Anies-Sandi, siapa yang tidak kenal dengan dua nama dalam satu frasa ini? Hampir semua warga Negara Indonesia mengenalnya, minimal mendengar frasa ini, apalagi warga DKI Jakarta, pasti akrab dengan kedua nama tersebut. Ya, Anies menunjuk pada Anies Rasyid Baswedan, Sandi dengan nama asli Sandiaga Shalahuddin Uno. Frasa Anies-Sandi ini adalah pasangan nama kontestan pilihan Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta yang mengalahkan frasa lain pasangan dengannama  petahana Ahok-Djarot dalam head-to-head di putaran kedua.
Pada 28 September 2017, Mentri Dalam negri (Mendagri) mengatakan bahwa pelantikan Anies-Sandi menjadi Gubernur-Wakil Gubernur DKI telah diusulkannya kepada Istana untuk diagendakan hari Senin, 16 Oktober 2017. Tanggal tersebut merujuk pada masa jabatan Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, berakhir tanggal 15 Oktober 2017. Intinya wewenang Mendagri hanya sebagai pengusul. Jadi, karena pelantikan akan dilakukan di Istana Kepresidenan, pelantikan menunggu keputusan dari Kementrian sekretariat Negara soal kepastian kapan pelantikan keduanya itu.
Terkait ketidakpastian pelantikan itu menimbulkan banyak spekulasi di kalangan warga DKI. Sebagian dari mereka cukup reaktif dengan mengajak seluruh Ormas Islam/OKP/BEM se DKI Jakarta untuk melakukan aksi damai pada Selasa 10 Oktober 2017 karena sampai saat ini belum ada kejelasan waktu pelantikan. Ajakan aksi damai sampai juga di WA saya, dan ramai di medsos facebook. Ajakan aksi damai itu berasal dari Forum Umat Islam Bersama (FUIB). Dalam ajakann aksi damai itu, disebut nama Rahmad Himran sebagai Koordinator Aksi dan nomor kontak hapenya.
Selain kabar aksi damai, sekitar pertengahan September 2017, ramai diperbincangkan rumor yang lebih serius lagi yaitu kemenangan Anies-Sandi akan dianulir. Kabar itu dikaitkan dengan penangkapan Asma Dewi yang diduga terlibat pemesanan ujaran kebencian pada kelompok penyebar kebencian Saracen. Beberapa pelaku yang tergabung dalam organisasi itu menerima transfer dari Asma Dewi yang tampak dekat dengan Anies-Sandi. Foto-foto kedekatan Asma Dewi dengan Anies-Sandi pun bertebaran di medsos dan media massa.
Dalam beberapa kesempatan Sandiaga Uno membantah jika Asma Dewi adalah relawan atau tim kampanyenya. Sedangkan, sampai saat ini Bareskrim Polri sedang melakukan pengembangan penyelidikan terkait kasus tersebut.
Yang jelas, kemenangan Anies-Sandi adalah kemenangan yang tak diragukan. Kemenangan yang langsung diakui secara gentleman oleh lawan yang disungkurkannya, Ahok - Djarot. Anies-Sandi meraup 57,95% atau 3.240.057 suara dibanding Ahok-Djarot 42,05% atau 2.351.141 suara, demikian rilis KPU setelah melakukan seluruh perhitungan Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) dari 13.034 TPS sebanyak 5.591.198 suara resmi yang mencoblos di Provinsi DKI Jakarta. Terdaftar secara resmi yang pemilih sebanyak 7.257.204 pemilih, jadi yang abstain sebanyak 22%.
Sudah, tak perlu lagi mengungkit bagaimana kemenangan Anies-Sandi dicapai. Nanti heboh SARA lagi. Nanti debat berkepanjangan lagi, nanti rakyat terpolarisasi lagi, nanti warga DKI pecah lagi. Nanti, nanti nganu lagi. Pilkada DKI sudah selesai. sekali lagi S-E-L-E-S-A-I titik tidak pakai koma. Kemenangan Anies-Sandi sudah diumumkan secara resmi oleh KPU DKI Jakarta, rivalnya Ahok-Djarot sudah menerima kekalahan itu dengan lapang dada. Para pendukung sudah tidak boleh ribut lagi, tak boleh saling bully, tak boleh saling baku serang. Warga DKI waktunya bersatu.
Warga DKI harus bersatu bersama mengawal janji-janji Anies-Sandi saat kampanye. Warga DKI tertarik memilih keduanya karena ada program-program kepemilikan rumah DP 0%, alokasi Rp 1 Milyar setiap RW, Kartu Jakarta Pintar Plus (KJP Plus), Kartu Jakarta Sehat (KJS) Plus, Kartu Jakarta Jomblo, penghentian reklamasi, menutup hotel Alexis, pengusaha oke oce (disediakan tempat, dikasih modal & dicarikan pembeli), Transportasi serba Rp. 5.000.-, Jakarta tanpa menggusur, Jakarta bebas banjir, dan macet, merangkul semua ras serta agama dalam melakukan pembangungan Jakarta, serta lainnya.
-------mw-------