Karena kedua partai berkeinginan mengusung capresnya sendiri tanpa koalisi, PDI Perjuangan berharap di pemilu kali ini yaitu memperoleh suara 25%, sedangkan Partai Gerindra adalah 20%.
FAKTOR LAIN
Faktor lain yang menjadi pembatas gerak dari public figure adalah posisi mereka di partai pengusungnya. Semakin tinggi kedudukan seorang public figure dalam suatu partai ia semakin bebas dan cepat dalam mengambil keputusan politik, sehingga ia lebih bebas untuk bermanuver dan berkreasi untuk mengambil sikap dalam menghadapi perubahan politik di lapang yang dinamis.
Prabowo adalah pendiri Partai Gerindra dan di partai itu ia sebagai Ketua Dewan Pembina, sedangkan Jokowi adalah kader partai bukan penguasa partai, sehingga dalam bermanuver dan berkreasi menghadapi perubahan politik yang dinamis Prabowo mempunyai ruang gerak yang lebih bebas dibanding Jokowi yang tergantung dari Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
HIPOTESA
Suatu public figure dikatakan mempunyai pengaruh yang tinggi jika kenaikan hasil pemilu saat ini dikurangi dengan pemilu sebelumnya dibagi dengan hari yang ia punyai untuk menarik simpati masyarakat mempunyai nilai positif. Semakin tinggi nilai positif yang didapat, maka bisa dikatakan public figure itu mempunyai pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan dengan public figure lainnya di suatu partai yang berbeda.
HASIL DAN KESIMPULAN
Dalam pileg 2014 para pengamat dan media yang pandai membuat prediksi dengan berbagai alasan melihat kenyataan yang berbeda. Partai Gerindra dan PDI Perjuangan sama-sama tidak mencapai target. Hal itu terlihat dari hasil quick count salah satu di antaranya Litbang Kompas Kamis, 10 April 2014 pukul 5.18 pagi WIB di persentase angka masuk 93% mencatat bahwa pemenang pemilu itu adalah PDI Perjuangan (19,24%), disusul oleh Partai Golkar (15,03%), dan posisi ketiga adalah Partai Gerindra (11,75%). Tentu hasil akhir tepat angka perolehan menunggu perhitungan KPU sebagai penyelenggara resmi pemilu.
Partai Gerindra yang memang sejak didirikannya mencapreskan Prabowo bisa sedikit bernafas lega, perjuangannya selama lima tahun yang disertai korbanan uang triliunan itu menghasilkan 11,75% di pileg sekarang, atau kenaikan sekitar 7,29 % dari pileg sebelumnya 4,46%, kenaikan paling tinggi di antara kenaikan partai peserta pileg 2014.
Sedangkan PDIP yang mendeklarasikan Jokowi 3 minggu sebelum pileg, memperoleh 19,24%, atau ada kenaikan sebesar 5,21% dari pemilu sebelumnya (2009) yaitu 14,03%.
Jika dikaitkan dengan waktu pengusungan capres, Prabowo mempunyai waktu lebih jauh lebih banyak dibanding dengan Jokowi yang baru diusung PDI Perjuangan menjelang pileg 9 April 2014. Tetapi, jika dihitung dengan hari untuk berkesempatan meraih simpati masyarakat, waktu yang dimiliki Prabowo adalah 1.825 hari (lima tahun dikalikan 365 hari), sedangkan Jokowi hanya 21 hari. Walaupun PDI Perjuangan mempunyai kader nomer dua terbanyak setelah Golkar dalam hal korupsi, dan peluang perolehan suara di tahun 2014 turun, tetapi Jokowi bisa memenangkan PDI Perjuangan menjadi partai yang paling tinggi hasil perolehan suara menurut quick count, dibanding Partai Gerindra yang hanya 2 orang kadernya terlibat korupsi. Jika dihitung bobot kenaikan per hari menaikkan suara partai pengusungnya, Jokowi mempunyai nilai yang tertinggi (5,21%/21 hari) yaitu 0.25, sedangkan Prabowo 7,29%/1.825 hari) 0.003. Jadi Jokowie effect mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan Pabowo effect.
Jadi dimana kehebatan Prabowo effect?
Teori saya ini bisa untuk menghitung public figure effect di partai yang lain, asal diketahui kapan ia dinyatakan diusung menjadi capres oleh suatu partai. Silakan anda mencoba sendiri.
Silakan baca artikel saya yang lain terkait dengan Jokowi dan Prabowo, dua putra terbaik Indonesia yang sedang berkompetisi memenangkan hati rakyat sehingga menjadi Presiden Indonesia 2014.