Ahok dengan keputusannya itu ia telah mengambil resiko dimusuhi oleh PDIP yang diberinya tenggat waktu sampai 11 Maret 2016. Ia juga akan dicap sebagai politikus yang tak tahu balas budi oleh PDIP yang turut membesarkan namanya. Ahok beresiko dibully oleh para hater yang bisa saja memberi label plin-plan. Rival Ahok pun senang ada tambahan bahan kampanye negatif yang memungkinkan menurunkan popularitas dan elektabilitasnya.
Siapakah Teman Ahok?
Pada situsnya www.temanahok.com disebutkan: “Teman Ahok adalah sebuah perkumpulan relawan yang didirikan sekelompok anak muda yang bertujuan untuk membantu dan “menemani” Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam mewujudkan Jakarta Baru yang lebih bersih, maju, dan manusiawi.” Namun Ahok sendiri mengaku hanya mengenal sebagian pendiri dan pengurusnya. TA juga pernah menjadi relawan pendukung Jokowi-Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2012.
Ahok mengaku belum pernah bertemu dengan mereka. Walaupun demikian secara jujur Ahok merasa senang mendapat dukungan yang tulus dari para relawan muda itu. Ia merasa diuntungkan oleh gerakan para relawan itu, dan ia merasa yakin TA mampu dan sukses mengumpulkan minimal 1 juta KTP sesuai permintaannya.
Tak ada yang istimewa dalam TA, karena itulah TA mustahil bisa mengubah pendirian Ahok hanya dalam empat jam jika tidak ada "the kingmaker" di baliknya. Spekulasi adanya the kingmaker di belakang Teman Ahok pun terasa. Ahok dikenal bukan orang yang gampang dibujuk. Ahok pun bukan lah seorang penakut. Sekelas pengusaha Murdaya Poo (JIEXPO), perusahaan properti milik Group Bakrie, perusahaan milik Kemenpera yaitu PDI pun bertekuk lutut oleh Ahok. Tak hanya itu ia pun berani melawan Kemenpora Roy Suryo (2013 - 2014) soal MRT dan KemenpanRB Yuddy Chrisnandi, selain itu soal APBD Ahok tak gentar walau dikeroyok oleh DPRD DKI Jakarta.
Siapakah the Kingmaker?
Hanya sedikit orang di Indonesia dimana Ahok bisa patuh jika orang itu memintanya. Umum mengetahui sedikit orang itu adalah Prabowo Subianto (Ketua Umum Partai Gerindra), Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum PDIP) dan Presiden Jokowi. Namun keberadaan Prabowo mesti dikesampingkan karena Ahok tidak lagi menjadi kader Partai Gerindra, bahkan saat ini antara Gerindra dan Ahok berselisih. Ahok disebut tak tahu balas budi oleh Gerindra, karena Ahok melawannya soal UU Pilkada. Demikian juga halnya dengan Megawati Soekarnoputri. Ahok berani melawan PDIP dengan lebih memilih jalur independen lebih singkat dari waktu yang Ahok berikan sendiri. Bahkan menurut Ketua DPD DKI Jakarta, keputusan Ahok memilih jalur independen membuat Ketum PDIP memerintahkan untuk melawan Ahok dengan jaur independennya yang diartikan "deparpolisasi".
Tentu saja semua mata tinggal memandang Presiden Jokowi. Benarkah Presiden Jokowi di belakang Teman Ahok? Jika pilihannya hanya tiga orang dan dua orang lainnya sudah dikesampingkan, mau tidak mau jawabannya adalah "ya". Namun untuk mengiyakannya adalah bukan perkara mudah. Mesti ada alasan yang mendasarinya.
Karena ruang opini terkait politik terbuka sangat lebar adalah sah-sah saja menghubungkan adanya the kingmaker dalam TA yang mempengaruhi keputusan Ahok dalam waktu empat jam adalah Presiden Jokowi. Hal yang terpenting adalah bagaimana kita menemukan benang merahnya. Terlepas benar atau tidaknya ada hubungan tersebut namun ada alasan logis yang bisa diduga yang bisa diungkap.
Dugaan saya bahwa the kingmaker adalah Presiden Jokowi dengan dasar alasan-alasan sebagai berikut:
1. Saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berjanji untuk menuntaskan masalah utama Jakarta yaitu banjir dan macet. Jokowi pernah menyatakan bahwa jika ia menjadi presiden persoalan banjir dan macet lebih mudah untuk ditangani. Saat ini Ahok bisa mengurangi persoalan banjir Jakarta, tapi persoalan macet belum tuntas. Jadi ia berkepentingan agar Ahok tetap menjadi Gubernur DKI agar pekerjaan rumah persoalan macet Jakarta bisa tuntas.