Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Balada Hati yang Tenggelam

6 Maret 2016   10:59 Diperbarui: 6 Maret 2016   11:09 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Balada Hati yang Tenggelam"][/caption]

Sumber Gambar

aku merintih
dalam perih
semakin pedih
terus mendidih

hingga kesedihan itu mengakar
membuahkan air mata nan menjalar
melukakan pipi
melepuhkan hati
melebamkan mata
dalam menancapkan duka

bulan tak kuasa menuntun langkah malam
matahari hanya lewat tak menyapa sejak pagi

sedih, mengapa tak pernah berhenti?
apakah engkau telah kini membatu
melesakkan rasa yang semakin nyeri
betapa betah engkau bersemayam dalam diriku?

tidakkah engkau perhatikan?
kemarau terus berjalan galau mengerontangkan
hujan berlari terus membanjirkan
hari-hariku terus hampa mensenyapkan

tanyaku hingga mendzikir
pikirku terus menanya
lidahku tak henti lantunkan doa
doaku terlantun terus mengalir

gembira, kapankah engakau datang tergenggam?
menerangkan hati gelap yang telah lama kelam
meredupkan pancaran sinar matahari yang menajam
menerangkan malam yang tenggelam mencekam

aku terus bertanya
namun aku terus bertahan
tak boleh putus asa
walau tertatih kuberjalan

lamat terdengar dalam telinga
ayat-ayat bergema yang menggetar
"Dan berikanlah berita gembira 
kepada orang-orang yang sabar"

-------mw-------

*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia
**) Sementara di Pekanbaru, 6 Maret 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun