“Yes Sir. With a pleasure. Hold on, please.” Mas Wahyu sambil tersenyum menyodorkan Hpnya. Lin menerima HP Mas Wahyu untuk berbicara dengan ayah Lin.
“Pa. Here I am. Halimah.”
“Hey, my peach blossom.” Suara ayah terdengar senang mendengar suara Lin. Ayah memang menyayangi Lin. Ia memanggil Lin selalu dengan panggilan begitu “Pumpkin. Peach Blossom.” Panggilan sayang seorang ayah pada anak gadisnya.
“I am happy to hear the news directly from your boyfriend. Finally, you found him well, right?” Lin sempat bingung mendengar ayah Lin sepertinya “iya” terhadap permintaan Mas Wahyu untuk datang melamar Lin. Lidah Lin tak bisa Lin kontrol lagi.
“Pa. I am .......” sedikit berteriak, belum selesai Lin bicara ayah Lin menyela.
“It's okay my dear. I know your feeling right now. Please tell to Wahyu, we are pleasure to wait for him to propose you. Papa will inform this good news to your mother. Ok, Papa is in a hurry and busy right now. Enjoy your dinner. Bye darling. Love you"
“Pa..! Wait....” Ayah Lin menutup telepon mengakhiri pembicaraan kami. Akhirnya, "Bye..bye..Pa. Love you, too." Lin tak perlu mengulangi pembicaraan Papa. Mas Wahyu ikut mendengar.
Lin menyerahkan kembali HP itu kepada Mas Wahyu. Lin jengah. Perasaan Lin campur aduk. Malu, tapi diam-diam dalam hati senang rasanya. Lin melirik si ikan hias merah itu. Lin pasrah. Iiihhhhhh...!!
Tentu. Lin tidak bisa menelan ludah sendiri yang sudah dikeluarkan. Bukankah Lin tadi sudah katakan pada Mas Wahyu sebelumnya bahwa keputusan ada pada orang tua Lin. Baru saja ayah Lin sudah mengiyakan akan menunggu dan menerima kedatangan Mas Wahyu untuk melamar Lin. Lin harus gentle. Lin tak bisa plin-plan.
Di seberang meja terlihat Mas Wahyu tersenyum. Senyum kemenangan. Terlihat wajahnya berbinar bahagia. Ah, dalam pandangan mata Lin ia cukup pantas menang. Ia pandai bicara dan lebih cerdik, Lin kalah strategi. 1-0 buat Mas Wahyu.
“Hi my peach blossom...!,” tiba-tiba Mas Wahyu memanggil Lin dengan panggilan ayah kepada Lin. Mengagetkan. Lin terhenyak dari lamunan sekilas.