Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan setiap manusia. Karena dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan pemikirannya serta kreatif dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ada. Pendidikan mengajarkan mengenai berbagai hal, baik itu akademik maupun non-akademik. Pendidikan ini cukup penting didapatkan oleh semua orang, terutama anak usia dini, agar mereka dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan.
Dalam mengenyam pendidikan, para pelajar dituntut untuk menguasai berbagai bidang keilmuan yang sekiranya dapat berguna bagi kehidupan. Mereka diajarkan dari hal-hal yang mendasar hingga hal-hal yang lebih kompleks. Kemudian mereka diberikan ujian atau tes untuk mengetahui seberapa jauh para pelajar memahami bidang ilmu pengetahuan yang mereka pelajari. Dan dari sinilah dilema terjadi kepada mereka.
Kita semua dituntut untuk berperilaku jujur. Dan dalam dunia pendidikan, kita juga dituntut untuk menguasai berbagai bidang keilmuan yang diajarkan. Namun, tidak semua pelajar memiliki kemampuan yang sama. Mereka memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka memiliki kapasitas mereka masing-masing.
Tak sedikit pelajar yang gagal dalam berbagai tes atau ujian. Hal itu bukan dikarenakan mereka kurang usaha atau mereka tidak belajar. Ada berbagai faktor kenapa mereka gagal dalam menuntut ilmu, namun menurut penulis, terdapat dua faktor yang paling utama dan mendasari segalanya. Yang pertama minat dan bakat yang tak sesuai dengan pelajaran yang diajarkan di sekolah dan metode pembelajaran yang sulit dipahami serta membosankan. Dari faktor-faktor itulah para pelajar tak jarang gagal dan mendapat nilai yang kurang memuaskan dalam ujian. Sehingga, untuk tetap mendapatkan nilai baik dan lolos, mereka terpaksa melakukan tindakan menyontek.
Para pelajar tersebut bukannya tidak mampu dalam berbagai bidang keilmuan. Namun hanya kurang di beberapa bidang keilmuan saja, yang mana akan mempengaruhi nilai akademik keseluruhannya. Contohnya seperti siswa yang handal dalam analisis dan observasi, namun kurang menguasai dalam hitung-hitungan kompleks. Siswa tersebut cenderung memiliki nilai bagus dalam pelajaran seperti IPS, Bahasa, dan ilmu penalaran lainnya. Namun, nilai siswa tersebut menjadi kurang karena kurang minat dan menguasai matematika dan beberapa ilmu pengetahuan rumpun IPA seperti fisika dan kimia.
Hal ini tentu membuat siswa tersebut memutar otak, bagaimana caranya agar nilai dia bisa bagus meskipun minat dan bakatnya bukan disitu. Sehingga siswa tersebut memiliki dua pilihan. Antara menjawab semampunya dan kemungkinan besar gagal dan mengulang, atau menyontek dan mendapat nilai yang bagus sehingga tak perlu mengulang. Kebanyakan, siswa cenderung memilih opsi kedua, dimana dia harus melakukan strategi bertahan hidup di dunia pendidikan agar tidak mengulang.
Menyontek bukanlah hal yang mudah. Para pelajar juga harus berpikir keras bagaimana mereka bisa mencontek tanpa ketahuan. Dan disinilah mereka menggunakan seluruh kreativitasnya untuk bertahan hidup. Banyak sekali strategi yang mereka lakukan, dari yang paling sederhana hingga yang sangat terstruktur dan sistematis. Menurut pengalaman pribadi penulis, teknik menyontek yang paling sederhana adalah dengan membuat catatan kecil yang dapat mudah disembunyikan. Entah itu disembunyikan di dalam saku, dalam alat tulis, dan lain-lain. Kemudian, strategi menyontek yang paling sistematis dan terstruktur adalah menggunakan sandi-sandi atau tanda-tanda tertentu. Untuk melakukan teknik menyontek ini, diperlukan persetujuan antara dua orang atau lebih. Contohnya seperti satu ketukan pensil untuk pertanyaan nomor 1, dan satu ketukan jari untuk opsi pilihan jawaban "A". Dan ada juga metode menyontek yang paling ekstrem, yaitu menyimpan buku di kolong bangku. Metode ini cukup efektif, namun memiliki resiko ketahuan yang sangat tinggi.
Memang, selama mengenyam pendidikan kita selalu diajarkan untuk berperilaku jujur. Namun tak jarang perilaku jujur tersebut kurang diapresiasi oleh guru. Sehingga siswa terpaksa untuk menyontek. Seperti siswa yang mengerjakan ujiannya dengan jujur dan mendapat nilai yang kurang, maka siswa tersebut terancam untuk mengulang dan tidak mendapat apresiasi atau kompensasi. Sehingga siswa terpaksa menyontek untuk menghindari hal itu.
Alangkah baiknya jika terjadi perubahan dalam sistem pendidikan kita agar setidaknya mengurangi praktik menyontek yang dikarenakan mengerjakan tes atau ujian yang bukan minta bakatnya. Seperti memberikan kebebasan kepada para pelajar untuk memilih pelajaran ama yang ingin mereka ambil. Kemudian memperbaiki kualitas tenaga pendidik serta penggunaan metode belajar yang lebih menarik, kekinian, dan mudah dipahamai. Sehingga para pelajar mendapat motivasi mereka untuk belajar secara penuh dan mengurangi praktik menyontek karena mereka mempelajari apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka kuasai. Serta berbagai ide atau solusi lain yang sekiranya tidak membuat ribet dan susah pihak pelajar, tenaga pendidik, dan pembuat regulasi (pemerintah).
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H