Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Kartini RTC] Kebebasan Tataa Chubby, Hadiah kita di Hari Kartini

21 April 2015   16:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:49 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_379503" align="aligncenter" width="585" caption="Tataa Chubby dan RA Kartini"][/caption]

Sumber Gambar Tataa Chubby Sumber Gambar RA Kartini

Mas Wahyu Peserta Nomor 6

Di Indonesia saat ini hari ini Selasa 21 April 2015 diperingati sebagai hari Kartini. Semua wanita Indonesia telah menikmati apa yang diperjuangkan oleh RA Kartini. "Habis Gelap Terbitlah Terang" adalah deretan kata bermakna yang cukup terkenal yang menggambarkan betapa Kartini berhasil memperjuangkan wanita Indonesia yang semula terkungkung dalam batasan pupur, dapur dan kasur telah menjadi wanita yang bebas bereskpresi, bebas menentukan nasib diri dan bebas berprestasi apa saja.

-------

Aku menengok jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku.

"Pukul 07.45 pagi. Dua jam lagi," gumamku dalam hati sambil mataku melihat sekeliling. Banyak orang yang sama denganku, menunggu. Bermacam-macam yang mereka lakukan, ada yang membaca koran dan majalah, minum teh atau kopi penghangat tubuh, ada yang menonton TV, menelepon, asyik ngobrol dan ada pula yang asyik memainkan gadget mereka. Suasana pagi itu, di ruang VIP menjadi hiruk pikuk dan ramai dengan kesemuanya itu. Penuh tempatnya. Mataku berkeliling mencari-cari tempat kosong dimana aku bisa duduk beristirahat sejenak. Aku ingin minum kopi menghangatkan badan yang diterpa udara dingin di ruangan itu.

Aku mengangguk pelan sambil tersenyum sopan saat seorang ibu bertatapan mata denganku. Aku berjalan mendekat ke arahnya, di tempat ia duduk. Karena di tempatnya disitu ada kursi kosong satu-satunya. Aku berharap kursi di depan Ibu itu tak ada orang yang menandainya.

"Maaf Bu, bisa saya duduk di kursi kosong ini?," aku bertanya sopan sambil tersenyum menunjuk kursi kosong di depannya. Ibu itu sejenak menatapku. Tak ada senyum, ia menjawab lirih, "Silakan saja. Kursi itu memang kosong." Setelah ia berkata lalu meneruskan kesibukannya, membaca koran online di tabletnya.

"Terima kasih!" Seraya kursi itu aku seret mundur untuk memberi ruang agar aku bisa melangkah dengan bisa duduk. Basa-basi aku berkata kepada ibu itu, "Ibu mau tambah minum lagi?" Tak ada jawaban, hanya tangannya memberi tanda yang kumengerti, ia tak memerlukan minuman tambahan. Aku bangkit menuju buffet minuman. Aku seduh secangkir kopi dua sachet. Tanpa gula. Aku kembali ke tempat dudukku.

"Kamu kenal Tataa Chubby?," tanya Ibu itu tiba-tiba begitu aku duduk sambil memandangku tanpa senyum. Sedetik aku kaget mendengar pertanyaannya. Aku menatap pandangannya. Mata Ibu itu sungguh teduh, walaupun tanpa senyum.

"Saya tidak kenal. Tapi, saya tahu, Bu!" jawabku. "Wanita PSK muda yang cantik yang dibunuh pelanggannya! Akhir-akhir ini ramai berita tentang kasus pembunuhannya itu," aku meneruskan jawabanku sambil menyeruput kopi pahit kesukaanku. Batinku, Ibu itu membaca berita kasus pembunuhan Tataa Chubby rupanya.

"Bagaimana pendapatmu tentang wanita PSK muda yang cantik itu?" Ibu itu bertanya lagi sebelum cangkir kopi itu aku tempatkan kembali pada tatakannya.

Aku berpikir sejenak sebelum aku menjawab pertanyaan Ibu itu. Namun sebelum aku memberikan jawaban, lagi ia berkata, "Tak apa jika tak bersedia menjawab." Masih tanpa senyum. Aku melihatnya menarik nafas panjang. Lalu ia menggelengkan kepalanya pelan. Kemudian bibirnya terkatup. Sekilas aku melihat wajah Ibu itu tampak muram. Ia meneruskan kembali membaca dengan serius berita lewat gadgetnya.

