Kembali ke laptop...!
Tidak ada yang salah dengan dengan isi lontaran pernyataan di atas. Semua orang berhak menentukan pilihan sesuai seleranya pada calon pemimpin yang disuka, yang membuatnya senang, yang membuatnya bahagia. Â
Jika kita perhatikan dengan seksama semua lontaran pilihan di atas semata-mata berdasarkan atas dasar perasaan atau emosi. Padahal perasaan itu bersifat subyektif, hanya melibatkan rasa suka dan tidak suka, dan waktunya terbatas pada saat ada pengaruh rangsangan (stimulus) pada persepsi. Â Kita suka pada seseorang saat ini belum tentu esok, lusa atau bahkan sedetik kemudian kita menyukainya. Manusia bisa berubah perasaannya setiap saat, perilaku orang yang kita suka juga berubah setiap saat.Â
 Keputusan berdasarkan perasaan ini memang bisa diambil dengan mudah dan tidak ribet. Misalnya, kita memberikan uang lebih pada pengemis yang tua yang kita temui pertama kali. Namun, kita tidak memberikan uang lebih saat pengemis tua itu bertemu kita setiap hari.
Batasan perasaan itulah kita dianjurkan untuk tidak menjadikannya sebagai dasar keputusan yang bersifat jangka panjang,semisal memilih pemimpin yang akan menjadikan hidup kita lebih baik selama periode lima tahun ke depan.
Periode lima tahun bukanlah waktu yang singkat. Lima tahun adalah 1,825 hari, selama masa periode itu kita semua sebagai warga (negara/ Jatim) menyerahkan banyak urusan kepada pemimpin yang kita pilih. Banya urusan yang ujungnya menjadikan hidup kita sejahtera, aman dan nyaman. Kesejahteraan, keamanan dan kenyamanan itu tertuang dalam bidang agama, politik, ekonomi, sosial, budaya dan hukum yang melingkupi hidup kita. Semua urusan inilah yang kita serahkan kepada kepiawaian pemimpin  untuk mengaturnya. Karenanya jangan sampai kita salah pilih dalam memilih pemimpin. Sebelum memutuskan memilih, kita mesti menimbang dengan baik secara rasional, memikirkan dengan seksama dan kalau perlu diimbangi dengan meminta petunjuk Tuhan mana yang terbaik untuk kita pilih.
Sekali lagi, untuk kebaikan kita sendiri dalam menentukan pilihan, kita perlu pertimbangan pikiran yang logis dan kasat mata. Keputusan itu berarti kita menyerahkan kepada seseorang untuk memimpin dan mengatur banyak urusan kita  sekaligus juga berbagai macam resiko yang akan kita tanggung bersama jika pilihan itu ternyata bukan "the right man in the right place".
Salah memilih pemimpin akan menyebabkan pembangunan gagal, korupsi merajalela, kejahatan semakin meningkat dan lain-lain, efeknya peningkatan kesejahteraan kita pun tertunda.
Pengalaman kita telah mengajarkan bahwa rekam jejak calon adalah salah satu yang amat penting yang perlu kita perhatikan. Dari rekam jejak bisa terbaca pikiran, sikap dan perilakunya dan menunjukkan kualitas serta "performance" seseorang dalam memimpin.  Tak hanya itu rekam jejak seseorang akan menunjukkan kemampuannya dalam memberikan  merencanakan dan melaksanaan pembangunan demi tercapai kesejahteraan yang lebih baik, memecahkan masalah, melakukan terobosan-terobosan positif, ketahanan dia dalam tekanan pekerjaan, dan lain-lain.
Perlu juga kita catat, sebagai warga kita pun telah memberikan harta untuk  iuran, pajak dan pungutan, selain waktu, tenaga dan pikiran kita demi lancar dan terselenggaranya pembangunan agar ada peningkatan kesejahteraan, keamanan dan kenyamanan kita.
Jadi, kepada seluruh warga Jatim khususnya dan warga propinsi lainnya perhatikan dan kenalilah pilihan Anda dengan baik, pilihlah karena prestasi dan pengalamannya.