Mengapa kita rela mengeluarkan triliunan rupiah untuk bangunan berbahaya seperti itu? Mengapa kita ambil resiko, melupakan dampak radiasi demi membangun bangunan yang rentan bencana alam, aksi teroris, dan meltdown? Akankah kita tetap membangun PLTN meskipun kita sudah tahu bakal ada limbah nuklir berbahaya nantinya? Limbah yang harus dikubur untuk 100 ribu tahun?
Energi nuklir tidak mudah, tidak bebas polusi, juga tidak aman. Mungkin ini yang disembunyikan pemerintah. Mungkin ini yang dibiarkan oleh sebagian ilmuwan dan pakar. Mungkin ini yang tidak diketahui masyarakat. Seperti kata orangtua "lihat sebelum kamu melangkah," ada baiknya pemerintah dan masyarakat belajar dahulu mengenai PLTN dan energi nuklir. Belajar dari negara-negara lain yang kini kepayahan mengurus limbah nuklir yang menggunung. Jangan sampai kita menyesal nantinya saat semuanya telah terlambat. Tertipu oleh keuntungan dan lembaran rupiah di depan mata.
Informasi Lebih Lanjut
Bahan Bacaan
- Myths And Facts About Nuclear Power mediamatters.org/research
- Energi nuklir dan subsidi www.ucsusa.org/assets/nuclear_subsidies_report
- Kebijakan energi Amerika Serikat www.world-nuclear.org/info/USA--Nuclear-Power-Policy
- Subsidi energi dan biaya tambahan PLTN www.world-nuclear.org/Energy-Subsidies-and-External-Costs
Sumber gambar : mediamatters.org/research
Tentang Penulis
Penulis adalah mahasiswa tingkat 3 Teknik Elektro di salah satu Universitas di Jepang dan telah tinggal di Jepang kurang lebih 3,5 tahun. Menekuni bidang mesin dan motor, juga teknologi tenaga nuklir. Senang membaca buku dan film dokumentasi, serta aktif mengikuti forum diskusi mengenai PLTN di Jepang.
(sumber www.danielnugroho.com/science/mitos-tentang-pltn/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H