Ilyani mengungkap bahwa yang perlu dipertimbangkan adalah kekuatan militer di Indonesia. Dalam sejarah presiden sipil cenderung diturunkan, Habibie sipil yang langsung dikaitkan dengan Golkar. Sehingga, walaupun dia cerdas banget, dalam setahun bisa menstabilkan ekonomi, mendorong reformasi dengan perpisahan TNI-Polri, kebebasan pers, jauh lebih smart dan taktis dibandingkan Mursi, tetapi tetap dijatuhkan oleh MPR.
Gus Dur apalagi. Wiranto ditepikan sebagai Menko Hankam, dan beberapa asas demokrasi negara pun diletakkan, tetapi lagi-lagi dia dijatuhkan. Ketika itu, Indonesia juga chaos banget. Konflik etnis, agama, suku, merebak dimana-mana. Masih inget kerusuhan Mei, teror kota yang mengerikan di Jakarta dan beberapa kota lainnya? Penembakan misterius? Penghilangan Wiji Tukul, mahasiawa, tokoh politik, LSM? Siapa dibelakang ini semua?
Mega juga seorang sipil. Tetapi ketika pilpres langsung oleh rakyat, kalah oleh SBY yang memiliki background militer. Baru ketika SBY menjadi Presiden, beberapa kerusuhan di Indonesia reda.
Namun demikian ada fakta terkait sikap militer yang berkembang setelah beberapa jam pendeklarasian Jokowi sebagai calon presiden oleh PDIP, sebagaimana dilaporkan oleh detik.com bahwa terdapat 22 purnawirawan Jenderal TNI dan Polri mengapresiasi pencapresan Jokowi.
"Saya dan teman-teman purnawiran yang lain mengapresiasi langkah yang diambil Bu Mega. Ini merupakan langkah yang sangat baik untuk kemajuan bangsa," ujar Jenderal TNI (Purn) Luhut B Pandjaitan di Wisma Bakrie 2, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (14/3/2014).
Luhut bersama 21 purnawirawan Jenderal yang lain berkumpul untuk memberikan apresiasi bagi pencapresan Jokowi. Menurutnya, masih akan ada beberapa purnawiran jenderal lain yang akan merapat.
"Teman-teman yang lain beberapa akan setuju dengan kami," jelasnya.
Namun, meskipun mengapresiasi, para purnawirawan jenderal itu tak bersuara lantang untuk mendukung Jokowi. Meski terus didesak, mereka tetap menyatakan diri hanya mengapresiasi, tidak mendukung.
Di tempat lain, sebagaimana dilaporkan oleh Hanibal Widjayanta, seorang jurnalis yang menjadi ekesutif produser ANTV menulis dalam wall status facebooknya hari ini Sabtu tertanggal 15 Maret 2014 sebagai berikut "Beberapa hari yang lalu, kami bertanya kepada seorang perwira tinggi militer aktif tentang sikap tentara tentang dua calon presiden yang paling moncer saat ini, di mana kebetulan yang satu sipil sementara yang satu lagi bekas militer. Saat itu dia berkata: "Yang pertama kapasitasnya mungkin agak kurang, tapi masih bisa kita beri masukan, sementara yang ke dua, secara kapasitas mungkin lebih kuat, tapi lebih sulit kita beri masukan..."
-------mw------- *) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H