Tentu saja Tuhan tidak suka dan tidak terima utusanNya dimaki dan dijelekkan seperti itu walaupun hanya ejekan dengan kata-kata, lalu Tuhan pun menurunkan ayat 104 Al Baqarah yang intinya meminta para sahabat untuk mengganti kata raa'ina menjadi unzhurna,kata yang sama artinya dan lebih baik.
Nah, itulah sebabnya Tuhan menyuruh para sahabat menukar perkataan raa'ina dengan unzhurna.
Namun demikian, ayat itu jangan hanya dimaknai secara khusus pada kata sesuai ayat itu dan sebab turunnya (raa'ina dan unzhurna), namun berlaku secara keseluruhan kata, frasa atau bahkan kalimat yang kita gunakan dalam berbahasa. Apapun bahasa yang kita gunakan jika diduga kata tersebut berkonotasi negatif, ganti yang sama artinya dan lebih baik dengan tidak mengubah arti apa yang dimaksud.
Tuhan aja care terhadap kata. Dari ayat itu, kita mengetahui bahwa  Tuhan memperingatkan bahkan memerintahkan kita untuk hati-hati menempatkan kata pada suatu kalimat pada konteks yang tepat karena terkait sejarah atau asal muasalnya. Apabila diduga kuat sebuah kata, frasa, bahkan kalimat dalam komunikasi pergaulan atau resmi akan menyinggung lawan bicara atau pihak lain hendaklah menggunakan kata lain yang setara untuk menghindarkan kesalahpahaman, melukai hati, ketersinggungan atau bahkan memecah belah persatuan bangsa.
Beliaunyah, Anies Rasyid Baswedan adalah salah seorang pemimpin di Indonesia, berpendidikan tinggi, beliau adalah mantan rektor suatu lembaga pendidikan terkenal di Jakarta, juga beliau adalah  ex-menteri pendidikan Republik Indonesia, bahkan sekarang menjabat Gubernur DKI Jakarta. Tentu seharusnya mengetahui peringatan Tuhan tersebut, selain sejarah kata pribumi yang menimbulkan polemik itu.
Cek and ricek, gitulah istilah jaman now.
Jadi, kata pribumi dalam pidato itu sebaiknya diganti menjadi warga negara Indonesia.
-------mw-------
Sumber Bacaan
1. Bintang
2. Tempo