Transfer Teknologi.Dilakukan pada fase operasi yaitu setelah seluruh pembangunan dan komisioning selesai serta trial berjalan dengan baik. Training dilakukan di Indonesia selama kurang lebih tiga bulan.
Lahan. Lahan yang diperlukan untuk mendirikan pabrik beserta fasilitasnya adalah seluas kurang lebih satu hektar. Jika termasuk pembangkit tenaga listrik diperlukan seluas kurang lebih 1.5 (satu setengah) hektar. Pabrik pengolah sampah dan pembangkit listriknya  lebih baik dibangun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.
Rekomendasi. Â Diharapkan teknologi hidrotermal ini bisa mendukung program Pemerintah Indonesia yaitu bebas sampah pada 2020. Teknologi hidrotermal ini bisa digunakan sebagai salah satu teknologi untuk membantu menanggulangi masalah sampah di seluruh Indonesia. Material biomass yang dihasilkan direkomendasikan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik dari skala kecil sampai besar. Dengan teknologi hidrotermal ini sampah tak lagi masalah, dan kebutuhan listrik dalam suatu area bisa terpenuhi sesuai dengan tonase/volume sampah yang dibuang dan tersedia. Jadi pemadaman listrik yang biasa terjadi bisa diminimalisir.
Tentu saja semua  tergantung Pemerintah Indonesia. Yang jelas teknologi hidrotermal sudah ada di Indonesia dan sudah dioperasikan dan tak ada keraguan. Bahkan konon investor pun sudah tersedia pula. Nah loh, apalagi coba!! Demikian Nakamura menutup penjelasannya.
-------mw-------
*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia
**) Ditulis dan disarikan berdasarkan beberapa kali penjelasan dalam kesempatan bertemu Tadashi Nakamura saat berada di Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H