Walaupun tak mengikuti berita kasus pembunuhan itu, namun aku membacanya. Tataa Chubby dibunuh di kamarnya di tempat kos ia tinggal, karena ia dianggap menghina pelanggannya soal bau badan saat Tataa melayani bercinta pelanggannya itu. Adalah M. Prio Santoso pelanggan yang mencekik leher wanita cantik itu sampai mati dan menyumpal mulutnya dengan kaos kaki miliknya. Sebelum ia melarikan diri, Rio panggilan M. Prio Santoso, sempat membawa kabur barang-barang milik Tataa, juga uang yang ada.

M. Prio Santoso adalah seorang pemburu PSK di media sosial tertarik membaca akun twitter vulgar Tataa Chubby yang memberikan layanan "oh yes oh no". Janji "jual beli" pun dilakukan, pembunuhan pun terjadi.

Beragam komentar masyarakat berpendapat soal kasus pembunuhan yang menimpa wanita cantik itu yang bernama asli Deudeuh Alfisyahrin itu. Ada yang sinis, karena diketahui bahwa ia adalah penjaja seks komersial (PSK) yang bertarif 300 ribu per jamnya. Yang lebih membuat kaget, ia menjajakan dirinya melalui twitter kalau ia wanita "bisyar" (bisa dibayar). Terang-terangan, lengkap dengan bagaimana cara menghubunginya. Bahkan dalam twwets-nya juga ada testimoni lelaki yang pernah menggunakan jasa layanannya.

Sinis dan hujatan ditujukan pada pembunuhnya. Diketahui ia ternyata seorang guru privat di sebuah lembaga pendidikan! Juga, ia mempunyai seorang istri yang tengah hamil dan seorang anak berumur 8 tahun.

"Kalau pendapat Ibu bagaimana?" aku memberanikan diri untuk balik bertanya. Mendengar pertanyaanku Ibu itu mendongak dan menatapku sejenak. Kali ini dengan senyum lalu ia menggumam pelan, "Kasihan saja saya pada wanita muda cantik itu..."

"Sudah takdirnya menerima cara kematian yang mengenaskan. Pelakunya pun akan menerima hukumannya... Ah, sudahlah tak baik membicarakannya. Tataa sudah meninggal. Semoga Tuhan mengampuni dosa perbuatannya...." lanjutnya cepat dan datar sambil memandangku. Ia menarik nafas panjang kembali.

"Coba kalau ia tidak nyinyir soal bau.......," cetusku. Belum selesai kalimatku, Ibu itu cepat memotong perkataanku. "Ah, sudah cukup, tak usah lagi membicarakannya. Cukup..!"

"Jangan hanya menyalahkan wanita PSK itu. Pembunuhnya salah, coba kalau ia tidak melacur. Kita pun juga salah, karena kita tidak peduli apa yang terjadi di sekeliling kita. Kita tak segera melaporkan iklan vulgar itu. Coba kalau aparat keamanan cepat tanggap menertibkan iklan vulgar itu, tentu resiko bisa diminimalkan. Coba kita semua peduli, tidak akan terjadi apa-apa. Tapi itu semua sudah terjadi. Tak usah disesali. Cukup kita ambil pelajarannya saja agar tidak terulang di masa menatang," deras kalimat itu meluncur dari ibu itu tanpa bisa dicegah. Aku hanya mendengarkan saja.

Sejenak kemudian aku mendengar lagi ucapan ibu itu dengan suara pelan dan tegas, "Salah satu pelajaran yang penting, kebebasan yang ada saat ini ternyata bisa membawa resiko yang besar sampai kepada kematian. Kita seharusnya peduli dan segera bertindak jika ada hal yang dirasa tidak biasa dan terasa melanggar di sekitar kita."

Aku duduk diam termangu memandang ibu itu kembali membaca. Lalu, aku menyeruput lagi kopi pahit di cangkir sebelum keburu dingin.

-------

Cermin ini adalah salah satu cermin yang diikutkan dalam even Kartini Rumpies. Untuk melihat cerpen lainnya, silakan klik disini.

1429607742764872642
1429607742764872642
Sumber Gambar Milik Rumpies The Club

-------mw-------

*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia
**) Sumber inspirasi dan bacaan
Cerita Rio Pembunuh 'Tataa Chubby': Antara Cinta Istri dan Nafsu Penasaran. 17 April 2015. Hestiana Dharmastuti. www.detik.com. Web. 21 April 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun