Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

2,000,000 Artikel di Kompasiana Mau diapakan?

22 Mei 2015   09:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:43 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_384853" align="aligncenter" width="567" caption="Kompasiana blog besar yang makin moncer dan diminati"][/caption]

Sumber Gambar www.kompasiana.com 22 Mei 2015

Luar biasa..! Itulah yang terbetik dalam hati saya saat Kang Pepih (panggilan akrab Pepih Nugraha) memberi tahu bahwa sejak berdiri sampai sekarang tidak kurang dari 2,000,000 artikel yang terkumpul di database Kompasiana.

Kang Pepih Nugraha mengungkapkan jumlah yang luar biasa itu saat kami bersama-sama di holding room menjelang pertemuan dengan Presiden, Selasa siang 19 Mei 2015 yang lalu. Kang Pepih sedang asyik berdiskusi dengan Mbak Niken di deretan kursi yang berseberangan dengan saya. Saya waktu itu duduk bersama dengan Pak Axtea dan Mas Thomson Cyrus. Kemudian saya nimbrung dalam diskusi asyik tersebut. Saya sudah tidak ingat apa persisnya lontaran saya waktu itu: berupa pertanyaan ataukan pernyataan. Tapi, yang saya ingat jelas bahwa pendiri blog yang saat ini semakin besar, diminati dan moncer ini menyatakan bahwa ada sekitar dua juta artikel yang tersimpan rapi di database Kompasiana baik fiksi, non-fiksi, berita dan opini dengan beragam topik dari ratusan ribu penulis atau blogger. Kang Pepih pun berandai-andai: bisa ribuan buku yang bisa diterbitkan dengan artikel sebanyak itu.

[caption id="attachment_384857" align="aligncenter" width="326" caption="Pepih Nugraha "]

14322602111842795775
14322602111842795775
[/caption]

Sumber Gambar

Saya pun menyampaikan kepada sang pendiri Kompasiana itu bahwa mesti ada admin khusus untuk bisa memilih dan memilah artikel itu berdasarkan topik tertentu agar rapi dan mudah diakses jika diperlukan sewaktu-waktu sebagai bahan tulisan, referensi seminar atau bahkan diterbitkan menjadi buku.

Menerbitkan buku memang perlu biaya. Lalu dari manakah biaya penerbitan buku itu? Nah, saat itu saya sampaikan kepada Kang Pepih bisa saja biaya penerbitan buku itu kita mencari sponsor. Saya berkeyakinan bahwa dengan semakin membesar dan moncernya blog keroyokan ini pasti ada pihak sponsor yang tertarik untuk membiayai penerbitan buku itu. Kompensasi buat sponsor bisa diatur, misalnya memberikan ruang iklan di halaman dalam di balik sampul atau di halaman belakang buku itu. Masing-masing tempat ada harga tertentu.

Dengan adanya sponsor kita tidak kesulitan membiayai pencetakan dan penerbitan buku. Dengan potensi dua juta artikel itu bahkan dari waktu ke waktu akan bertambah, saya yakin juga banyak penerbit dan percetakan yang akan beramai-ramai untuk menerbitkan dan mencetak. Nah, kita bisa terapkan sistem lelang online dengan sistem pendaftaran tertentu.

Adanya sponsor penerbitan dan percetakan buku itu, harga buku bisa kita tekan lebih murah bahkan gratis. Hasil penjualan kita bisa anggarkan untuk kesejahteraan penulis artikel yang diberikan dalam buku itu. Dengan demikian Kompasiana menciptakan iklim yang kondusif untuk mendorong gemar menulis dan membaca rakyat Indonesia. Kompasiana harus berani membuat terobosan seperti ini. So, kenapa mesti banyak mikir dan pertimbangan?

-------mw-------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun