[caption id="attachment_317469" align="aligncenter" width="358" caption="Sepuluh Capres Terkuat"][/caption]
Menjadi presiden di Indonesia ternyata mahal. Seorang kandidat presiden harus menyiapkan dana sebesar 7 triliun (USD 600 juta), demikian ungkap Sonya Angraini, Forbes edisi 20 November 2013 mengutip pernyataan seorang ekonomi.
Tetapi tentu saja, jika ambisi sudah memenuhi dan menggelora di hati buat orang kaya Indonesia biaya sebesar dan mahal itu tak jadi masalah. Tercatat 3 orang kaya Indonesia yang mempersiapkan diridan atau mendukung seseorang untuk maju menjadi presiden yaitu Wiranto yang didukung oleh Hary Tanoesoedibjo melalui Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Pendiri Partai Gerindra, Prabowo Subianto yang disokong adiknya Hasyim Djojohadikusumo. Ditengarai kekayaan Hasyim terus melorot karena sokongannya kepada kakaknya itu, terakhir melalui Partai Golkar Aburizal Bakrie, hartawan yang kekayaannya jatuh tahun lalu karena membengkaknya utang.
Selain tiga orang itu, disebut-sebut Chairul Tanjung juga berpotensi untuk bertarung dalam Pemilu 2014. Namun, ia mengatakan ingin fokus pada bisnisnya terlebih dahulu. Sumber disini.
Sayangnya Forbes tidak merinci kalkulasi USD 600 juta itu. Tetapi, kita bisa setidaknya bisa mengamati uang yang dikeluarkan oleh para kandidat itu misalnya untuk biaya iklan dan biaya mengoperasikan partai yang menjadi mesin politik dalam rangka mensosialisasikan dan mengkampanyekan ide gagasan, visi misi dan lain sebagainya sehingga rakyat nantinya bersedia dan memilihnya. Tak jarang karena ambisinya, seseorang bertahun-tahun mempersiapkan dirinya untuk menjadi presiden. Bisa diduga kenapa untuk menjadi presiden perlu USD 600 juta.
Sebagai orang pebisnis, mendukung dirinya sendiri atau mendukung orang lain untuk menjadi presiden adalah investasi. Harapannya dalam waktu lima tahun diharapkan nilai investasi yang dikeluarkan untuk menjadikan dirinya atau orang lain menjadi presiden harus bisa dikembalikan, bahkan harus bisa mengambil keuntungan. Itu adalah pikiran yang logis bagi pebisnis. Tidak ada makan siang gratis itu istilah kerennya.
Jika hanya mengandalkan gaji, tentu besaran USD 600 juta tidak akan bisa menutup investasi itu. Apalagi untung. Gaji total presiden dalam setahun adaalah hanya USD 124.171. Walaupun ditambah tunjangannya sekalipun, yang senilai 24 miliar setahun tetap tidak mencukupi. Untuk itu, dalam rangka mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan, jika seseorang memenangkan pemilu presiden, maka ia akan "memainkan" dan mengatur anggaran pendapatan belanja negara selama lima tahun ia menjabat.
Itu jamak dan biasa. Karena memang demikian adanya jika seorang pebisnis menjadi presiden. Memang demikian sepertinya di negara demokrasi, setiap orang boleh menjadi presiden asal ia punya uang, ada partai yang mengusungnya, untuk membuat visi, misi, dan program bisa membayar profesional untuk mempersiapkannya.
Lalu, apa bisa orang yang tidak punya uang menjadi presiden di Indonesia? Tentu bisa, karena undang-undang dasar negara Indonesia tidak membatasi apakah seorang itu kaya atau miskin untuk menjadi presiden. Silakan lihat sendiri di Undang-Undang Dasar 1945.
Seseorang yang tidak punya uang cukup harus mempunyai kelebihan lain untuk menjadi presiden, misalnya prestasi. Tapi, tak cukup hanya prestasi, perlu hal lain yaitu kecerdasan dan karakter yang disukai dan dianggap sesuai oleh rakyat Indonesia. Walaupun punya pretasi segudang, tetapi memiliki karakter misalnya gampang marah, gampang memaki dan menghujat atau nyinyir tentu tidak sukai, serta elitis dan arogan tentu saja tidak disukai oleh rakyat.
Untuk seseorang yang tidak punya uang, jika memiliki prestasi, kecerdasan dan karakter, perlu ditambah lagi dengan rekam jejak yang terbaik (misal tidak melanggar HAM, cinta dan dekat dengan rakyat, dan tidak korupsi), popularitas berskala nasional dan ada partai yang mendukungnya. Semuanya itu bisa membawa dirinya menjadi kandidat presiden.
Adakah orang yang berprestasi yang menjadi kandidat presiden di Indonesia saat ini? Ada. Kita semua juga sudah tahu. Misalnya Joko Widodo yang diusung oleh PDIP, Jusuf Kalla yang diajukan oleh Partai Persatuan Pembangunan, Aher Heryawan yang diajukan oleh Partai Keadilan Sosial, Yusril Ihza Mahendra yang diusung oleh Partai Bulan Bintang, Machdud Md yang diajukan oleh Partai Kebangkitan Bangsa, dan mungkin Dahlan Iskan yang akan diusung oleh Partai Demokrat.
Tetapi di antara kandidat presiden yang ada elektabilitas dan poluparitas yang paling tinggi terakhir menurut survey adalah Jokowi yang diusung oleh PDIP dan Prabowo Subiantoa yang diusung oleh Partai Gerindra. Survei Charta Politika melaporkan elektabilitas Jokowi 37,4%, dan Prabowo 14,5%. Demikian Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam paparan hasi survei di Restoran Rempah-rempah, Jl Senopati Raya no.60 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (26/3/2014). Selengkapnya hasil survey tersebut adalah sebagai berikut:
1. Joko Widodo: 32,6%
2. Prabowo Subianto: 13,8%
3. Aburizal Bakrie: 8,5%
4. Wiranto: 6,4%
5. Jusuf Kalla: 4,1%
6. Dahlan Iskan: 2,5%
7. Hatta RAjasa: 1,8%
8. Mahfud MD: 1,6%
9. Rhoma Irama: 1%
10. Megawati Soekarnoputri: 0,7%
Di bawah 0,7%: Anies Baswedan (0,3%), Anis Matta (0,3%), Gita Wirjawan (0,3%), Hary Tanoesoedibjo (0,3%), Surya Paloh (0,3%), Tri Rismaharini (0,2%), Yusril Ihza Mahendra (0,2%), Ali Masykur Musa (0,1%), Akbar Tandjung (0,1%), Hidayat Nurwahid (0,1%), Basuki Tjahaja Purnama (0,1%), Irman Gusman (0,1%). Sumber disini.
Jika ingin mengetahui prestasi keduanya di tingkat nasional dan internasional, cukup mudah google search saja. Terakhir yang saya ketahui di tingkat internasional menurut Fortune Jokowi terpilih menjadi 50 pemimpin terhebat sejajar dengan Paus Francis, Dalai Lama, Angela Maerkel, Bill Clinton dan lain-lain.
Kita sudah cerdas dan berdasarkan pengalaman kita selama merdeka, kita bisa memilih mana presiden terbaik yang sesuai dengan harapan kita dan kriteria kita masing-masing, yaitu pemimpin yang membawa kita rakyat Indonesia sejahtera.
-------mw-------
*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia
**) Sumber Gambar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H