Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Kartini RTC] Kebebasan Tataa Chubby, Hadiah kita di Hari Kartini

21 April 2015   16:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:49 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya tidak kenal. Tapi, saya tahu, Bu!" jawabku. "Wanita PSK muda yang cantik yang dibunuh pelanggannya! Akhir-akhir ini ramai berita tentang kasus pembunuhannya itu," aku meneruskan jawabanku sambil menyeruput kopi pahit kesukaanku. Batinku, Ibu itu membaca berita kasus pembunuhan Tataa Chubby rupanya.

"Bagaimana pendapatmu tentang wanita PSK muda yang cantik itu?" Ibu itu bertanya lagi sebelum cangkir kopi itu aku tempatkan kembali pada tatakannya.

Aku berpikir sejenak sebelum aku menjawab pertanyaan Ibu itu. Namun sebelum aku memberikan jawaban, lagi ia berkata, "Tak apa jika tak bersedia menjawab." Masih tanpa senyum. Aku melihatnya menarik nafas panjang. Lalu ia menggelengkan kepalanya pelan. Kemudian bibirnya terkatup. Sekilas aku melihat wajah Ibu itu tampak muram. Ia meneruskan kembali membaca dengan serius berita lewat gadgetnya.

Walaupun tak mengikuti berita kasus pembunuhan itu, namun aku membacanya. Tataa Chubby dibunuh di kamarnya di tempat kos ia tinggal, karena ia dianggap menghina pelanggannya soal bau badan saat Tataa melayani bercinta pelanggannya itu. Adalah M. Prio Santoso pelanggan yang mencekik leher wanita cantik itu sampai mati dan menyumpal mulutnya dengan kaos kaki miliknya. Sebelum ia melarikan diri, Rio panggilan M. Prio Santoso, sempat membawa kabur barang-barang milik Tataa, juga uang yang ada.

M. Prio Santoso adalah seorang pemburu PSK di media sosial tertarik membaca akun twitter vulgar Tataa Chubby yang memberikan layanan "oh yes oh no". Janji "jual beli" pun dilakukan, pembunuhan pun terjadi.

Beragam komentar masyarakat berpendapat soal kasus pembunuhan yang menimpa wanita cantik itu yang bernama asli Deudeuh Alfisyahrin itu. Ada yang sinis, karena diketahui bahwa ia adalah penjaja seks komersial (PSK) yang bertarif 300 ribu per jamnya. Yang lebih membuat kaget, ia menjajakan dirinya melalui twitter kalau ia wanita "bisyar" (bisa dibayar). Terang-terangan, lengkap dengan bagaimana cara menghubunginya. Bahkan dalam twwets-nya juga ada testimoni lelaki yang pernah menggunakan jasa layanannya.

Sinis dan hujatan ditujukan pada pembunuhnya. Diketahui ia ternyata seorang guru privat di sebuah lembaga pendidikan! Juga, ia mempunyai seorang istri yang tengah hamil dan seorang anak berumur 8 tahun.

"Kalau pendapat Ibu bagaimana?" aku memberanikan diri untuk balik bertanya. Mendengar pertanyaanku Ibu itu mendongak dan menatapku sejenak. Kali ini dengan senyum lalu ia menggumam pelan, "Kasihan saja saya pada wanita muda cantik itu..."

"Sudah takdirnya menerima cara kematian yang mengenaskan. Pelakunya pun akan menerima hukumannya... Ah, sudahlah tak baik membicarakannya. Tataa sudah meninggal. Semoga Tuhan mengampuni dosa perbuatannya...." lanjutnya cepat dan datar sambil memandangku. Ia menarik nafas panjang kembali.

"Coba kalau ia tidak nyinyir soal bau.......," cetusku. Belum selesai kalimatku, Ibu itu cepat memotong perkataanku. "Ah, sudah cukup, tak usah lagi membicarakannya. Cukup..!"

"Jangan hanya menyalahkan wanita PSK itu. Pembunuhnya salah, coba kalau ia tidak melacur. Kita pun juga salah, karena kita tidak peduli apa yang terjadi di sekeliling kita. Kita tak segera melaporkan iklan vulgar itu. Coba kalau aparat keamanan cepat tanggap menertibkan iklan vulgar itu, tentu resiko bisa diminimalkan. Coba kita semua peduli, tidak akan terjadi apa-apa. Tapi itu semua sudah terjadi. Tak usah disesali. Cukup kita ambil pelajarannya saja agar tidak terulang di masa menatang," deras kalimat itu meluncur dari ibu itu tanpa bisa dicegah. Aku hanya mendengarkan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun