Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[HUT RTC] Pantun Melukis Bayangan

9 Maret 2016   10:14 Diperbarui: 9 Maret 2016   11:19 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pantun Melukis Bayangan. Sumber gambar: http://flickmagazine.net/foto_berita/16Tenggelamnya"][/caption]Minggu Kedua (terinspirasi novel)

Tuhan menuntun kemana aku melangkah
dari ujung sana ke ujung batas sini
tak terasa mengembara tiga purnama sudah
lalu nikmat Tuhan yang mana lagi yang kuingkari?

sunset itu melukis bayanganku
bayangan siluet nan gelap temaram
tak terperi rasa syukurku
memandang keindahan menjelang malam

ombak di lautan memecah kesunyian
lalu ketenangan menyelinap dalam diri
tidak lelah setiap perjalanan
jika disertai gembira di hati

matahari terbenam indah pemandangan
diiringi gelombang semilir perlahan
sungguh suka duka akan bergantian
itu sunnah Tuhan dalam kehidupan

indahnya senja tampak dari kejauhan
warnanya bersemu oranye kemerahan
sungguh dalam situasi kesulitan
jelas ada solusi kemudahan

ikan berenang di kedalaman laut biru
sore hari pulang bersama kelompoknya
tak perlu air mata duka sampai dirasa haru pilu
tenang saja selalu ada suka cita di sebaliknya

awan senja beriring berjalan perlahan
menyebar luas bak kapas bertabur
agar kebahagiaan cinta dapat tambahan
kita mesti pandai bersujud bersyukur

angin sepoi semilir sejuk menerpa
kesegaranlah yang kita rasa
jika duka cita datang menjenguk kita
kesabaran hati pikiran yang dapat melawannya

-------mw-------

Sumber Inspirasi:
"Tenggelamanya Kapal van Der Wijck"
Novel Karya Buya Hamka

SINOPSIS

Duka cita pemuda berdarah bugis Zainuddin tak terperi. Hayati si gadis Minang yang dicinta menikah dengan pria pilihan ninik mamaknya, Aziz. Namun, atas bantuan dan nasehat Muluk, Zainuddin dapat mengubah pikirannya. Bersama Muluk, Zainuddin pergi ke Jakarta. Di sana Zainuddin mulai menunjukkan kepandaiannya menulis. Dengan nama samaran "Z", Zainuddin kemudian berhasil menjadi pengarang yang amat disukai pembacanya.

Rasa cinta yang medalam Zainuddin pada Hayati tak menyebabkan ia melupakan Hayati yang sudah bersuamikan Aziz

Singkat cerita.

Diperoleh kabar bahwa Aziz suami Hayati telah menceraikan Hayati. Melalui surat Aziz meminta supaya Hayati hidup bersama Zainuddin. Dan kemudian datang pula berita dari sebuah surat kabar bahwa Aziz telah bunuh diri meminum obat tidur di sebuah hotel di Banyuwangi. Hayati juga meminta maaf kepada Zainuddin dan rela mengabdi kepadanya. Namun karena masih merasa sakit hati, Zainuddin menyuruh Hayati pulang ke kampung halamannya saja. Esok harinya, Hayati pulang dengan menumpang Kapal Van Der Wijck.

Setelah Hayati pergi, barulah Zainuddin menyadari bahwa ia tak bisa hidup tanpa Hayati. Apalagi setelah membaca surat Hayati yang bertulis “aku cinta engkau, dan kalau kumati, adalah kematianku di dalam mengenang engkau.” Oleh sebab itulah setelah keberangkatan Hajati ia berniat menyusul Hajati untuk dijadikan isterinya. Zainuddin kemudian menyusul naik kereta api malam ke Jakarta.

Harapan Zainuddin temyata tak tercapai. Kapal Van Der Wijck yang ditumpangi Hayati tenggelam di perairan dekat Tuban. Hayati tak dapat diselamatkan.

 

-------mw-------

*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia
**) Ditulis dalam rangka event ulang tahun perdana Rumpies The Club
***) Sementara di Pekanbaru, 9 Maret 2016

 

[caption caption="Logo Milik RTC"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun