliki kaitannya dengan kedua identitas yang ada pada suatu komunitas kecilyakni mbaru gendang dan lingko. Mbaru gendang (mbaru = rumah, gendang = alat musik tradisional Manggarai yang terbuat dari kayu dan kulit kambing). Arti budaya istilah mbaru gendang selalu merujuk pada pengertian rumah adat. Hal ini didasari oleh beberapa aspek diantaranya; berbagai peralatan musik tradisional seperti; nggong dan gendang disimpan pada mbaru gendang, tempat diselenggarakannya berbagai upacara-upacara adat.

Kedudukan mbaru gendang sebagai salah satu ciri khas dalam sebuah kampung mempunyai hubungan yang sangat erat dengan keberadaan para tu’a-tu’a adat, baik dilihat dari fungsi mbaru gendang maupun peran dari tu’a-tu’a adat itu sendiri.

Keterkaitan antara fungsi mbaru gendang dan peran tu’a-tu’a tersebut,diungkapkan melalui; Pertama, mbaru gendang sebagai tempat tinggalnya tu’a-tu’a adat yang merupakan pemimpin umum warga kampung. Kedua, mbaru gendang sebagai tempatdiadakannya rapat penting yang berhubungan dengan kepentingan umum warga kampung dengan peran masing-masing peran tu’a adat yang dilukiskan dalam garis komando dan koordinasi antara tu’a. Ketiga, mbaru gendang sebagai tempat untuk menerima tamu penting dan peran tu’a-tu’a adat dalam menerima tamu tersebut secara adat. Keempat, disimpannya berbagai benda-benda pusaka peninggalan leluhur dan upacara pembersihan barang pusaka oleh tu’a-tu’a adat. Kelima, diselenggarakannya pesta-pesta besar warga kampung seperti; penti,wagal, ta  kaba, cepa dan peran tu’a-tu’a adat sebagai pemimpin dalam menyelenggarakanupacara tersebut (Bdk. Janggur, 2010: 22-23).

Keunikan mbaru gendang sebagai salah satu elemen budaya Manggarai, dapat kita jumpai di setiap kampung. Bagian-bagian yang ada pada mbaru gendang mempunyai fungsi dan makna tersendiri bagi tu’a-tu’a adat dan segenap warga kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun